Lana menghabiskan sisa makanannya, siang ini ia harus bertemu dengan Jay untuk melakukan pemotretan. Ia tidak biasa membiarkan perutnya kosong jika bepergian, kebiasaan yang ia lakukan empat tahun terakhir. Lana memutuskan hidup minimalis meski tidak ekstrim.
Setelah perceraian orang tuanya, Lana hanya tinggal dengan mamanya di sebuah rumah kontrakan kecil di Bandung.
Karna Lana tidak melanjutkan sekolahnya, ia memutuskan mencari pekerjaan part time dan usaha kecil-kecilan bersama Gissel, mamanya.Ia membantu mamanya menjadi make up artist, menjahit, dan menjual makanan. Makanan apapun yang dibuat Lana selalu disukai orang-orang. Ia pernah bermimpi untuk membuka kafe atau bakery, namun apa daya ia terhalang dana.
Sampai tahun lalu ia bertemu Nessy yang sedang berlibur ke Bandung, Nessy adalah temannya sewaktu SMA. Nessy menawarkan pekerjaan pada Lana sebagai photo model di Jakarta. Awalnya agak sulit karna Gissel tidak merestui. Gissel khawatir Lana akan jatuh dalam pergaulan yang buruk.
Namun Gissel tidak punya pilihan, karna Lana lah yang harus menjadi tulang punggung bagi mereka. Lana mengambil ponselnya yang berdering. Nama Gissel tertera dilayar.
Lana menyelesaikan makanannya terlebih dahulu sebelum mengangkat telepon.
"Ya mah? ini habis makan"
"Kamu belum ditanyain udah jawab aja, udah di transfer uang listriknya nak?"
"Ya biasakan mama nanya itu dulu jadi aku udah hafal, iya udah Lana transfer mah, mama sehat kan?""Iya mama sehat, kamu jadi ke Bali?"
"Jadi mah, Nessy uda pesan tiket"
"Jaga dirimu ya, nak"
"Iya mamaku sayang Lana pasti jaga diri"
"Ya udah kalau gitu mama tutup teleponnya ya, bye nak, i love you"
"I love you ma, bye"Begitulah Gissel setiap harinya, minimal satu atau dua kali sehari ia harus menghubungi Lana. Hubungan mereka sudah jauh lebih baik sekarang, dan Lana sangat-sangat bersyukur. Kalau dulu Gissel dibutakan oleh harta duniawi dan menelantarkan Lana sejak remaja.
Kini Lana satu-satunya harta yang Gissel punya. Setelah menerima tawaran Nessy untuk menjadi photo model, Lana tinggal di apartment Nessy di jakarta. Untungnya Lana dan Nessy bukan tipe orang yang suka menyusahkan orang lain, justru mereka sama-sama saling membantu satu sama lain.
Setiap Nessy bekerja, Lana selalu menemaninya. Sebaliknya, meski Nessy tidak perlu selalu ikut Lana bekerja, Nessy akan selalu siap membantu Lana jika diperlukan.
Besok Lana dan Nessy akan berangkat ke Bali. Nessy mendapatkan job mengisi acara birthday party di salah satu club di bali. Lana membantu segala keperluan Nessy termasuk membantu memberi ide dalam menentukan pakaian apa yang harus Nessy kenakan.
Bekerja sebagai disk jockey membuat Nessy harus terus memperhatikan penampilannya, apalagi karna ia seorang disk jockey wanita. Bukan hal yang baru atau aneh, namun bagi Nessy menjaga penampilan tidak begitu penting selama ia cantik dan hot.
Namun ia tidak bisa seenaknya jika ingin disukai orang, begitulah kata Lana setiap Nessy protes menerima pakaian pilihan Lana.
Lana mengambil tasnya dan berjalan keluar apartment. Hari ini Nessy membawa mobilnya, sehingga Lana harus naik taksi untuk sampai ke kantor.
***Sampai di kantor Lana berjalan ke lantai dimana ia akan melakukan pemotretan bersama Jay, photographer yang sudah memotret dirinya satu tahun terakhir.
Pemotretan kali ini sangat istimewa, karna Lana menjadi brand ambasador salah satu perusahaan ritel perhiasan yang cukup popular.
Ia harus lebih semangat agar karirnya yang baru seumur jagung ini terus bersinar. Banyak yang memuji Lana karna dengan mudah bisa menjadi brand ambasador produk dari perusahaan besar di usia karirnya yang baru setengah tahun.
Dan tidak sedikit yang iri padanya karna ia tidak pernah mengikuti sekolah modeling namun bisa bersaing dengan model senior yang sudah lulus sekolah modeling.
Lana sendiri tidak mengerti. Padahal awalnya ia hanya mencari keberuntungan dari penawaran Nessy. Tidak disangka keberuntungan itu benar-benar ia dapatkan, ia tidak sabar untuk terus menabung dan memperbaiki perekonomiannya bersama gissel.
Mamanya yang sudah tua itu sudah sepantasnya dimanjakan. Ia tidak tega jika mamanya harus terus menjadi MUA dan menjahit diusianya yang sudah tua.
Lana memasuki gedung yang merupakan kantor management-nya. Ia menekan tombol lift menuju lantai dimana ruang make up dan studio Jay berada.
Sampai disana Lana menyapa beberapa rekannya yang sesama model, ada yang kembali menyapanya ada juga yang hanya diam saja. Lana sudah biasa dengan sikap beberapa rekan sesama model yang tidak menyukainya.
Biar bagaimanapun pekerjaan ini sangat ia butuhkan meski ia tidak begitu menyukainya.
Lana berusaha berpikir positif jika suatu saat nanti ia bisa benar-benar menekuni apa yang ia sukai.
Dengan begitu ia tidak akan bertemu lagi dengan wanita-wanita aneh ini.
***Setelah make up dan berganti pakaian dengan gown yang disediakan, Lana bergegas menuju ruang studio yang berada tepat disamping ruangan itu. Tampak Jay sedang mengutak-ngatik kameranya dengan fokus. Jay yang sadar dengan kedatangan Lana langsung menyapanya.
"Hai babe, wait a minute!" katanya sambil mengacungkan kameranya. Menunjukan isyarat bahwa ia sedang fokus dengan benda itu.
Pria itu kembali mengutak-ngatik kameranya, sementara Lana menunggunya sambil memandangi dirinya pada kaca besar di dekatnya.
Lana teringat perkataan Gissel yang mengatakan kalau dirinya sangat cantik, maka dari itu ia harus menjaga dirinya dengan baik. Lana tersenyum pada kaca di hadapannya. Ia akui dirinya cantik, bukannya terlalu percaya diri. Tapi memang begitulah keadaannya. Ia tidak begitu bangga dengan parasnya, karna kecantikannya kadang membawanya pada masalah.
Apalagi ia tidak bisa menjaga diri seperti seorang jagoan. Ia terlalu lemah untuk melindungi diri, apalagi terhadap laki-laki. Kalau bukan karna Gissel dan Nessy, ia tidak tahu sudah jadi apa sekarang.
Banyak sekali laki-laki yang mendekatinya. Bahkan di awal bekerja sebagai photo model ia sudah ditawarin menjadi simpanan pejabat. Sangat menjijikan bukan? Tidak hanya itu, Lana sudah sering diancam beberapa pria setelah menolak menjadi teman tidurnya.
Lana memang selemah itu untuk melawan, bukan berarti ia menerima tawaran-tawaran itu. Nessy lah yang melawan dan melindungi Lana dari pria-pria sinting dan gila hasrat itu selama ini.
Lana tersenyum lagi mengingat Nessy yang begitu gagah melawan pria-pria itu, kalau bukan karna mulutnya yang seperti silet sudah pasti pria-pria itu meminta Nessy menggantikan Lana.
Nessy dengan tubuh moleknya dan wajah imut namun jutek, melawan pria-pria hidung belang dengan kata-katanya yang pedas dan terkadang diselingi dengan sedikit tendangan atau tamparan maut. Lana selalu terhibur ketika Nessy melakukannya. Untuk sekarang ia akan aman selama bersama sahabatnya itu.
"Hey kenapa senyum-senyum? Serem banget, gak kesambet kan?"
Tanpa Lana sadari Jay memperhatikan dirinya sejak tadi. Ia mengerucutkan bibirnya dan menghampiri Jay.
"Paan si gak lucu" Jay membalasnya dengan kekehan."Kamu tuh yang lucu, senyam-senyum depan kaca" Lana menahan senyumnya karna malu, ia lalu memposisikan dirinya di depan camera.
"Gak usah bawel, udah ready kan?"
"Iya udah, yang bener mukanya jangan monyong-monyong"
Lana memelototi Jay yang sudah tertawa geli. Pria itu memang suka sekali menjahili Lana. Menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Sugar
Romance21+ Dua pasang anak muda yang kembali dipertemukan ketika sama-sama sudah dewasa dan mapan. Noah Eldrick Ghozalie, seorang professional photograper ternama, berusaha mengejar kembali mantan kekasihnya yang sekarang menjadi seorang model. Mencari ses...