Kim Seok Jin. Jeon Jung Kook. Kim Tae Hyung.
Buku ini bercerita soal Joo Hyun ditengah 3 laki-laki yang menjungkir balikkan perasaanya.
Kepada siapa ia harus bertahan?
RATE MATURE. TOLONG KEBIJAKSANAANNYA YA KAWAN.
REMEDY
Love is selfish, possessi...
Sudah tiga puluh menit, namun Jung Kook masih saja memandangi jendela kamar yang menyala di lantai tiga gedung apartment itu. Berharap sang pemilik akan menampakkan diri ke balkon kamar. Sekedar melambaikan tangan pun tak apa. Jung Kook hanya ingin melihat sosok yang dirindukan. Wajah wanita yang hilir mudik hadir dimimpinya. Noona-nya. Bae Joo Hyun.
Jung Kook meraih handphone di saku celananya. Menelepon nomor yang sama. Yang entah sekian puluh kali ia coba hubungi. Namun bukan suara pujaan hatinya yang menjawab, melainkan operator.
Semenjak insiden pemukulan itu, Jung Kook sama sekali tidak bisa menghubungi Joo Hyun. Nomornya di block. Termasuk sosial media. Joo Hyun pun nampaknya sudah memperkirakan Jung Kook akan mendatangi apartementnya. Sehingga ia berpesan pada satuan pengaman untuk melarang Jung Kook mamasuki gedung. Sungguh, Jung Kook begitu frustasi karena tidak tahu lagi, bagaimana caranya agar bisa menemui Joo Hyun?
Sementara di kamar, Joo Hyun sebenarnya sudah mengetahui kehadiran Jung Kook. Sempat diintipnya lewat celah tirai jendela. Ada sosok laki-laki yang berdiri di bawah sana. Meski dari jauh, Joo Hyun tahu itu Jung Kook. Ia sudah hapal dengan gesture tubuh laki-laki itu.
"Pulanglah, Kook. Jangan siksa dirimu" pinta Joo Hyun. Berharap laki-laki itu memutuskan untuk pulang. Berharap Jung Kook tak meneruskan kembali harapannya yang semu itu.
Tapi Jung Kook masih disana. Meski hujan mulai turun membasahi tanah. Laki-laki itu tetap tak bergeming oleh lelah dan basah. Ia hanya menginginkan Noona-nya.
Joo Hyun luluh. Dlihatnya Jung Kook kini tak lagi berdiri. Namun duduk ditanah memeluk lutut. Sementara hujan tak berhenti mengguyur tubuhnya. Joo Hyun benar-benar tidak tega. Akhirnya ia memutuskan untuk meraih payungnya dan menghampiri pemuda itu.
Jung Kook hanya diam ketika melihat Joo Hyun berjongkok sembari memayunginya. Bahkan tidak bereaksi ketika wanita ayu itu menepuk-nepuk pipinya. Tubuh Jung Kook menggigil. Bibirnya membiru. Sementara sang nalar mengira bahwa wanita itu hanya imajinasinya belaka.
"Kook. Ini Noona. Sadarlah."
Dan suara itu membangunkan Jung Kook. Membuatnya percaya bahwa ia sedang tidak berhalusinasi. Bahwa wanita itu memang benar-benar Noona tercintanya.
Jung Kook sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata. Ia diam saja, ketika Joo Hyun menuntun masuk ke apartement. Menurut waktu Joo Hyun menyuruhnya berganti pakaian dengan piyama yang kekecilan. Bahkan ketika wanita itu menariknya untuk duduk di sofa. Serta mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Jung Kook sama sekali tidak berkomentar. Padahal biasanya Jung Kook akan bersikap jahil menggoda Joo Hyun. Membuat Joo Hyun jengkel setengah mati oleh tingkah laku pemuda itu. Namun sekarang wajah ceria itu hilang, tergantikan oleh ekspresi sendu yang mengartikan lara.
"Kook. Bicaralah." lirih Joo Hyun khawatir. Handuk putih itu masih terlampir di kepala Jung Kook. "Aku sudah dihadapanmu sekarang. Bicaralah."
Jung Kook menatap paras wanita yang dicintainya itu. Cantik. Cantik sekali membuat Jung Kook semakin merindunya setengah mati. Namun bibirnya tak bergerak. Ia takut untuk bersuara. Takut jika setiap ucapannya hanya akan membuat Joo Hyun pergi meninggalkannya. Jika dengan berdiam diri bisa membuatnya tetap bersama Joo Hyun. Maka ia akan memilih untuk membisu selamanya.
Joo Hyun sadar, ia telah melakukan kesalahan besar. Jung Kook begitu bergantung padanya. Dan tamparan waktu itu hanya menambah beban psikis Jung Kook. Menciutkan mental Pemuda itu untuk berkata-kata.
"Jangan terlalu jahat padanya."
Joo Hyun terhenyak. Kenapa ia begitu bersikeras membuat hati Jung Kook terluka? Padahal laki-laki itu pun tak menuntut banyak. Jung Kook hanya ingin disisinya. Bersamanya.
Waktu itu Joo Hyun tersulut oleh rasa amarahnya. Terpojok oleh tatap selidik orang-orang kepadanya. Seandainya boleh ia memutar waktu kembali. Ia tidak akan menampar pemuda itu. Tidak akan meneriakkan kata-kata dengki yang membuatnya tersakiti.
Joo Hyun menyesal sebab hanya memandang suatu masalah pada satu sisi saja. Seharusnya ia bisa segera menyadari, ada yang berbeda dari sorot mata Jung Kook ketika bertemu dengan Tae Hyung. Ada batin Joo Hyun yang menaruh curiga. Namun diabaikannya karena rasa malu dan takut oleh rusaknya citra. Ternyata benar. Suatu bencana pernah terjadi diantara mereka berdua. Sesuatu yang kelam. Amat kelam, hingga Jung Kook menaruh dendam sebesar itu pada Tae Hyung.
"Jung Kook-ah" mata Joo Hyun berkaca-kaca. Ia membelai pipi kiri Jung Kook. Tempat dimana ia melayangkan tamparan dengan begitu murka. Bekas tamparan itu memang tidak ada disana. Namun masih membekas di hati sang Pemuda. "Maafkan, Noona."
Dengan kasih sayang Joo Hyun meraih tubuh Jung Kook. Merengkuh erat tubuh pemuda itu. Memberi kehangatan yang selama ini Jung Kook cari di penghujung mimpinya. Perlahan, Jung Kook pun membalas pelukan itu. Menikmati wangi tubuh Joo Hyun yang telah lama tak menjamah indra penciumannya.
Noona, aku rindu. Rindu sekali.
Joo Hyun membelai perlahan punggung pemuda itu. Menepuknya dengan lembut. Berharap sentuhan darinya dapat sedikit mengobati luka hati Jung Kook.
"Noona."
Bulir air di ujung mata Joo Hyun pun meluruh ketika laki-laki itu akhirnya berbisik lirih.
"Kumohon jangan tinggalkan aku."
Tanpa melepas pelukannya, Joo Hyun mengusap kepala Jung Kok. Jiwa Jung Kook pun menggelayut tenang. Ia merasa disayang. Merasa hidupnya berarti. Sebab Noona-nya telah kembali.
"Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, Kook. Noona janji." gumam Joo Hyun lembut. Dan Jung Kook pun menenggelamkan wajah di ceruk leher Noona-nya. Mengecup leher jenjang itu penuh cinta.
.
.
.
.
TBC
Note penulis:
Semakin pusing author.
Share pendapatmu tentang chapter ini ya. Aku membutuhkan pendapat kamu dan perasaanmu soal chapter ini untuk menentukan alur kedepannya.
Terima kasih untuk semua supportnya! Love you 3000!
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.