Aku menangis di pelukan tante era. Tante era begitu menyayangiku dan menguatkan ku supaya bisa menghadapi ini. Tapi om erdin terus saja menyalahkanku atas semua yang menimpa revan. Om erdin bahkan tidak mau menatapku dan mendengarkan semua yang dikatakan tante era. Apa mungkin karena ada om syam di sana jadi om erdin terbawa emosi.
Lampu merah sudah menyala, berarti operasinya sudah dimulai. Aku terus berdoa agar revan baik baik saja. Aku yakin kamu bisa sayang. Aku ada disini untuk kamu. Aku cinta sama kamu revan.
“kamu yang kuat ya khei” ucap tante era. Aku hanya menganggukan kepala.
“tante. Tadi sore revan menelfonku, dia bilang kalau dia sangat mencintaiku dia juga sangat menyayangiku menyayangiku. Setelah itu revan bilang kalau aku harus menunggu dirinya. Tante apa kata kata revan itu memberikan isyarat kalau itu semuamenyangkut keadaan revan sekarang ini” tanyaku kepada tante era
“tadi revan sempet menelfon saya. Dia bilang kalau dia akan bertemu saya di london. Dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah disana. Dia bilang juga, kalau dia mau ngenalin pacarnya kepada saya. Dan yang paling saya ingat kalau revan mengatakan kalau dia sangan menyayangi saya. Kenapa revan mengatakan semua itu” ucap om erdin. Aku menjadi bingung sekarang. Apa sejak sore tadi revan sudah menyadari akan kejadian ini, tapi kenapa baru sekarang dan kenapa harus revan. Kenapa tidak aku saja.
Enam jam sudah operasi berlangsung, tapi lampu merah belum juga padam. Aku khawatir dengan dia sekarang. Aku ingin sekali dokter keluar dan memberi kabar kalau revan sudah sadar. Tapi itu semua hanyalah realitaku saja.
.
.
.
.
.
Lampu merah sudah padam dan pintu ruang operasi pun terbuka. Dokter tadi yang menangani revan keluar. Tapi kenapa raut wajah dokter itu tidak tersenyum, kenapa malah biasa saja.
“gimana revan dok?” tanya om erdin.
“maaf saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi mas revan sekarang dalam keadaan koma. Bahkan saat operasi nyawanya sempat tak tertolong tiga kali. Selama operasi berlangsung dia terus menyebut nama khei. Apakah di sini ada yang bernama khei?” tanya dokter itu.
“saya dok. Saya kheiva, pacarnya revan. Revan sering memanggil saya dengan sebutan khei” jawabku.
“saya harap anda bisa menemui mas revan dan mengajaknya bicara. Sepertinya mas revan tau jika mbak kheiva ada disini makanya nyawa mas revan masih sempat ketolong tiga kali” ucap dokter itu kemudian dia pergi.
Aku meminta izin kepada om erdin untuk masuk tapi om erdin tidak mengizinkanku. Dengan keras tante era meyakinkan om erdin dan tante era menyuruhku masuk untuk menemui revan tanpa seizin dari om erdin.
Aku pun langsung masuk ke dalam menggunakan jubah berwarna hijau dan topi berwarna hijau. Aku berjalan mendekati revan yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan banyak alat yang membantunya bertahan dan juga selang yang menempel di hidung dan mulutnya.
“hay van” ucapku sambil menangis dan duduk di kursi sebelah ranjang revan. Aku melihat kalau keluarga revan memperhatikanku di luar sana hanya saja jarak kami dibatasi oleh kaca.
“katanya kita mau jalan malam ini. Kata kamu, kamu rindu sama aku?” ucapku sambil menangis. Aku pun meraih tangan revan dan menggenggamnya.
“kamu tau? Aku marah banget sama kamu. Kamu nggak tepatin janji kamu buat jalan sama aku malam ini. Kata nya rindu kok kamu nggak bangun”.
“van ayolah buka mata kamu. Lihat aku di sini, aku nunggu kamu bangun van. Aku cinta sama kamu van. Aku sangat mencintai kamu” ucapku sambil mengis di hadapannya. Aku melihat ke arah kaca, mereka semua menangis melihatk menangis.
Aku mendekatkan wajahku ke wajah revan dan membisikinya sesuatu.
“aku cinta sama kamu van. Aku bakal jagain dan temenin kamu disini” ucapku kemudian meletakkan kepalaku di sebelah kepala revan.
Aku menangis sampai sampai seprainya basah. Aku menggenggam erat tangan revan sambil menangis. Saat aku mulai nyaman aku mendapatkan balasan dari revan, revan juga ikut menggenggam tanganku. Lalu semua tubuh revan gerak termasuk tangannya. Tangannya masih menggenggam tanganku. Dengan cepat aku menekan tombol yang ada di sebelahku untuk memanggil dokter. Tak lama dokter pun datang dengan beberapa suster, aku pun keluar karena tak tega melihat revan yang seperti ini.
Setelah sampai diluar, aku memeluk tante era smbil menangis. tante era juga melihat reaksi dari revan tadi. dia membalas genggaman tanganku setelah itu tubunya bereaksi.
om erdin juga memelukku, dia meminta maaf kalau dia telah membentakku dan menyalahkanku atas semua yang menimpa revan saat ini. setelah itu aku om syam memberiku roti dan juga air mineral tapi aku hanya menerimanya tanpa ada niatan untuk memakannya.
entah kenapa aku tidak lapar sama sekali. aku malah sakit hati melihat revan yang seperti ini. kemudian om erdin pamit untuk pergi ke kantor yang ada di indonesia untuk mengurus beberapa hal tentang biaya operasi revan.
.
.
.
.
.
Lanjut !!!!🙈🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT in Love [END]
Acak[COMPLETED]"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya" [Belum direvisi, dimaklumi jika banyak typo atau bahasa kurang menarik karena cerita pertama]