Dekapan hangat

2.2K 234 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari semakin larut.  Seluruh staff dan karyawan telah pulang ke kediaman mereka. Namun Seok Jin tetap saja berkutat dengan seluruh tumpukan berkas di meja kerjanya. Mata Seok Jin nampak jeli membaca setiap deret kata dan angka dibalik kacamata baca. Sesekali ia memejamkan mata, menghela nafas singkat. Percuma, ingatannya telah buyar entah kemana. Ia menggeleng lemah kemudian memutuskan untuk membaca semuanya dari awal.






"Daepyonim"

Seok Jin sangat hafal dengan suara itu. Suara lembut yang merenggut seluruh atensinya. Ia mendongak dan mendapati Bae Joo Hyun yang menatapnya cemas. Entah kenapa melihat sang kekasih membuat kepalanya terasa ringan. Ia ingin sekali memeluk dan membisikkan kata cinta. Namun apa daya semua pekerjaan ini merenggut waktunya.


"Apa yang kau lakukan diruanganku Joo?" ujar Seok Jin dan meletakkan berkasnya kembali diatas meja. "Kenapa tidak pulang?"


Joo Hyun tidak menjawab pertanyaan itu. Ia mendekati meja Seok Jin dan mengoreksi beberapa judul berkas dan kontrak yang masih tertumpuk dimeja.


"Aku akan menggaris bawahi point point penting yang harus kau lihat. Aku akan memberikan pendapatku juga dibeberapa issue." ujar Joo Hyun begitu cekatan. "Tidurlah sebentar saja, aku akan membangunkanmu nanti."


Joo Hyun sengaja untuk menunda kepulangannya. Dengan sabar ia menunggu Seok Jin. Memberikan kesempatan pada laki-laki itu untuk menyelesaikan semua pekerjaannya sendiri. Namun ini sudah lima hari lamanya dan Seok Jin masih saja mendekam di ruangannya. Joo Hyun sudah tak mampu menahan keinginan hati nurani untuk membantunya.  


"Joo" Seok Jin sangat gemas melihat wanita cantik itu berusaha untuk membantunya. Ditariknya tubuh ramping  Joo Hyun agar duduk dipangkuannya. Ia rindu sekali. 


Seok Jin menyentuh pipi Joo Hyun lembut. Dipandanginya raut resah kekasihnya itu dengan sayang. Bagi Seok Jin pekerjaan adalah pride-nya. Ia tidak suka jika orang lain ikut campur. Seok Jin tahu bahwa Joo Hyun tak bermaksud untuk menciderai harga dirinya. Mereka bukan kekasih kemarin sore. Delapan tahun bersama tentu membuat Joo Hyun hapal dengan tabiat Seok Jin yang mengagungkan pekerjaan. Joo Hyun hanya terlalu cemas dan merindukannya. 

"Tenanglah. Aku bisa melakukannya sendiri" ujar Seok Jin lembut.

"Aku tahu." gumam Joo Hyun dan melepas kaca mata baca Seok Jin. Joo Hyun terkesiap melihat dalamnya cekungan yang tertinggal di pangkal hidung kekasihnya. Bekas itu menunjukkan kerja keras dan keuletan seorang Kim Seok Jin pada etos kerjanya.  


Beban tanggung jawab yang dipikul sangat besar semenjak sang ayah jatuh koma. Seok Jin harus menyelamatkan perusahaan yang tengah kelimpungan karena kekosongan jabatan Presedir. Jika dulu sang ayah adalah pemegang kendali dan pembuat keputusan. Kini Seok Jin harus menyetir dan mengarahkan laju sendirian. Semuanya menjadi semakin sulilt karena para dewan direksi terlihat tidak senang jika Seok Jin mengambil alih perusahaan. Alasan mereka karena umur dan pengalaman yang dipandang belum matang. Ekor tidak bisa dipaksa untuk menjadi kepala, begitu katanya. Tentu hal ini membuat hati Seok Jin geram. Ia ingin menunjukkan kemampuan. Tekadnya sudah bulat untuk menampar stigma anggota dewan. 

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang