2

1.4K 40 0
                                    

Noah melangkahkan kakinya dengan pasti di atas lantai granit nan mahal sebuah gedung tower yang besar dan megah.

Biasanya ia hanya berlalu lalang di tower B karna itu adalah tempat unit apartmentnya berada. Namun hari ini ia akan membiasakan dirinya untuk bolak-balik di tower A.

Tower yang dikhususkan untuk ruang pertemuan dan perkantoran dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bawah naungan Murphy Group.

Noah sudah merenungi ucapan Keenan satu minggu yang lalu. Ia benci ketika Keenan mulai memohon kepadanya. Seminggu sudah ia mempertahankan diri agar tidak terenyuh dengan permintaan Keenan.

Dan disini lah ia sekarang, melangkahkan kakinya di sebuah kantor yang sedang sibuk.
Men's World Magazine Office.

Noah membuka ruangan disudut kantor itu. Setelah menerima izin dari sekretaris Keenan tentunya.

Tampak Keenan berdiri di balkonnya sambil mengaduk-ngaduk gelas berisi kopi. Ia menjepit sebatang rokok di ujung bibirnya.

Pria itu seolah-olah tidak menyadari kedatangan tamu yang tidak diundang, ia terus mengaduk kopinya tanpa melihat Noah yang sudah berjalan memasuki ruangannya.

Noah tahu Keenan sedang merajuk padanya. Ia memilih duduk di atas sofa yang terletak di samping balkon tanpa permisi.

"Kantor lo sibuk banget kayanya Ken"
Keenan berhenti mengaduk kopinya, rokoknya ia letakkan di atas pagar balkon setelah ia menghisapnya dalam-dalam.

"Iya, bulan depan kan ulang tahun MW" jawabnya datar.

Keenan menyesap kopinya sedikit-sedikit. Ia masih tidak berniat menoleh ke arah tamunya. Noah hanya mengangguk-angguk karna tidak tahu harus membalas apa.

Untungnya Keenan kembali membuka mulutnya.
"Lo tumben ke sini? Gak kerja?"
"vakum dulu.."
"...Gue udah pikirin Ken.."
"Jadi kapan gue bisa kerja?"
Kali ini Keenan membalikkan tubuhnya. Ia menatap Noah dalam-dalam. Memastikan kalau ucapan Noah bukan prank semata.

Ia menghampiri Noah dan ikut duduk bersender di sebelahnya.
"Gue udah minta tolong Jay buat gantiin Dom sementara, sayangnya dia udah dikontrak duluan sama Miller"
"Syukur lah lo akhirnya mau"
"Besok lo udah bisa kerja" Noah mengangguk.

"Well, gue harap lo gak nahan gue lama-lama" ya Noah tidak berniat membantu Keenan selama-lamanya di kantor ini. Pekerjaan yang terpaksa ia vakumkan dan bisnisnya yang lain membutuhkan perhatian penuh darinya.

Kalau bukan karna hubungan baik yang mereka miliki, sudah dipastikan Noah akan menolaknya mentah-mentah.
"two months, no more" kata Noah dengan nada tidak bisa dibantah.

"hold my words bro, cuma sampe edisi ulang tahun kelar" Noah mengangguk, untuk sementara ia harus mempercayai Keenan dengan janjinya. Lagipula upahnya sangat lumayan, meski lebih rendah sedikit dari pendapatannya biasanya.

Inilah pekerjaan Noah selama dua bulan kedepan. Ia harus vakum sementara dari pekerjaan aslinya demi mengggantikan Dom.

Dom adalah photogapher yang Keenan pekerjaan selama lima tahun terakhir, entah apa yang membuat Dom tiba-tiba mengantarkan surat pengunduran diri secara mendadak. Yang mengakibatkan beberapa pekerjaan harus ditunda selama pengganti Dom belum ada.

Keenan meminta bantuan Noah untuk melanjutkan pekerjaan Dom yang belum sempat ia selesaikan. Sebelum akhirnya ia menemukan orang yang tepat untuk menggantikan Dom.

Ruang studio photo berada di bawah lantai kantor MW. Noah baru pertama kalinya menginjak lantai tersebut.

Biasanya ia hanya menginjak lantai kantor MW, dimana ada ruangan pribadi Keenan.

Setelah lift terbuka. Mereka bersama-sama melangkah menuju studio tersebut. Kantor di lantai ini terlihat sama sibuknya dengan kantor di lantai atas. Ada beberapa ruangan disana dan juga beberapa sekat.

"Maaf mengganggu Pak, hasil meeting sudah di antar ke ruangan Bapak"
"Okay nanti akan saya periksa, terima kasih Donna" wanita itu mengangguk lalu pergi.

"Gue udah kirim contact Dennish ke WA lo, dia team lo nanti" Noah mengangguk lagi.
Besok adalah hari pertamanya bekerja, dan langsung mendapatkan jadwal yang sangat padat.
***

Men's World Magazine. Noah tidak pernah berpikir akan menjadi bagian dari majalah dewasa yang sudah berdiri selama puluhan tahun. Keenan baru meneruskan bisnis orang tuanya itu sejak tujuh tahun lalu.

Siapa sangka Noah bisa mengenal bahkan menjadi sahabat dari Keenan Murphy? Pewaris Murphy Group terakhir.

Banyak perusahaan besar yang bekerja sama dengan perusahaan itu. Dan majalah Men's Word adalah perusahaan media cetak yang bergerak di bawah naungan Murphy Group.

Dulu ia dan Benny pernah patungan membeli majalah tersebut saat mereka masih duduk di bangku SMA. Dan sekarang Noah menjadi professional photographer untuk majalah dewasa itu.

Seandainya Benny mengetahuinya mungkin ia akan tercengang dan kagum padanya, atau malah mengutuknya. Entahlah. Noah terkekeh dalam hatinya.

Ia tidak berniat memberi tahu Benny tentu saja. Tepatnya ia tidak pernah ingin orang-orang mengetahui banyak hal tentangnya selain dikenal sebagai professional photographer dan entrepreneur muda.

Menjadi sorotan media tidak sehat untuk mental dan kehidupan pribadinya, sehingga ia lebih menutup diri dari khalayak publik maupun keluarga.

Pagi ini Noah sudah rapih. Ia memakai topi yang ia pakai terbalik. Kalau biasanya ia harus menggunakan mobil untuk berangkat ke studio miliknya, mulai hari ini ia akan menggunakan kakinya saja mengingat studio MW ada di samping apartmentnya.

Noah menginjakkan kakinya kembali di kantor itu. Donna memberikan senyuman terbaiknya sebelum memberikan name tag baru milik Noah.
"Thanks Donna"
"Sama-sama mas Noah"
"Panggil Noah aja gausa kaku banget" Donna tersenyum malu lalu mengangguk.

Suasana kantor masih sama seperti kemarin. Ramai dan sibuk. Noah memasuki ruang studio, tempat ia akan bekerja selama dua bulan ke depan. Tampak seorang pria duduk di tengah ruangan sedang memainkan kamera. Ia membalikkan tubuhnya ketika terdengar suara pintu studio yang tertutup.

"Hai bro" sapanya. Noah menyambut tangan Denish yang memberinya salam.
"Kenalin bang ini Dave, Mike, dan ini Ijal, mereka team kita juga" Noah menyalami mereka satu per satu.

"Jadwal apa hari ini?" Denish membuka Ipad di tangannya.
"Hari ini kita ngelanjutin editing beberapa hasil photo yang belum sempat diselesaiin sama Dom, jadi ada lima bintang tamu dan baru satu orang aja yang dikerjain Dom, trus nanti abis lunch kita kerjain pemotretan sisa bintang tamu kita"
"Okay, jadi hari ini berapa bintang tamu?"
"Dua hari ini, besok satu, lusanya dua" Noah mengangguk-angguk.

Sebenarnya ia sedikit ragu dan memiliki banyak pertanyaan. Namun ia gengsi mengutarakan pikirannya pada Keenan. Mungkin ia harus bertanya pada Denish meski sebenarnya ia juga gengsi, secara dia adalah professional photographer yang handal yang sudah cukup terkenal.

Bisa jatuh pamor dan harga dirinya sebagai pria dewasa yang tentu saja berpengalaman.

Tapi demi kelancaran pekerjaan barunya sepertinya ia harus menekan sedikit rasa gengsinya itu pada Dennish.

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang