Munafik

1.3K 188 52
                                    

Terima kasih untuk semua support kalian. Mau nangis rasanya. Kalian baik sekali. Aku terharu. Semua komen kalian bener-bener bikin aku semangat buat nerusin work ini.  

 T-T





.

.

.

Kejutan manis dari Kim Seok Jin tadi pagi membuat suasana hati Joo Hyun menjadi sangat baik.  Sepanjang meeting jajaran direksi, bibirnya terus tergelitik untuk memamerkan senyum berseri-seri. Kalau bukan karena menjunjung tinggi sikap profesionalisme, Joo Hyun pasti sudah sepuasnya mengagumi wajah tampan sang tambatan hati. 

Sayangnya perasaan Seok Jin kontradiktif dengan sang kekasih. Pikiran laki-laki itu berpesai-pesai. Diskusi perencanaan lanjutan pengembangan proyek sama sekali tidak menarik. Padahal selama ini Seok Jin terkenal oleh wibawa dan ide out of the box yang tak arang menyulut intrik. 

Selesainya meeting yang terasa hambar itu, Seok Jin menarik raga Joo Hyun di balik pintu. Joo Hyun bingung sekali. Kenapa Seok Jin tiba-tiba bertingkah seperti ini? Bukan penjelasan yang ia dapat, melainkan bibir sang kekasih yang menerjang. Laki-laki itu mencumbunya dengan gairah yang menggebu. Joo Hyun tak menolak karena sudah lelah menanggung rindu. Sejenak Joo Hyunpun lupa pada rasa ingin tahunya itu.

Bagi Seok Jin, ciuman tersebut sulit untuk diartikan. Benar ia rindu bukan kepalang. Namun, batinnya juga berkecamuk oleh rasa penasaran. Bukan hanya masalah suara laki-laki asing yang mengangkat telepon Joo Hyun. Keadaan juga semakin diperkeruh oleh email asing yang diterima Seok Jin tadi siang. Kacau. Semuanya kacau balau.

"Aku mencintaimu." bisik Joo Hyun malu-malu membuat Seok Jin mendaratkan ciumannya lagi. Meraup serakah bibir yang hanya boleh jadi miliknya. Hanya miliknya.

Paru-paru Joo Hyun semakin sesak karena asupan oksigen yang menipis. Kakinya melemah tak mampu lagi berpijak dengan benar. Joo Hyun memukul dada Seok Jin. Memaksa pemuda itu untuk berhenti sebab kewalahan tak mampu mengimbangi. Agaknya pukulan itu terlalu lemah untuk menyadarkan akal Seok Jin yang terlanjur dijajah oleh emosi.

"Ah!" Joo Hyun menahan sakit ketika Seok Jin menggigit bibirnya. Pemuda itu pun akhirnya melepaskan cumbu. Mereka berdua terengah satu sama lain. Pandangan mereka beradu.

"Siapa laki-laki itu, Joo?" tanya Seok Jin masih dengan nafas yang tak beraturan. Sorot matanya menelisik tajam.

"Aku tidak mengerti." Joo Hyun tentu saja kebingungan. Siapa yang dimaksud Seok Jin?

Seok Jin terkekeh merasa bodoh mendengar jawaban itu. Ia tahu Joo Hyun dengan sangat baik. Joo Hyun bukanlah wanita yang akan sukarela mengangkang pada sembarang pria. Joo Hyun yang ia kenal selalu menganggap sakral sebuah hubungan bercinta. Apalagi di hati wanita itu sudah tersegel oleh nama Seok Jin. Tidak mungkin ia berbuat lacur demi sentuhan laki-laki. Atau, Joo Hyunnya memang sudah berubah?

"Sudah berapa lama?" cemooh Seok Jin.

"Aku tidak paham. Apa maksudmu?" kesal Joo Hyun. Kemana perginya Kim Seok Jin yang tadi pagi bertingkah manis itu?

Seok Jin meraih handphonenya dan memutar rekaman suara senggama itu di depan wajah Joo Hyun. Mata Joo Hyun melebar ketika mendengar desahannya sendiri keluar dari speaker handphone Seok Jin. Suara desahan itu terdengar nikmat dibarengi suara selangkangan yang saling bertumbukan. Sangat erotis dan panas.

Joo Hyun jelas tahu siapa laki-laki yang bersamanya di rekaman itu. Itu suara Jeon Jung Kook. Saat itu, Seok Jin sudah bertunangan dengan wanita lain. Joo Hyun kelimpungan tanpa arah karena perasaan patah hati. Sementara Jung Kook memerlukan tuntunan untuk melawan rasa depresi. Mereka terikat karena sama-sama saling membutuhkan. Lambat laun hubungan itupun berkembang menjadi gairah diatas ranjang.


"Masih berkilah?" desis Seok Jin menahan amarah. "Masih pura-pura bodoh?"

Joo Hyun menghela nafas tak percaya. Ia sungguh merasa terhina dengan pertanyaan Seok Jin.


"Lalu bagaimana denganmu Kim Seok Jin? Kau bisa mencari kepuasan dari istri tercintamu itu. Lalu kenapa aku tidak boleh mencari kepuasan dari laki-laki lain?" keluh Joo Hyun. 



"Bukankah sedari awal kita ini memang sama-sama munafik, Kim Seok Jin?"





TBC







Note Penulis:

Semakin Panas. Semakin keruh. Semakin terbawa emosi....

Apakah Seok Jin dan Joo Hyun masih sanggup mempertahankan hubungan mereka?

Jangan sungkan untuk memberikan masukan dan pendapatmu ya!



luv!

luv!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang