36

278 20 0
                                    

Nessy tertidur di atas sofa ruangan pribadi Keenan. Keenan tidak sempat mengantarnya ke apartmen karna harus mengejar meeting.

Semua karna egonya yang ingin makan takoyaki. Akhirnya Nessa terpaksa dibawa ke kantor Keenan dan berakhir tertidur di ruangan itu.

Keenan memperhatikan posisi tidur gadis itu. Satu tangan jatuh menggantung di udara, dan satu kaki terjatuh di lantai. Sementara tangan dan kaki lainnya bertahan di posisinya di atas sofa. Keenan menggelengkan kepalanya.

Usia adik sepupunya sudah hampir dua puluh lima tahun. Tapi Nessa tidak tampak dewasa dari sisi fisik maupun tingkah lakunya.

Ia teringat saat pertama kali ibu Nessa menitipkan gadis itu padanya. Padahal usianya sendiri saat itu masih terbilang muda.

Ia tidak yakin bisa menjaga Nessa selama gadis itu bersekolah. Namun ibu Nessa sangat percaya jika dirinya bisa melindungi dan menjaga anak gadisnya.

Sikap Nessa saat bertemu dengannya dulu tidak jauh beda dengan yang sekarang.  Selalu membuatnya emosi dan stres.

"Ness bangun!"
"Zzzz"
"Nes!"
"Zzz"
"WOY BANGUUNN!!!"
"Hah? Kenapa-kenapa?"

"Ayo gue anter pulang" Nessa mengerucutkan bibirnya. Kesal karna dibangunkan ketika sedang enak-enaknya tidur.

Keenan mengendarai sedannya menuju apartmen Nessa.
"Rencana lo apa setelah ini Nes?"
"I dunno, yang jelas gue bakal pindah"

"Lagi?"
"Ya"
"Trus?"
"Gue mau jual apartmen"

"Bukannya baru lo lunasin?"
"Gak ada pilihan lain Ken, lo tahu sendiri orang tua gue"
"Ya udah ntar gue bantu jualin"

"Serius?" Mata Nessy berbinar-binar menatap Keenan. Ia yakin Keenan bisa menjual apartmenmya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Kalau tidak untuk apa ia mewarisi bisnis properti ayahnya? Kemampuan Keenan diakui banyak kalangan bisnis mereka.

Keenan menarik ujung bibirnya. Ia tahu cepat atau lambat Nessy akan menyerah.
"Syarat ketentuan berlaku" ah tentu saja. Bathin Nessy.

"Kira-kira syaratnya ngerugiin gue gak nih?" Keenan mengangkat bahunya.
"Ya udah apa syaratnya?"

"Syaratnya cuma 2"
"Ya apaan?"
"Lo kasih tahu gue apapun yang lo tahu tentang Lana dan Noah" Nessy mendengus.

"Lo udah nanya puluhan kali Ken! Dan gue udah jawab"
"Mereka cuma mantan, itu aja yang gue tahu"
"Kalau gitu gue gak jadi bantuin jualin apart lo"
"Kok gitu? Kan udah gue jawab"

"Gue tahu lo bohong Nes, lo pikir apa yang lagi gue lakuin? Kita sama-sama lagi bantuin temen kita masing-masing, kalau lo lupa, Noah sahabat gue" Nessy menggigit bibir bawahnya.

"Emangnya lo bisa apa?"
"Gue gak tahu bisa gue apa, setidaknya gue usaha dengan nanya langsung sama lo"

"Trus yang kedua apa?"
"Yang kedua lo kasih tahu dimana Lana tinggal" Nessy kembali mendengus.

"Nes, kalau lo emang sayang sama Lana, menurut gue lo harusnya bantuin dia nyelesaiin masalah, bukan bantuin dia lari dari masalah"
"Sampe Lana beranak cucu kalau dia gak nyelesain masalahnya, gak ada gunanya dia hidup"

"Gue gak tahu seberapa besar masalah mereka, karna Noah juga gak cerita banyak, dia juga gak banyak minta bantuan sama gue"
"Tapi gue sebagai sahabatnya, gak bisa diem aja liat dia uring-uringan sampe ninggalin kerjaan demi nyari Lana ke Bandung"

"Gue ketemu Noah pertama kali dalam keadaan menyedihkan Nes, dia lari dari rumah kaya orang bego dan kelaparan"
"Satu-satunya yang bikin dia merasa dalam masalah, ya cuma tentang keluarganya"

"Tapi setelah Lana, gue bisa lihat gimana Noah sama uring-uringannya dengan masalah keluarganya"
"kesimpulannya, Lana sama pentingnya sama keluarganya"

"Gue gak suruh lo nyerahin Lana Nes, biarin Noah usaha sendiri, gue juga gak akan dorong Noah untuk ngejar Lana, semua keputusan di tangan dia"

"Pertanyaan pertama itu untuk gue, supaya gue tahu gue harus ngapain"
"Pertanyaan kedua jelas untuk Noah"
"Mereka harus selesain masalah mereka sampai beres Nes, sisanya terserah mereka"

"Lo gak mikir apa? Cuma gara-gara ketemu Noah, Lana bisa ninggalin karirnya yang baru naik? Dimana posisi dia sekarang itu sangat diidam-idaman banyak talent di management gue"
"Gue gak tahu siapa Lana bagi lo, tapi Noah udah kaya saudara bagi gue, nyokap sama bokap gue bahkan udah anggap dia bagian dari keluarga gue"

"Jadi bukannya gue lebay, atau mau ikut campur urusan orang lain, lo tahu itu bukan karakter gue"
"Noah adek gue Nes, sama kaya lo"
"jadi please kalau lo ngerti maksud gue, ayo kita bantuin mereka"

Nessy menghela napas, membuang pandangannya keluar jendela.
Mereka sudah sampai dan berhenti di parkiran apartmen Nessy.

"Lana pernah hamil"
"Lo pasti tahu itu anak siapa" Keenan menoleh ke sampingnya, tapi Nessy menolak menatapnya balik.

"Noah gak pernah mau menikahi Lana, karna merasa gak siap dan terlalu muda untuk hubungan kaya gitu"

"Lana emang gak pernah bilang soal kehamilan, dia terlalu takut ditinggal Noah"
"gue gak bisa bayangin posisi Lana saat itu"
"Lana bahkan baru lulus SMA"
"gue aja masih virgin sampe sekarang meskipun pergaulan gue texas mampus"

"Kenapa dia yang anak baik-baik, selalu dapet peringkat tinggi di sekolah tapi bisa dibegoin sama Noah?"
"Apa karna dia terlalu lugu?" Nessy bukan bertanya pada Keenan, ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Tapi hari itu mamanya datang, dan bawa dia pergi"
"Lana pergi tanpa sepengetahuan Noah"
"Ya. Mereka tinggal bareng selama hampir satu tahun"

"Setelah hari itu Lana udah gak pernah tahu kehidupan Noah, dan dia berusaha untuk gak cari tahu"
"Orang tua Lana bercerai, dan Lana tinggal sama mamanya sampai sekarang"

"Lana tinggal di Bandung sama mamanya, nanti gue kirim alamatnya sama lo" Nessy memberanikan diri menoleh ke arah Keenan yang menatapnya dengan terkejut. Ekspresi yang sama saat Lana menceritakan masa lalunya padanya. Nessy tersenyum pahit.

Akhirnya ia memberitahu Keenan setelah berminggu-minggu menahannya. Apa ia harus merasa bersalah pada Lana?

"Jadi Lana dan Noah sudah punya anak? Dan Noah gak pernah tahu?"
"Anak itu gak pernah lahir Ken, Lana keguguran"
"Di-dia gak aborsi kan?"

"Gak lah, lo pikir Lana sepicik itu? Lana tuh cewek lembek yang terlalu lugu dan kelewat baik, gak mungkin dia mau bunuh anaknya sendiri"
"Dia keguguran karna terlalu capek kerja bantuin mamanya"

Keenan meluruskan pandangannya ke depan, ia menghembuskan napasnya dengan kasar. Serumit itu ternyata. Wajar saja Lana selalu ketakutan jika bertemu Noah.

Sedangkan Noah selalu mengejarnya seperti banteng.

Kasihan Lana.
Kasihan Noah.

"Jadi setelah gue cerita, lo mau apa Ken?"
"Sejujurnya gue juga gak tahu, yang jelas gue harus ngomong baik-baik sama Noah, karna dia gak pernah cerita kenapa dia ngejar-ngejar Lana"
"Dari cerita lo tadi, artinya Noah gak tahu apa-apakan?" Nessy menggelengkan kepalanya.
"Tapi Noah keliatan kaya ada beban Nes, dan gue gak tahu itu apa"

"Mungkin dia penasaran doang Ken, karna Lana selalu bersikap berlebihan setiap ketemu Noah, bukannya cowok emang gitu? Suka penasaran?"

Keenan menatap Nessy di sampingnya.
"Bisa jadi"

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang