REVAN
Aku sangat senang melihat orang tua kheiva menyetujui hubunganku dengan kheiva. Rasanya seperti orang tuaku sendiri di saat om mirza dan tante mira sangat peduli denganku. Aku jadi rindu kebersamaan bersama keluargaku yang sekarang pergi sendiri sendiri.
Bahkan setelah mama menikah papa menetap di london dan tak pernah kembali lagi, bahkan aku hanya bisa berbicara dengan papa sebulan sekali karena papa benar benar memutuskan hubungan denganku.
Aku takut nantinya papa tidak menyutujui hubunganku dengan kheiva. Sedangkan mama, dia pernah bertemu dengan kheiva saat mama kembali ke indonesia satu tahun yang lalu. Dan mama memberikanku izin untuk membuat komitmen bersama dengan kheiva.
“jadi, kamu tinggal sendiri?” tanya om mirza. Karena sudah ku ceritakan semuanya tentang hidupku tapi untuk keluargaku belum sempat.
“iya om. Setelah pernikahan mama dengan om syam papa pergi ke london, aku merasa buat apa aku dirumah sebesar itu yang isinya semua hampir kebahagiaan keluarga ku dan juga rumah yang membuat papa sama mama pisah. Jadi saya lebih milih beli rumah yang lebih kecil buat saya tinggal” jawabku.
“o gitu. berarti kamu benar benar sendiri di saat kamu belum bertemu dengan kheiva?” tanya om mirza lagi.
“iya om sebelum saya bertemu dengan kheiva saya merasa semua orang sudah nggak peduli lagi dengan saya dan diri saya menciptakan gunung es yang sangat kokoh itu. saya bersikap dingin kepada semua orang yang ada disekitar saya. Bahkan jika saya lihat laki laki yang memarahi perempuan saya nggak tinggal diam walaupun saya tidak mengenal mereka, dan perbuatan mereka mengingatkan saya pada orang tua saya yang berpisah waktu itu” ucapku lalu aku terdiam sejenak. “setelah saya bertemu dengan kheiva di acara masa orientasi sekolah waktu itu saya pertama nggak suka kalo kheiva itu di suruh suruh sama wulan. Waktu itu saya belum tau kalau namanya kheiva. Saya tau namanya kheiva dari teman saya niko om. Dan setelah itu saya sering berpapasan dengan kheiva. Dan lama kelamaan saya mulai jatuh cinta sama kheiva dan saya berusaha dekat dengannya , semuanya berjalan dengan cepat om sampai saya nggak merasa kalau gunung es yang ada di diri saya itu udah benar benar meleleh hanya karena kheiva. Dan waktu itu saya menyatakan perasaan saya kepada kheiva, dan kheiva pun menerima saya. Saya sangat senang waktu itu, saya merasa kheiva lah satu satunya orang yang peduli daengan saya. Hingga saya berjanji kepada diri saya untuk selalu membuat kheiva tersenyum dan bahagia bersama saya. Kheiva lah tujuan saya bahagia om dan kheivalah prioritas hidum mati saya” ucapku panjang lebar menceritakan semuanya kepada om mirza dan tante mira.
Hingga sampai pada jam lima sore. Aku pamit untuk pulang, tadinya mau pamit sama kheiva. Tapi waktu kheiva di panggil tante mira ternyata kheiva sedang tidur. Dan aku tidak akan membangunkan nya hanya untuk pamit pulang. Aku benar benar senang bisa berbagi cerita dengan orang tua kheiva.
Aku pun melajukan mobilku, aku tidak berniat untuk pulang kerumah terlebih dahulu. Tapi aku akan pergi ke kantor papa yang ada di indonesia yang sudah tak terurus itu untuk menemui sekertarisnya. Dan memintanya untuk membuatkan jadwal pertemuan dengan papa, dan juga bilang kalau aku begitu menyayanginya.
“iya sama minta tolong ya” ucapku pada lita , sekertaris papa.
“iya mas nanti saya buatkan” ucap lita. Aku hanya mengangguk dan langsung pergi dari kantor papa memasuki mobilku mengambil hpku dan menelfon papa utuk memberitau hal ini sekaligus memberi tau kalau aku akan pergi ke london dua bulan lagi.
“hallo pa” ucapku.
“iya kenapa van” tanya papa
“revan mau ngomong sama papa. Papa lagi sibuk gak?” tanyaku.
“enggak, enggak sibuk kok kenapa?” ucap papa
“dua bulan lagi aku akan ke london untuk sekolah disana. Aku dapet beasiswa pa” ucapku
“kamu serius? Kamu dapet beasiswa?” tanya papa.
“iya, aku dapet beasiswa. Dua bulan lagi keberangkatannya. Oh ya sekalian aku mau kenalin pacar aku sama papa” ucapku.
“iya van. Udah dulu ya papa mau lanjut lagi” ucap papa
“tunggu pa” cegahku papa menutup sambungannya.
“ada apa” tanya papa
“revan sayang sama papa. Sayang sekali sama papa. See you pa” ucapku.
“iya papa juga sayang sama kamu revan. See you” ucap papa kemudian mematikan sambungan telfonnya.
Dan aku melajukan mobilku pergi dari kantor papa. Saat di perjalanan aku berhenti untuk menelfon seseorang. Aku baru ingat kalau aku harus bertemu kheiva malam ini. Aku harus memberi tau kabarnya.
Aku mengambil hpku dan menekan kontak kheiva. Setelah beberapa menit kheiva mengangkatnya dan aku mendengar suaranya di seberang sana. Entah kenapa aku begitu rindu kepadanya. Sangat rindu kepadanya.
“nanti aku jemput jam tujuh ya” ucapku.
“iya sayang” ucap kheiva.
“aku cinta sama kamu. Sangat mencintaimu. Tunggu aku ya khei” ucapku.
“iya . kamu kenapa sih bicaranya seakan memberi isyarat kalau kamu itu mau pergi ninggalin aku”. Tanya kheiva
“enggak kok aku hanya rindu sama kamu. Oh ya aku bawain bucket bunga mawar merah ya” ucapku.
“aku lagi pengen mawar putih van” ucapku.
“yaudah satu bucket putih ya. Dada sayang” ucapku lalu memutuskan sambungan telfonnya. Dan kembali melajukan mobilku.
KHEIVA
Revan kenapa ya , kenapa dia bicara seakan dia mau pergi jauh. Ah yaudah lah gak usah di pikirin aku juga harus siap siap buat dandan yang cantik malam ini.
Aku bergabung bersama keluargaku dibawah. Mereka sedang makan malam, aku hanya bermain hp saja karena nanti malam aku akan makan dengan revan.Aku melihat tidak ada karin. berarti benar dugaanku karin menghindar dariku karena sejak tadi di acara wisudi dia tidak menyapaku sama sekali.
aku jadi tidak enak hati telah ngomong seperti itu dengan karin. tapi ada benarnya yang aku omongkan. supaya dia jaga jarak dengan kak vino. dan yang kulakukan sudah benar menurutku.
aku tidak mau jika karin terus terusan tinggal disini bersama kak vino. bukannya aku iri. tapi mau gimana lagi kak vino itu kakak aku. aku mau yang terbaik untuknya.
dimeja makan hanya terdengar suara sendok dengan piring bergesekan dan suara kunyahan dari mereka. kenapa mereka seperti ini biasanya tidak.
"kamu gak makan khei?" tanya mama.
"enggak ma. nanti mau makan malam sama revan" ucapku sambil tersenyum. dan mama hanya menganggukkan kepala saja.
Aku melihat ke arah kak vino. sesekali dia meliriku. aku bingung dengan sikap kak vino. kenapa aku jadi canggung gini sama kak vino. apa karin udah cerita semuanya.
"kak vino kenapa?" tanyaku sambil menatap kak vino.
"yang kamu lakuin udah bener. nggak usah merasa bersalah. nanti karin juga kesini lagi" ucap kak vino.
"maksud kak vino apa?" tanyaku.
"iya. karin ngadu ke kakak kalau kamu nyuruh dia buat stop nginep disini. katanya nggak enak dipandang masa pacaran tinggal satu rumah. dia marah sama kamu yaudah aku benerin aja kata kata kamu eh malah dua ikutan marah . yaudah" ucap kak vino. aku hanya diam saja mendengar kata kata kak vino. aku jadi tidak enak karena hubungan kak vino dan karin sedikit menjauh dan hubunganku dengan karin juga menjadi canggung.
.
.
.
.
.
Lanjut lah !!!!🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT in Love [END]
Casuale[COMPLETED]"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya" [Belum direvisi, dimaklumi jika banyak typo atau bahasa kurang menarik karena cerita pertama]