30

325 19 0
                                    

Noah meneguk jus buatan ibu Keenan. Hari ini ia akan ikut menjadi saksi di acara pertunangan Keenan dan Thalita.
Ia memperhatikan wajah Keenan yang tampak santai, tidak terlihat nervous sama sekali. Dasar pria aneh.

"Noah, kamu jangan minum jus aja, dimakan buburnya"
"Iya mom"
"Ken, kamu panggilin Daddy gih"
"Males ah, suruh Nuh aja" Noah mendelik ke arah Keenan. Dasar anak kurang ajar.

"Noah, bisa tolong panggilin Daddy? Nanti baru lanjutin makannya"
"Iya mom"
"Ken kamu makan yang bener, jangan sambil main HP kaya bocah aja harus dibilangin"
"Sabar dong mom, katanya aku Raja hari ini, masak Raja di omelin"
"Ya gak gitu juga Jarwo!"
"Siapa Jarwo?"
"Ya daripada Bambang, kan bosen" Keenan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah ibunya yang absurd.
***

"Sebelumnya kami berterima kasih karena kedatangan kami disambut dengan hangat di rumah ini"
"Jadi maksud kedatangan kami adalah ingin melamar anak tunggal bapak dan ibu, Thalita Arsyad"
"besar harapan kami sebagai orang tua dari Keenan Murphy, jika bapak dan ibu mau menerima lamaran anak kami"

Noah menjepret momen berharga tersebut dengan kameranya.
Keenan bijak sekali memanfaatkan temannya yang kebetulan berprofesi sebagai photographer.

Noah mendengus ketika mengingat semalam Keenan meminta balasan karna telah membantunya memberikan informasi yang ia butuhkan.

"Kami sangat senang dengan kedatangan bapak dan ibu juga nak Keenan"
"Kami juga menerima lamaran dari bapak dan ibu untuk anak kami Thalita, bagaimana sayang? Kamu bersedia menerima lamaran nak Keenan?" Tanya ayah Thalita pada anak gadisnya.

Thalita tampak cantik dengan kebaya dan make up sederhana namun elegan. Ia tampak tersenyum malu sebelum menjawab bahwa ia bersedia menerima lamaran Keenan. Sedangkan Keenan tampak diam tanpa ekspresi.

Acara berlangsung selama dua jam. Dan sekarang mereka sedang menikmati makanan yang telah disajikan.
"Lo kok gak duduk deket Thalita sih" tanya Noah pada Keenan yang duduk di sampingnya. Mulutnya asik mengunyah sehingga sulit menjawab pertanyaan Noah, ia hanya menjawab Noah dengan mengangkat kedua bahunya.

Noah melempar pandangan ke arah Thalita yang sedang mengobrol dengan ibu Keenan. Ia tidak menyangka mantannya itu akhirnya akan menikah dengan sahabatnya sendiri. Noah bersyukur akhirnya Thalita bisa move on darinya, dan menemukan penggantinya.

Meski Keenan tidak bisa dibilang lebih baik darinya secara hati nurani. Tapi secara finansial jelas Keenan pemenangnya. Noah mendoakan sahabatnya itu segera bertobat dari kebrengsekannya, dan bisa membahagiakan Thalita.

"Noah, gue duduk disini ya?" Tanya Thalita dengan membawa segelas es buah di tangannya. Keenan tidak mengubris kedatangan Thalita sama sekali. Masih sibuk dengan makanannya seperti anak kecil.

"Eh iya Lit, duduk aja ngapain nanya"
"Ya mana tahu gue ganggu"
"Gak lah, lagian ada tunangan lo disini ngapain mikir gitu"
Thalita hanya terkekeh, lalu menyendokkan es buahnya ke dalam mulutnya.

"Noah, gue denger Lana jadi bintang tamu ya di MW?"
"iya, kenapa? lo kenal?"
"Iyalah, gue kan satu management sama dia"
"Ah iya gue lupa, lo gak niat pindah management ke management tunangan lo?"
Thalita tampak menoleh ke Keenan, pria itu seperti budeg atau memang tidak mendengar perbincangan mereka.

"Belum ada kepikiran, lagian gue masih ada kontrak" Noah mengangguk.
"By the way beneran lo pacaran sama Lana?"
"Tahu dari mana?"
"Dari Jay, katanya lo sama Lana pacaran"
"padahal Jay naksir banget loh sama cewek lo, gak nyangka ternyata kalian pacaran, kalian backstreet ya?"
Noah tertegun sesaat. Jay naksir Lana? Jadi benar perkiraannya selama ini? Wah gak bisa dibiarin nih. Pikirnya.

"Gak kok, Lana mantan gue bukan cewek gue" Thalita tampak terkejut.
"Serius? berarti masih ada kesempatan dong buat Jay" Noah mengetatkan rahangnya. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak sekarang, tidak di masa depan.

"gue sama Lana emang gak ada hubungan lagi, tapi gue bakal dapetin dia lagi, soon"
Thalita tampak tertegun. Ia mengunyah es buahnya dengan lambat.
"Complicated ya?" Noah tersenyum masam. Tidak berniat menjawab pertanyaan itu.

"Nuh, gue balik duluan, lo anter nyokap bokap ya"
"Hah? Lo mau kemana Ken?" Tanya Noah.
"Nanti gue jelasin" Keenan bangkit berdiri menghampiri kedua orang tuanya berserta calon mertuanya.

Setelah meminta maaf karna harus pamit lebih dulu. Keenan meninggalkan kediaman orang tua Thalita tanpa pamit dengan tunangannya itu. Noah menatapnya bingung ke arah Keenan yang sudah menjauh. Sementara Thalita sudah memasang wajah yang ditekuk. Kasihan.
***

"Kamu tega banget Ken! Kenapa kamu tunangan sama dia tanpa ngomong ke aku?"
"Emang kalau aku ngomong sama kamu, kamu mau apa juga Lus? jangan mempersulit aku lah"
"Mempersulit kata kamu? Jadi kamu pikir aku ada di posisi yang gimana? Aku tahu hubungan kita emang gak jelas, tapi semua itu karna kamu sendiri yang gak mau memperjelasnya"
"Kamu tahu sendiri alasannya Lus, jangan salahin aku terus ketika kamu sendiri juga salah"
"Kamu sendiri gak pernah niat lamar aku Ken! Jadi untuk apa aku capek-capek berubah?"
"Jadi fokus kamu berubah hanya untuk nikah sama aku? Emang kamu pikir masa depan cuma sama aku doang? Kalau akhirnya kita gak jodoh terus sampai mati kamu gak mau berubah?"
"Itu kenapa aku gak pernah mau bawa kamu ke orang tua aku Lus, pikiran picik kamu buat aku ilfeel!"
"Ilfeel? Kamu pikir aku gak ilfeel? Kamu jalan sama aku tapi juga gak berenti tidurin banyak cewek! Kamu ngaca deh Ken!"
"Apa bedanya sama kamu? Kamu bahkan dengan percaya dirinya ngejar-ngejar Noah, dan gak merasa bersalah sama sekali ketika aku tahu, Noah itu sahabat aku Lus!"
"Bukannya kita impas Ken? Kamu duluan kan yang mulai? Aku bahkan masih gak merasa ini fair buat aku!"
"Jadi kamu mau bales aku? Cukup ya Lus, aku bantu kamu sampai sini aja, mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi"
"Dan please jangan ganggu aku lagi, terutama Thalita! Dia tunangan aku sekarang!" Keenan merasakan panas di pipinya ketika Lucy menamparnya.
Ia marah. Tapi ia juga merasa pantas menerimanya. Lucy memang salah, tapi dirinya juga tidak bisa dibilang benar.
***

"Udah Lit, nanti diliat orang tua lo, gak enak juga sama calon mertua"
"Gue salah ya kalo cemburu?" Noah menghela nafas. Ia setuju jika Thalita tidak salah. Keenan memang brengsek.

"Sekarang lo sama Keenan udah resmi tunangan, dan beberapa bulan ke depan lo bakal jadi istrinya"
"Saran gue Lit, lo persiapin diri lo selama beberapa bulan ke depan, lo udah tahu kelakuan Keenan dari sebelum kalian menikah, jadi lo gak bisa salahin dia kalau nantinya lo gak bahagia menikah sama dia"
"Intinya lo sabar aja dulu, sambil pelajarin sifatnya, dan merenung seberapa siap lo menerima kekurangan Keenan"
Thalita menghapus air matanya dengan tisu yang Noah ulurkan. Ia bersyukur Noah masih tetap tinggal ketika tunangannya justru pergi tanpa menghiraukannya.
"Gue ngerasa Keenan berlebihan banget sama Lana, meskipun Lana udah jelasin kalau mereka gak ada apa-apa, tetep aja gue kesel kalau Keenan lebih merhatiin Lana daripada gue"
"Sabar Lit, sorry gue gak bisa ngomong apa-apa lagi"
"Iya gue ngerti, makasi ya Noah" Noah mengangguk.

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang