Maaf, ada kata-kata vulgar.
Tolong hargai penulis dengan vote dan komen. Aku membutuhkan feedback pembaca untuk menentukan alur kedepan. Tanpa kalian aku akan hilang arah.
Terima kasih untuk supportnya! Love you!
.
.
.
.
Ruangan mewah itu dipenuhi oleh gelak tawa para laki-laki yang tengah menempuh krisis paruh baya. Baju mereka berkelas dengan pantofel mengkilap. Di mejapun tersedia segala macam minuman alkohol kelas dunia. Sementara asap rokok samar bertarung dengan aroma ethanol yang menyeruak.
Percakapan para suami yang usianya rata-rata empat puluh lima itu begitu blak-blakan. Semua berlomba-lomba menceritakan selingkuhan mereka yang cantik dan seksi. Bangga oleh segudang pengalaman menggagahi wanita yang seumuran dengan anak mereka sendiri. Tidak ada malunya membeberkan keahlian bercinta sang istri. Membanding-bandingkan. Bahkan dengan leluasa menyebut kalau istri mereka membosankan.
Seok Jin hanya terdiam mendengar semua pembicaraan bejat itu. Sesungguhnya sudah sangat muak harus berada lama-lama disana. Tapi dia bukanlah siapa-siapa dibandingkan para jajaran pimpinan dan pejabat yang berkumpul. Seok Jin hanyalah pendatang baru. Aset perusahaan keluarganya pun tidak sebanding dengan mereka. Apalagi perusahaan itu habis melewati masa krisis. Meski menempuh perkembangan yang signifikan, namun bukan berarti telah berada di tahap aman. Masih dibutuhkan banyak relasi untuk kelancaran semua proyek perusahaan. Perlu pula suntikan investasi yang tidak main-main jumlahnya. Itulah mengapa, sebagai presedir termuda yang memerlukan banyak dukungan, Seok Jin harus bisa menggaet hati mereka.
"Mau coba mainanku? Masih SMA. Cantik, bohay. Masih sempit pula."
"Ah, bocah begitu mah tidak ada pengalaman! Paling enak itu yang sudah punya suami. Tahu cara memimpin permainan!"
Padahal bukan pertama kalinya Seok Jin menghadiri pertemuan gelap seperti ini. Tapi tetap saja, masih tak habis pikir. Para laki-laki yang luarnya nampak berwibawa dan disegani itu ternyata memiliki sisi bejat dibalik layar. Mereka menganggap para wanita sebagai barang obral. Layaknya barang habis pakai yang dijual di pasaran. Cicip. Bosan? Ya tinggal buang!
"Seok Jin, kau ini umur berapa? Selingkuhan saja tidak punya."
"Tak pandai berbohong mungkin dia. Takut ketahuan istri."
"Kau kalah dengan anak bungsuku. Umur sebelas tahun saja sudah pandai membohongiku soal nilai ulangan!"
Tawa menggelegar lagi. Kali ini terkesan mencemooh karena Seok Jin tidak dianggap sebagai laki-laki sejati. Tertohok bukan main. Seok Jin benar-benar merasa tersindir. Seakan-akan wajahnya diludahi. Namun Seok Jin memilih untuk tidak berkomentar. Ia sibuk menahan amarah dengan senyum palsu yang terukir diwajah.
Seok Jin tidak bodoh. Sadar betul bahwa hubungan yg ia jalin dengan Joo Hyun disebut perselingkuhan. Definisi mencumbu wanita lain diam-diam, dibelakang sang istri sah. Ya apa lagi namanya kalau bukan selingkuh? Tapi Joo Hyun bukanlah wanita yang ia pertahankan hanya karena desakan libido semata!
Seok Jin berani bersumpah. Meskipun raganya berkhianat, namun cintanya tidak. Meski desah seksual sang istri menjamah hasrat, hanya lenguh Joo Hyun yang memeluk rasa. Sewangi dan seindah apapun istrinya, hanya paras Joo Hyun yang memenuhi relung jiwa. Hanya Joo Hyun wanita yang menduduki tahta di hatinya.
"Cari yang dekat saja kalau begitu. Ku lihat jajaranmu banyak yang cantik juga seksi."
"Nona Bae. Dia masih single kan?"
"Halah! Wanita angkuh seperti dia, kalau tidak selingkuh, ya jadi selingkuhan."
"Kalau dilihat-lihat dadanya semakin besar. Pasti sudah sering diremas banyak pria."
"Kapan itu kulihat jalannya sedikit mengangkang. Sepertinya semalaman habis digilir sampai jebol."
Seok Jin tercengang. Rahangnya pun mengeras. Ingin sekali menyiram seluruh Grand Marnier ke wajah orang-orang diruangan itu. Sungguh, ia tidak menyukai topik pembicaraan mereka. Para konglomerat itu begitu terang-terangan bicara senonoh soal Joo Hyun. Bahkan terlewat santai. Seakan-akan itu bukan masalah besar.
Bagi Seok Jin, Joo Hyun terlalu berharga untuk dipandang dengan asumsi asusila. Juwitanya bukan lacur yang sukarela menjajakan tubuhnya diluar sana. Bukan pula alat kepuasan birahi yang bisa mereka pakai seenak jidat. Joo Hyun-nya tidak bisa disamakan dengan wanita murahan yang berada dalam list mereka!
"Gayanya saja yang sok jual mahal. Lihat saja. Kalau bertemu, akan kusuruh bibir mungilnya mengulum punyaku. Hahaha."
Brengsek!
Tangan Seok Jin menggenggam kuat gelasnya sampai bergetar hebat. Luar biasa murka. Kalau bukan karena menahan ego, mungkin wajah pria tambun itu sudah babak belur ditangannya!
TBC
.
.
Note penulis:
Harusnya aku update malam ini. Tapi sepertinya akan berhalangan.
Chapter ini memang terinspirasi dari fenomena body shamming yang masih jadi topik populer diantara pria berumur empat puluh sampai enam puluhan. Sekaligus menguatkan sisi psikologi Seok Jin.
Hokey!
Jangan lupa vote dan komen ya! Terima kasih luv!
.
.
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remedy
FanfictionKim Seok Jin. Jeon Jung Kook. Kim Tae Hyung. Buku ini bercerita soal Joo Hyun ditengah 3 laki-laki yang menjungkir balikkan perasaanya. Kepada siapa ia harus bertahan? RATE MATURE. TOLONG KEBIJAKSANAANNYA YA KAWAN. REMEDY Love is selfish, possessi...