Aku jadi lebih khawatir sekarang. Bahkan keluarganya tidak mengetahui keberadaannya. Aku tidak putus setengah jalan untuk mencari kheiva. Aku bekerja dan menerima proyek di luar kota juga untuk mencari kheiva disana bahkan sampai luar negeri.
Dulu aku ingat kalau kita pernah menerima beasiswa kuliah di london, apakah kheiva ke sana dan jawabannya tidak. Kheiva sama sekali tidak ada di sana. Dan aku berfikir untuk meminta laporan penerbangan enam tahun yang lalu dibandara dan aku belum juga menemukannya.
"kamu belum tau keberadaan kheiva sampai sekarang?" tanya papa.
"bagaimana aku bisa tau jika dia di usir seperti ini. Jika saja dia tidak diusir pasti setiap hariku akan normal dan aku akan bahagia" ucapku tanpa menatap papa.
"udah udah. Kita makan ya?" lerai mama.
Sejak aku sadar dan di perbolehkan untuk pulang aku tidak di izinkan untuk tinggal sendiri. Mama memintaku untuk tinggal bersama papa mama dan om syam di rumah kami dulu. Sekarang pekerjaan om syam dan papa dipindahkan ke jakarta karena mereka tidak ingin meninggalkanku.
Aku belum sempat pergi ke rumahku selama aku sudah sadar dan sehat kembali. Setelah ini aku akan pergi ke rumah dan akan mengambil beberapa barang barangku untuk ku pindahkan disini.
Setelah sampai di depan rumah aku melihat mobil kheiva yang terparkir rapi disana entah sejak kapan aku tidak tau. Aku membuka gerbang dan masuk kedalam. Aku membuka pintu utama dan melihat semua barang barangku masih tersimpan rapi. Bahkan aku tidak yakin jika kheiva ada di sini.
Aku langsung menuju lantai atas untuk ke kamarku yang sudah lama tidak aku tempatin. Aku melihat semuanya masih sama. Mataku terfokus ke benda kecil yang berada di atas kasur. Aku mendekat dan ku lihat ada sebuah kertas yang dilipat dan diatasnya terdapat kunci mobil. Bahkan Disebelahnya ada benda pipih yang ku kenali, benda ini tidak asing di mataku. Ini adalah kunci mobil kheiva dan handphone milik kheiva. Jadi dia sempat ke sini sebelum dia pergi. Aku membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya
Hy revan.
Aku berharap kamu cepat sadar dan membaca surat ini. Maaf ya jika aku pergi tanpa menunggu kamu untuk sadar. Tapi aku tidak bia berbuat apa apa setelah om erdin mengusirku dari rumah sakit dan memintaku untuk tidak menemuimu lagi.
Tapi tolong jangan marah sama om erdin, maksud om erdin baik kok. Dia gak mau aku terus terusan hidup dengan keterpurukanku walau aku senang dengan kehidupanku bersamamu di rumah sakit. Jika aku bisa memilih, aku akan memilih menunggu kamu di rumah sakit sampai kamu sadar van, bahkan untuk merelakan semua sisa usia aku untukmu tidak masalah karena aku sangat cinta sama kamu van.
Kalau kamu cinta sama aku, tolong kerjarlah aku. Aku sedang menunggu kamu di tempatku. Seperti yang kamu bilang saat di telefon itu, supaya aku menunggu kamu. Jika nanti kita bertemu lagi apakah kita masih terikat dalam satu komitmen yang sama? Tapi aku berharap iya, aku dan kamu masih saling mencintai.
Aku cinta sama kamu revan, dulu sekarang dan selamanya.
-kheiva-
Aku membaca surat itu kemudian menangis. Aku sekarang baru ingat kalau kamarku aku kasih cctv yang ku letakkan di salah satu fotoku.
Aku mengambilnya dan menancapkannya pada laptopku tapi aku harus bersabar karena laptopku kehabisan baterai. Sudah lama juga aku tidak memakainya.
Aku menvcari tanggal dimana enam tahun yang lalu saat kheiva kesini, entah tanggal berapa aku tidak mengingatnya. Jelas aku akan mencarinya hingga ketemu.
Setelah lama aku mencari akhirnya ketemu juga. Aku memutar rekaman itu dan melihat kheiva mengambil kemeja putihku yang pernah ku pakai waktu aku merayakan hari jadian kami di cafe starnight waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT in Love [END]
Acak[COMPLETED]"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya" [Belum direvisi, dimaklumi jika banyak typo atau bahasa kurang menarik karena cerita pertama]