35

309 19 0
                                    

Noah memasuki kamar itu dengan menenteng ranselnya. Ruangan itu tampak bersih karna ia sudah meminta pegawainya untuk membereskan dan mengganti sprei tempat tidurnya.
Sudah hampir dua tahun ia tidak menempati kamarnya.

Bandung.
Kota ini terlalu banyak kenangan yang menyakitkan. Ia sudah bertekad untuk tidak akan menginjak kota ini lagi kalau tidak ada keperluan yang sangat penting.

Perkataan Benny kemarin begitu mengganggu pikirannya. Benny mengatakan kalau ia bertemu Lana, di Bandung. Dan itu masuk dalam kategori penting. Karna itu ia memutuskan untuk ke Bandung keesokan harinya.

Ia langsung menyelesaikan segala urusan pekerjaannya agar bisa menemui Benny.

Bandung.

Kenapa ia tidak kepikiran? Kota ini memang tempat kelahiran Lana sama seperti dirinya. Pasti wanita itu pulang untuk menemui orang tuanya.

Kemana lagi Lana akan lari kalau bukan kepada orang tuanya? Noah tahu persis bagaimana tabiat wanita itu. Lana tidak suka bergaul dengan banyak orang, ia lebih suka dikelilingi oleh orang-orang baik yang menyukainya.

Karna Lana lah Noah juga berpikiran seperti itu. Dan masih seperti itu sampai sekarang. Noah hanya bergaul dengan Keenan, Jay, dan sekarang Denish.

Entah Benny yang mengada-ada tentang pertemuannya dengan Lana agar Noah mau pulang ke Bandung dan mengunjungi Ayah, atau memang begitu adanya.

Yang jelas Noah tidak bisa berhenti memikirkan Lana. Lana mendadak pulang ke Bandung setelah ia melakukan pemotretan dengannya, jelas sekali wanita itu sedang menghindar darinya.

Tok tok tok.
Itu pasti pegawainya yang ingin mengantarkan makanan. Bathin Noah.

"Masuk" katanya dengan nyaring.
Pria itu membuka pintu lalu mendorong meja dengan roda dikakinya memasuki kamar Noah.
"Lebay banget lo makan di kamar, biasa juga makan di bawah" Noah melirik kakaknya yang sedang mendorong meja itu.

"Perasaan gue belum suruh lo datang"
"Masalahnya gue mau berangkat besok ke Jakarta, ada tugas dari kantor, dua hari"
"Kenapa lo baru bilang? Kan bisa nyuruh gue ke sininya setelah lo pulang"
"Siapa yang nyuruh? Kan lo sendiri yang bilang mau datang"
Noah menggelengkan kepalanya.

Benny masih saja menyebalkan, padahal umurnya tidak muda lagi. Kata orang-orang seiring berjalannya waktu seseorang akan berubah dengan sendirinya karna faktor usia. Nyatanya Benny masih saja seperti itu.

"Jadi maksud lo kemarin apa?" Noah mulai mengambil lauk pauk dan memasukannya ke dalam piringnya.
Sedangkan Benny menggantikan posisi Noah yang tidur di atas tempat tidurnya.

"Ya kaya yang gue bilang kemarin, gue ketemu Lana di makam depan sekolah"
"Gue juga kaget dia ada di sini, katanya sih kangen orang tuanya trus dia juga mau ziarah ke makam adiknya"
"Emangnya Lana punya adik El?"

"Kan udah gue ceritain dulu" jawab Noah sambil mengunyah makanannya.
"Iya gue inget, berarti Lana bohong dong kalau itu makam adiknya? Lagian nama balakang di nisan itu ada yang aneh, kalo gak salah Sabina Ghozalie atau Sabrina Ghozalie lupa gue"
"Mungkin kebetulan aja" jawab Noah cuek.

"Kebetulan yang aneh El, gue tetep curiga"
Noah mengangkat bahunya masih fokus dengan makanannya. Ia tidak terlalu memikirkan makam itu apalagi nama di nisannya. Fokus Noah saat ini hanya satu, Lana ada di Bandung dan ia tidak bisa menunggu lama lagi untuk menemuinya.

"Jadi lo ke sini mau ngapain El?"
"Gak ada, gue cuma mau ketemu sama dia"
"Bukannya lo sama dia satu kota? Ngapain lo ngejar sampe sini?"
Noah menoleh ke arah Benny, tatapannya seolah mencurigai kakaknya.
"Kok lo tahu Lana di Jakarta?"

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang