Kheiva-Revan 46

137 7 0
                                    

aku beralih duduk di sofa yang ada di kamar dinda begitupun dea dan karin, mereka mengikutiku. kami saling bertukar cerita tentang enam tahun ini. dan aku menceritakan semua kehidupanku di california sendirian.

jujur saja aku iri dengan cerita dinda dan juga karin. tapi mau gimana lagi, aku harus pergi waktu itu dan aku memilih ke california.

Aku juga bahagia mendengar cerita indah mereka selama ini, aku ikut bagagia karena kebahagiaan mereka juga kebahagiaanku. selama nya.

"aku masih bingung deh. kenapa kamu pergi ke california pada saat revan koma" ucap dea.

"mau diceritain?" tanyaku.

"iya biar gak penasaran" ucap dea

"jadi gini, hari kelulusan waktu itu aku bener bener bahagia sekali dan saat kita wisuda revan datang ke sana kan setelah acara lempar topi revan menghampiriku dia bilang mau ketemu sama papa dan mamaku untuk meminta restu. dan papa sama mama memberikan restu untuk hubungan ini.  setelah itu kita makan siang, revan banyak cerita tentang hubungannya denganku. revan main ke rumahku sore itu dan karna aku sangat lelah, aku tidur di kamar dan revan mengobrol dengan papa dan mama. malamnya aku menelfon revan untuknmenanyakan keadaanya  tapi revan malah mengajaku makan malam, sebelumnya aku meminta revan untuk membelikan bucket bunga mawar putih. aku mengiyakan ajakannya, aku sudah siap semua kan tinggal nunggu revan datang.

aku menerima telfon dari revan, tapi yang berbicara denganku bukan revan melainkan petugaa kepolisian. dia bilang kalau revan mengalami kecelakaan beruntun di perempatan yang mengarah ke rumahku. aku mendengar itu langsung buru buru ke rumah sakit. dan sampai di sana , polisi memberikan hp revan dan bucket bunga warna putih indah dan sudah tercampur dengan banyak darah" ucapku sambil menangis, aku mengingat semua kejadian itu. kejadian dimana aku sudah tidak bertemu dengan revan lagi. tubuhnya ada di dekatku tapi jiwa nya pergi meninggalkanku.

"jadi revan koma gara gara kecelakaan itu?" tanya dea.

"iya. dan om erdin menyalahkan aku atas semua kecelakaan ini. tapi polisi menemukan cctv yang membuktikan mobil revan di tabrak oleh mobil lain dari belakang. saat mobil revan menabrak mobil depannya, mobil revan terpental hingga ke tengah jalan. saat itu revan berusaha menelfonku, keadaannya masih sadar tapi sudah banyak mengalami pendarahan, tapi ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi. mobil revan tertabrak truk itu hingga kondisinya sangat parah. dan orang yang mengemudi mobil yang menabrak revan itu, kak wulan. kak wulan kakak kelas kita yang dulu nyuruh kita waktu mos sekolah itu dey. kak wulan yang sama juga udah nampar aku waktu itu, siang sebelum malamnya kita merayakan hari jadi kami" ucapku sambil menangis.

"kak wulan, terus dia di penjara sekarang?" tanya dea.

aku menggelengkan kepala sambil menangis. dea memelukku dan mengelus punggungku. aku melihat karin juga menangis mendengar ceritaku.

"kak wulan lebih parah saat menabrak revan dia langsung meninggal di tempat karena dia baru aja minum minuman keras. selama ini dia mengonsumsi beberapa narkoba, dan polisi menemukan itu didalam mobil kak wulan. jadi kak wulan nggak di penjara, tapi keluarganya harus menanggung semua perbuatan kak wulan. sampai sampai perusahaan keluarganya gulung tikar karena tak bisa membayar denda yang di berikan petugas kepolisian untuk membayar semua kerugiannya." ucapku.

aku berhenti bercerita dan menangis. sesekali aku menghapus air mataku. aku sangat mengingat kejadian kejadian terakhirku bersama revan aaat itu.

"setelah itu dokter menyarankan untuk mengoperasi revan. saat revan di operasi kondisi revan semakin parah, dia sempat kehilangan nyawanya tiga kali dan dokter terus berusaha hingga dokter menghentikan operasi itu demi keselamatan revan. dan setelah operasi revan koma, aku menunggu revan rumah sakit waktu itu hingga satu bulan. dulu aku seperti mayat hidup, bahkan om erdin dan kak luvita menyuruh dokter untuk memasang infus di tubuhku karena kondisiku yang terkadang pingsan. saat itu om erdin tak tega dengan kondisiku hingga om erdin menyuruhku untuk pergi dari rumah sakit dan melarangku kembali lagi untuk menemui revan. aku pun ke ruangan revan untuk terakhir kalinya sebelum aku pergi. aku pulang ke rumah dan teringat kalau aku masih punya beasiswa kuliah di london tapi aku memilih untuk pergi ke california. aku menjalani hidup sendirian di sana, bekerja menjadi pelayan cafe untuk memenuhi kebutuhan dan sekolah dengan beasiswa. hingga enam tahun  aku menetap di sana tanpa memberi kabar kepada revan dan keluargaku. tapi revan menemukanku saat aku sedang berdiri di jalan depan cafe, revan mengajaku pulang ke indonesia. awalnya aku menolak tapi revan selalu saja memohon untuk ikut dengannya pulang ke indonesia" ucapku.

aku terus saja menangis hingga saat ini. kini karin juga memeluku, ku merasakan pelukan yang tak pernah ku dapatkan dari sahabat sahabatku. ini adalah pelukan waktu sma dulu. aku bisa merasakannya sekarang.

merasakan betapa senangnya mempunyai sahabat yang sangat kompak denganku. aku tersenyum sambil menangis, aku memejamkan mataku untuk merasakan kehangatan ini.

"lo sekarang gak sendiri khei, ada aku, dinda, dan dea. dan ada teman teman lain juga yang bakal selalu ada buat kumu." ucap karin menenangkanku.

"makasih ya kalian memang baik sama aku" ucapku sambil menangis.

aku yakin sekali aku menjadi orang beruntung ke dua kalinya karena bisa menemukan sahabat sahabat ku kembali setelah enam tahun berpisah.

aku yakin kekompakan kita akan bisa membuat dinda kembali lagi seperti dulu dan melupakan masa lalunya yang buruk. aku kasihan melihat dinda yang seperti ini. dinda yang sangat cerita, tapi kenapa nasibnya seperti ini.

Tak lama dinda bangun dan kami pun segera menemui dinda. dia terlihat sehat sehat saja, tapi kita tidak boleh menanyakan masa lalu dinda atau dinda akan kembali lagi seperti yang diceritakan oleh mamanya.

"din lo udah bangun. gue kangen sama lo" ucap karin.

"karin" ucap dinda.

"masih inget aku?" tanyaku.

"kheiva?" ucap dinda bertanya dan aku menganggukan kepalaku.

"dea?" tanya dinda sambil menatap dea.

lalu kita memeluk dinda dengan bahagia. dia masih ingat dengan kita walaupun ya sebelumnya dia sempat bingung. kami senang dinda tidak berteriak histeris saat melihat kita.

"kalian kok bisa disini?" tanya dinda.

"iya kan kita mau ajak jalan lo. kita kembali lagi ke sma, kita bersenang senang, tertawa barengan. apa lo gak rindu semuanya setelah enam tahun?" tanya dea.

"iya gue rindu itu. gue pengen dari dulu ketemu sama kalian. gue butuh teman cerita, dan waktu itu gue berusaha hubungin kalian tapi gue gagal" ucap dinda sambil menangis.

"butuh teman cerita? maksudnya?" tanyaku.

"iya gue butuh teman cerita. gue mau berbagi cerita masa lalu gue, dimana gue merasa di hianati sama dia" ucap dinda.

"tunggu tunggu. lo kok gak berteriak? atau ketakutan? ketika mendengar masa lalu." tanya karin.

"enggak kok. aku dulu sering berteriak ketakutan karena aku pengen sendiri aja, aku butuh ketenangan. jadi dengan cara itu mama tidak sering mengajaku bicara dan mama jadi melarang siapa saja untuk bertemu denganku" ucap dinda.

"jadi lo bohong sama nyokap lo?" tanya dea.

***

Jangan lupa di vote ya.
Author nungguin nih.

PERFECT in Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang