kelas sepuluh ipa tiga adalah kelas sepuluhku. aku mengintip ke dalam melihat banyak siswa siswi yang ada di dalam. aku teringat dulu aku duduk bersama dea disana. karin dan milla duduk di depanku sedangkan dinda duduk di sebelah milla tapi dengan temanku yang lain.
"kita kesana" ajak revan.
aku pun mengikuti revan yang sudah berjalan dulu. aku melihat ke kelas kelas yang ku lewati. sampai revan dan aku berhenti di pohon yang ada di pinggir lapangan.
"kenal tempat ini?" tanya Revan.
"iya. disini dulu aku di marahi sama kak wulan terus kamu datang. dan di tempat ini lah, pertama kali aku lihat wajah kamu van" jawabku.
"iya. eh kamu mau buat ukiran gak?" tanya revan.
"ukiran apa?" tanyaku.
revan berdiri dan mengambil batu yang dibawah. revan mengambil dua batu dan memberikan satu batu untukku.
"sini" ajak revan sambil menarik tanganku.
aku melihat revan menuliskan namanya di pohon itu menggunakan batu itu. aku tersenyum melihat dia menulis kan namanya.
"sekarang kamu khei" ucap revan.
aku pun menurut dan menuliskan namaku di bawah tanda love yang di buat oleh revan. aku membaca baik baik tulisan itu. pohon ini melambangkan jika di tempat inilah pertama kali revan dan kheiva di pertemukan.
"aku kan suruh pengurus kebun supaya jaga pohon ini baik baik. dan jangan sampai ada satupun siswa sekolah ini yang berani mengahpus nama ini. aku bakal pasang cctv disana supaya aku bisa lihat nanti siapa saja yang akan berusaha merusak nama kita" ucap revan.
"terlalu sensitif kamu van" ucapku.
"aku gak sensitif. aku cuma mau nama kita terus terukir di sini apapun keadaannya" ucal revan membuatku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT in Love [END]
Ngẫu nhiên[COMPLETED]"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya" [Belum direvisi, dimaklumi jika banyak typo atau bahasa kurang menarik karena cerita pertama]