Perhatian kecil

1.5K 227 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semoga berkenan!


.

.

.

.

.

.


Tae Hyung merasa Tuhan itu keterlaluan. 

Bagaimana bisa Ia menumpahkan kecantikan seluruh Dewi di khayangan pada seorang Bae Joo Hyun? Wanita itu terlalu mempesona. Tidak manusiawi eloknya.



"Kim Chajangnim, apa kau mendengarkanku?" tanya Joo Hyun kesal karena Tae Hyung tak berhenti menatap wajahnya.

"Tentu saja" bohong Tae Hyung. "Aku mendengarkanmu, Nona Bae" memanggil Joo Hyun dengan sebutan Nona mengisyaratkan bahwa wanita yang berada dihadapannya ini masih lajang. Tae Hyung sangat menyukai fakta itu. Artinya ia masih punya kesempatan bukan?


Tae Hyung heran, kenapa wanita semenawan Bae Joo Hyun tidak mempunyai pacar. Wanita itu cantik juga cerdas. Mahir pula bermain diatas ranjang. Tae Hyung berani bertaruh, pasti banyak laki-laki yang mendekati Joo Hyun. Namun wanita itu yang enggan membuka hati. Apa karena ia belum bisa melupakan sang mantan?


Joo Hyun menghela nafas. Jemari lentik Joo Hyun menyisir rambut panjangnya. Tanda bahwa ia sedang merasa gusar. Tapi dimata Tae Hyung apa yang Joo Hyun lakukan terlihat seksi. Apa lagi tubuh wanita itu berbalut dress formal marun dengan bibir dipoles lipstick berwana senada. Terlihat menantang dan siap untuk berperang. 

"Sebentar lagi waktu presentasi, Tae Hyung" Joo Hyun benar-benar serius. "Bagaimana dengan strategi poin A? Perlukah aku jelaskan ulang?"


Bagi Joo Hyun, presentasi kali ini sangat lah penting dan krusial. Sedangkan Tae Hyung terhitung masih cukup baru bekerja dan bergabung dengan tim. Selain itu acara akan dihadiri oleh Tuan Kim, sang pemimpin perusahaan. Itulah kenapa awalnya Joo Hyun merasa enggan ketika Seok Jin menunjuk Tae Hyung sebagai presentator mewakili divisi pemasaran. Namun ternyata Tae Hyung benar-benar orang yang cerdas dan memiliki opini yang luas. Meski terkadang menyebalkan karena banyolannya.



"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Tae Hyung tersenyum simpul. Ucapannya berbanding terbalik dengan gemuruh didadanya. Tentu ia juga merasakan was-was. Ia harus memaksa otaknya untuk menguasai semua angka dan data. Ini bukan perihal hapalan saja, tapi juga diperlukan pemahaman. Banyak poin yang harus ia dalami karena teori belum tentu sama dengan realita dilapangan. Selain itu, ia juga harus memaparkan semuanya dihadapan sang Ayah. Bohong kalau dia tidak gugup.

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang