39

286 16 0
                                    

"Katanya vakum sementara doang? Yakin mau berhenti aja?" Lana mengangguk. Ia menuangkan teh hangat ke gelas cangkir Nessy.
"Aku udah beli ruko, gak mungkin kan aku mundur?" Nessy mengangguk.
"Gue yakin sih lo bakal sukses, lo kan pinter banget bikin dessert, pinter masak juga"
"Amin"

"Kamu sendiri yakin berenti kerja?"
"Yakin" Nessy menyesap teh hangatnya.
"Gue juga mau jual apartmen" Lana tampak terkejut.
"Kenapa?" Lana tahu bagaimana perjuangan Nessy melunasi cicilan apartmen itu.

"Nyokap gue berharap gue mau nerusin usahanya, selama ini gue selalu menghindar, cari profesi baru setiap kali ketahuan sama nyokap"

"Nyokap udah tahu gue kerja apa, jadi udah waktunya gue cari profesi baru dan pindah dari Jakarta"

"Kamu mau pindah kemana?"
"Belum tahu sih, gue masih nunggu apartemen laku dulu sambilan mikir mau pindah kemana"

"Apa menurut kamu itu solusinya? Bukannya malah capek ya?"
Nessy terkekeh. Benar.
Sangat capek dan menyiksa.

"Mau gimana lagi? Gue gak punya cukup power untuk melawan orang tua gue"
"Ya gak gitu juga Ness, orang tua itu harus dihormati"
"Iya lo bener, orang tua memang harus dihormati, itu sudah tugas kita sebagai anak"
"Tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue, gue gak bisa nerusin usaha mereka"

"Iya aku ngerti, memaksakan sesuatu hanya memperburuk keadaan"
"Tapi seperti apapun keadaannya, usahain kamu gak menyakiti mereka"
"perbedaan pendapat antara anak dan orang tua itu hal yang wajar Ness, semua anak pernah mengalaminya, ya... beda-beda drama, tapi judulnya tetap sama, beda pendapat"

"Kalau kamu mau dengar saran aku, aku saranin kamu putuskan satu profesi yang benar-benar kamu sukai, fokus di sana dan jadilah sukses"
"Aku yakin mereka akan mengerti kamu pelan-pelan"
Nessy tidak menjawab, ia mengaduk-aduk isi cangkirnya.

"Semangat Ness, aku tahu kamu kuat, selama ini kamu yang jagain aku, mulai sekarang kamu jagain diri kamu sendiri"

Nessy menatap dalam teman sekamarnya selama satu tahun lebih. Ia akan merindukan Lana. Tapi ia terlalu gengsi mengutarakan kesedihannya.

Lana mengambil tangan Nessy dan meremasnya.
"Aku pasti kangen banget sama kamu"

"Gak usah lebay Lan, kita masih bisa teleponan"
"Gue pasti datang ke sini sekali-sekali, bukannya selama ini lo gak punya waktu buat liburan?"

"Jadi kamu mau ajak aku liburan?" Tanya Lana bersemangat.
"Ya gak sekarang, tunggu gue udah sukses dengan profesi baru gue"
"Masih lama dong" Lana mengerucutkan bibirnya.

"Ya jangan doain lama lah, doain gue cepet suksesnya"
"Iya iya, amiiiiiin"

"Kalian belum tidur?" Tanya Gissel.
"Ah iya, aku belum ganti sprei, bentar ya Ness kamu di sini dulu, mah temenin Nessy ya" Gissel mengangguk.

"Minum teh tante" Gissel mengangguk lalu menarik kursi di depan Nessy.
Nessy memperhatikan wanita dihadapannya. Penampilannya sederhana, tidak seperti waktu dulu ketika Lana dan dirinya masih duduk di bangku SMA.

Gissel selalu bergaya hedon dan terkesan sombong karna tidak pernah menyapa orang. Beda dengan Lana yang ramah lingkungan.

Dahulu Gissel juga tidak menyukainya sejak mengetahui profesinya sebagai disk jockey, menurutnya Nessy hanya memberi pengaruh buruk pada anaknya.

Namun perubahan sikap Gissel mulai terasa ketika ia ke singapur menemui orang tuanya. Gissel jadi sering meneleponnya untuk menanyakan kabar Lana yang tidak mengangkat teleponnya, atau ketika Lana sedang sedih, Gissel akan meminta Nessy datang untuk memberi dukungan di samping Lana.

Hari ini untuk pertama kalinya Nessy dapat melihat perubahan itu secara langsung. Gissel tidak menatapnya seperti menatapnya dulu. Matanya sangat ramah dan lebih sering tersenyum padanya.

"Gimana kabar orang tua kamu di singapur?"
"Sehat tante"
"Kamu harus sering jenguk mereka, apalagi kamu anak tunggal" Nessy mengangguk tidak tahu harus menjawab apa.
"Orang tua semakin tua akan semakin sensitif"
"bukan kemauan mereka tapi memang naluri"
"Terkadang tanpa sadar orang tua menyakiti hati anaknya, sama seperti wanita yang sedang datang bulan, egonya sangat tinggi meski mereka tidak tahu kenapa, semua terjadi begitu saja"
"Seperti itulah orang tua, jadi kamu harus maklum" Nessy kembali mengangguk.

"Bagaimana pekerjaan kamu?"
"Nessy berhenti tante, mau cari profesi baru" Gissel tampak mengangguk.
"Lana juga mau berhenti katanya, dia baru beli ruko buat usaha bakery"
"Iya Nessy udah denger tante"

"Jangan ambil keputusan disaat marah atau bingung, karna pasti akan menyesatkan"
"Dipikirkan matang-matang sebelum memutuskan, sesekali tanyalah pendapat orang lain"
Nessy mengangguk.

"Tante harap hubungan kamu sama Lana bisa selamanya"
"jadi kalau tante udah gak ada, tante bisa tenang karna ada kamu"
"Tante jangan ngomong gitu, emang tante sakit?"

"Tante sehat kok, tapikan ajal tidak ada yang tahu Ness, apalagi tante sudah tua" Nessy memandangi paras Gissel yang tampak muda sepuluh tahun dari usianya. Memang wajah bisa menipu, tapi usia?

"Nessy pasti jagain Lana tante"
"Iya tante percaya kok"

Lana menghampiri kedua orang yang sedang asik berbicara. Ia ikut duduk di samping Nessy.
"Ngobrolin apa ma?"
"Ini katanya Nessy mau berhenti kerja"

Lana mengangguk.
"Mama gak tidur? Istirahat mah, tadi kan banyak yang make up"
"Iya ini mama mau tidur, kalian jangan tidur malam-malam, nanti mukanya keriput"

"Tenang aja ma, kalo berkerut Lana bisa ke kliniknya Jay" Gissel melengos lalu pergi ke kamarnya.

"Kamu mau ke kamar gak?"
"Bentar lagi Lan, di sini enak.. adem"
"Iya, makanya aku sama mama betah gak pernah pindah kontrakan"

"Kamu beli ruko tapi gak beli rumah"
Lana terkekeh. Bukan tanpa alasan ia lebih memilih membeli ruko daripada rumah.

"Aku pasti beli rumah Ness, tapi gak sekarang, lagian kalau ruko bisa digunakan untuk tempat tinggal juga"

"Yang bener aja Lan, masak mau tinggal di ruko"
"Itu kalau keadaan terjepit aja Ness, aku tetap tinggal disini kok, lagian aku rencana mau bangun rumah aja, biar bisa atur sendiri, mama juga ada usaha sendiri, pasti butuh tempat juga yang nyaman dan strategis" Nessy mengangguk.

"Besok ke sekokah kita dulu yok Lan"
"Ngapain?"
"Gapapa nostalgia aja, sekalian perbisahan, kita gak tahu kapan bisa ketemu lagi"

"Kamu jangan buat aku sedih dong" Nessy terkekeh melihat Lana sudah memonyongkan bibirnya. Lana senang karna sekarang Nessy sudah
mau tertawa dengannya. Tidak seperti biasanya.

"Ya udah, besok kita ke sana pagi-pagi, terus kita makan siang" Lana mengangguk.
"Kita pergi ke sekolah berdua aja?"
"Ya sama Keenan lah, mau naik apa kita kalau Keenan gak ikut?"

"Lo gak sibuk kan besok?"
"Gak sih, lusa baru ketemu sama design interiornya" Nessy mengangguk.

Lana mengangkat ponselnya yang berdering. Dari Bagas.
"Halo"
"Lagi ngobrol sama temen"
"Temen roommate aku di Jakarta"
"Besok ya? Kayanya gak bisa Gas, ada janji sama temen aku, sorry ya"
"Okay bye"

"Siapa?"
"Temen aku"
"Tidur yuk, besok pagi kan perginya? Nanti kesiangan" Lana mengangkat bokongnya lalu pergi ke kamarnya. Nessy mengikutinya dari belakang.

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang