Aku pun ikut turun dan melihat ke rumah itu, sama sekali tak berubah sejak enam tahun yang lalu. Revan pun membuka gerbang rumahnya dan mengajaku masuk ke dalam.
“ini mobilku masih di sini?” tanyaku.
“mobil ini akan setia menunggu pemilknya datang sama seperti hatiku yang menunggu pemiliknya datang” ucap revan.
Aku pun tersenyum. Mobilku yang selama ini aku tinggalkan di rumah revan masih dalam keadaan yang sama tanpa sedikit lecet pun. Aku senang kalau revan menjaga mobilku baik baik disini.
Revan membuka pintu utama rumahnya dan kemudian masuk. Aku hanya membuntuti revan dari belakang saja. Aku melihat ke sekeliling dan ke dinding yang banyak di pajang lukisan dan foto, aku tersenyum melihatnya ternyata revan mengabadikan semua momen bahagia bersamaku.
Mataku beralih dan terfokus pada sofa yang pernah ku duduki dengan revan waktu nonton tv, keadaannya sangat berantakan sekali. Banyak buku di mana mana. Banyak bungkus snack dan juga minuman botol. Dan ada gitar juga disana.
“kenapa? Berantakan ya?” tanya revan.
“iya. Padahal sebelum aku pergi, aku bersihin rumah kamu. Tapi sekarang sudah berantakan lagi” ucapku.
“tak ada yang berubah khei. Rumah ini belum aku bersihin sama sekali. Aku hanya memasang semua foto ini saja dan jika aku rindu sama kamu aku ke sini buat inspirasi. Aku main musik bernyanyi solo dan mengarang lagu untuk kamu. Dan berharap kamu mendengar laguku dan pulang mengambil hatiku kembali khei” ucap revan.
Aku hanya bisa meneteskan air mata saja tanpa ingin menghapusnya. Aku senang dengan revan, dia masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah.
“makasih van. Makasih buat semuanya” ucapku dengan meneteskan air mata.
“sama sama sayang. Hey kenapa nangis?” tanya revan.
“gak papa kok van” ucapku lalu revan memeluk tubuhku. Rasanya hangat sekali di peluk oleh revan.
Dulu saat aku di california tak ada yang memeluku. Tak ada yang bisa ku ajak bercerita tak ada yang bersedia memikul beban bersama sama. Hanya ada kesunyian, kegelapan dan kesedihan.Setelah itu revan mengantarku ke kamar bawah. Entah sejak kapan ada kamar itu, dulu hanya ada kamar revan saja yang terletak di lantai atas,.
“kamu bersih bersih dulu. Setelah itu kita ke rumah papa ya” ucap revan sambil memberantaki rambutku.
“ih berantakan revan” ucapku.
“tetep cantik kok” ucap revan kemudian pergi dari kamar ini.
Aku menutup pintu dan menguncinya kemudian pergi ke kamar mandi untuk bersih bersih. Aku harus terlihat fresh di depan om erdin. Tapi aku takut bagaimana jika om erdin belum menetujuiku berhubungan dengan revan.
Aku takut jika om erdin akan menolakku dan aku harus kembali menjauhi revan. Aku takut dengan semua itu. sangat takut. Aku menyalakan shower dan duduk di lantai sambil bersender di kaca yang memisahkan ruang mandi dengan toilet.
akhirnya semuanya bersatu, semuanya telah berakhir. Aku akan memulai hidup baruku bersama revan setelah enam tahun kita berpisah. Aku akan berjuang untuk tetap bersama revan sampai kapanpun. Aku sayang revan. Aku juga sangat cinta dengan revan. ucapku dalam hati.
.
.
.
.
.
Aku keluar dari kamar mandi sekitar sepuluh menit dan aku sudah fresh dan wangi. Aku duduk di kursi yang ada di depan meja rias. Aku mengambil sisir yang sudah di letakan disana dan menyisir rambut pirang panjangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT in Love [END]
Random[COMPLETED]"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya" [Belum direvisi, dimaklumi jika banyak typo atau bahasa kurang menarik karena cerita pertama]