Erangan Nafsu

2.1K 201 98
                                    

WARNING! ADA KATA KATA VULGAR! TOLONG KEBIJAKSANAANNYA!

Makasi supportnya teman teman! Semua feedback kalian adalah inspirasi!

.

.

.

.

.

.

"Selamat ulang tahun, Chajang-nim!" ujar seorang karyawan wanita sembari menyodorkan sebuah kotak tipis berwarna biru terang. Senyum di wajah wanita itu terukir malu-malu. Pipinya bersemu merah. "Kado untukmu, Chajang-nim."


"Ah, terima kasih."


Tae Hyung tersenyum tipis. Entah sudah berapa puluh kali Tae Hyung mendengar ucapan selamat yang ditujukan untuknya. Sekali-dua kali terasa menyenangkan, namun jika berkali-kali juga jadi risih. Tae Hyung pun tidak bisa menolak hadiah yang diberikan para wanita kepadanya. Bukan bermaksud untuk memberi harapan. Hanya saja, Tae Hyung tak ingin menyakiti hati mereka yang sudah mempersiapkan.


Dengan gontai Tae Hyung menenteng kotak kado itu menuju ke ruangan. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh kebingungan. Kemana lagi kira-kira harus menyimpan? Sebab meja kerja dan lemari pun sudah penuh oleh tumpukan hadiah dan buah tangan. Itu saja, Tae Hyung tak sempat merapikan karena waktu yang tersita oleh jadwal meeting rekanan. Namun pikirannya meluruh ketika menemukan sosok seorang wanita berada diruangan.


"Bujang-nim?" panggil Tae Hyung lirih.

"Eoh, sudah datang?" tanya Joo Hyun nampak canggung.


"Ada apa, Nona Bae? Apakah proyek strategis penginapan di Jeju harus kita undur karena badai semalam?" tebak Tae Hyung cemas. 

Kenapa sampai atasannya itu rela mendatangi bawahan? Apakah ada proyek marketing yang gagal? Atau ada perubahan perencanaan pemasaran? Atau keadaan kahar lainnya?


"Bukan. Bukan begitu." Joo Hyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.


"Mejamu sudah terlalu penuh." ujar Joo Hyun dan menunjukkan sebuah kotak beludru yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik punggung. "Aku bingung menaruhnya dimana."


Tae Hyung tertawa. Lega sekaligus gemas. Lega karena kekhawatiran pekerjaan yang tak menjadi nyata. Juga gemas dengan tingkah Joo Hyun. Seperti anak kecil yang sedang mengaku kalau dia mencuri. Padahal Joo Hyun kan memang mencuri. Iya, mencuri hati Tae Hyung.


"Hmm. Bagaimana ya." kekeh Tae Hyung sembari mendekati Joo Hyun yang masih berdiri kikuk. "Maaf, aku memang punya banyak penggemar."


"Ck ck ck. Sombong sekali." canda Joo Hyun.


"Makanya, segeralah cintai aku, sebelum direbut orang." balas Tae Hyung. "Nanti menyesal lho, Nona Bae."


"Kau lah seharusnya yang berhenti, Tae Hyung-shi." gumam Joo Hyun dalam hati.

Joo Hyun menghela nafas gusar. Bagaimana caranya memberi penegasan pada Tae Hyung? Agar pemuda itu tidak capek hati oleh rasa harap. Sebab Seok Jin pun sudah berjanji padanya akan menceraikan sang istri. Bukankah pada akhirnya, Tae Hyung hanya akan berakhir sakit hati?

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang