KHEIVA
Aku tertawa lepas disini di satu meja dengan teman teman ku, kakak ku dan pacarku. Aku sangat senang, apalagi setelah wisuda dan kelulusan kak vino berencana untuk melamar karin di paris. Aku sudah tidak sabar sekali dengan acara itu. memang mungkin kak vino berlebihan hingga ingin melamar karin di paris tapi iu semua menggunakan biaya dari kak vino sendiri hasil kerja kerasnya setahun ini.
Aku menatap revan yang juga menatapku sambil tersenyum. Akupun membalas tatapannya daan tersenyum. Hal ini pernah ku lalukan satu tahun yang lalu saat revan selesai un dan aku ikut bahagia akan hasilnya.
Setelah kami berbincang dan tertawa lama akhirnya makanan pesanan kami pun datang. Aku melihat semuanya hampir memesan steak tapi kheiva hanya memesan french toast saja. Tapi tidak apa apa kan kheiva memang suka dengan french toast.
Setelah makan selesai kami pun pulang tapi aku dan revan jalan jalan terlebih dahulu di taman. Aku ingin menghirup udara segar setelah sesak nafas dan pusing karena soal soal ujuan nasional itu.
.
.
.
Malam hari sudah kembali aku diantar revan ke rumah setelah dari taman tadi. Aku melihat ke sisi halaman rumah dan ada mobil kak vino disana, aku pun menduga pasti juga ada karin di dalam. Entah kenapa aku tidak enak diri jika karin terus terusan dengan kak vino, bukannya apa aku hanya khawatir dengan kak vino dan juga karin. Karin bisa di cap jelek oleh orang karena sering tinggal satu rumah bersama pacarnya, pasti orang orang akan membicarakan mereka.
Revan langsung pamit kepadaku dan aku mengiyakannya pasti dia juga capek karena hari ini yang melelahkan.. rasanya aku ingin sendiri memikirkan kejadian demi kejadian yang kulewati bersama revan di masa masa kita lagi bahagia dan sayang sayangnya.
Aku masuk setelah memastikan revan sudah menjauh dari pekarangan rumahku. Aku membuka pintu dan yang kulihat ada karin sedang mengobrol dengan bunda daan juga ayah. Aku pun menyapanya dan melemparkan senyum sekilas dan langsung naik ke kamarku.
Aku meletakkan tasku di kursi belajar dan masuk ke kamar mandi untuk melepas semua pakaianku kemudian mandi dan memakai kaos oblong. Setelah selesai aku keluar dari kamar mandi dan mengambil sisir untuk menyisiri rambutku.
Setelah semuanya selesai dan aku sudah terlihat fresh aku mengambil laptopku dan juga hpku lalu kubawa ke balkon kamar. Jika malam hari aku sering menulis cerita tentang diriku dan juga revan. Aku ingin semuanya di tulis dengan rinci dan aku sudah mendapatkan ratusan halaman dari cerita yang aku tulis.
Aku menceritakan semuanya di laptop ini dan hanyalah aku, revan, laptop dan allah yang tau tentang ceritaku. Bahkan mungkin revan tidak tau ika aku menulis cerita tentang kita.
“khei..” panggil seseorang dari belakangku aku pun menoleh dan kudapati karin yang mendekat ke arahku.
“eh rin. Ada apa?” tanyaku
“lo kenapa kayak nggak suka sama gue tadi. Gue bisa lihat dari tatapan dan sennyuman lo itu. dan gue lihat lo kayak nggak suka sama gue khei” tanya karin.
“terus terang aja ya rin. Aku emang gak suka kamu terus terusan ke sini apa lagi nginep disini. Apa kata orang nanti jika lihat ternyata pacarnya kak vino sering tinggal satu rumah dengan kak vino. Tetangga taunya kan kamu itu temen aku” ucapku. Dan karin hanya menatapku sambil menggeleng kepadaku, bisaku lihat kalau karin kecewa dengan ku tapi apa boleh buat aku juga harus meluruskan nya.
“dan aku minta sama kamu rin, supaya kamu stop tinggal disini sebelum pernikahan kalian terlaksana. Kalau Cuma main aja aku sih gak papa rin, tapi tolong berhenti untuk tinggal disini sebelum kalian menikah” imbuhku.
“kenapa? Kenapa lo ngomong kaya gini sama gue-“ ucap karin sbelum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT in Love [END]
Random[COMPLETED]"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya" [Belum direvisi, dimaklumi jika banyak typo atau bahasa kurang menarik karena cerita pertama]