7

702 20 0
                                    

Seperti yang Lana duga. Pagi ini ia harus menyeret anak gadisnya agar bisa sampai di Bali tepat waktu. Bahkan untuk mandi saja Nessy tidak sempat karna malah tertidur di kamar mandi. Entah sudah berapa kali Lana menghela napas pagi ini.

Jam menunjukan pukul sepuluh lewat ketika mereka memasuki kamar hotel.
"Sekarang tidurlah, nanti aku bangunin jam makan siang" tanpa menjawab Nessy menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur tanpa membuka sepatu, hoodie, topi, kaca mata hitam, dan masker.

Lana memperhatikan gerak-gerik Nessy, penampilannya sudah seperti pencopet saja. Bathinnya.

Lana membereskan barang-barangnya. Beruntung mereka memilih hotel di bangunan yang sama dengan club malam yang akan mereka datangi. Jadi mereka tidak akan repot mencari transportasi dan terburu-buru kalau-kalau terlambat.

Lana mencoba mencari tempat makan siang yang enak melalui internet. Tiba-tiba ponsel Nessy berdering nyaring. Nessy seperti orang tuli hanya membiarkan ponselnya terus berdering.

Hingga panggilan yang ketiga membuat Lana jengah dan merogoh kantung hoodie yang Nessy pakai. Ia melihat nama yang tertera di layar itu.

Lana mengernyitkan dahinya.
"Mami?" Ia belum pernah berbicara dengan orang tua Nessy. Meski sudah satu tahun lebih tinggal bersama Nessy, ia hanya sering mendengar Nessy berbicara dengan ibunya via telepon.

Bahkan Nessy tidak pernah melakukan video call dengan maminya itu. Sehingga Lana tidak pernah mengenalnya sama sekali.

Ponsel itu kembali berdering nyaring. Sepertinya telepon itu sangat penting. Meski ragu, Lana memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Ha-hallo"
"Kenapa telepon mami dari tadi gak diangkat?"
"Maaf tante ini Lana temannya Nessy, dia lagi tidur tante"
"Nessy siapa?"
"Ne-nessy anak tante"
"... ya udah nanti bilang sama dia, telepon saya balik"
"Iya nanti saya sampaikan tante" tut tut tut.

Lana melihat layar ponsel Nessy dengan tatapan bingung. Mami nessy sepertinya tidak ramah. Atau hanya perasaannya saja?

Sudah lah bukan urusannya.
Ia mengembalikan ponsel tersebut ke kantung hoodie Nessy.

Jam makan siang masih dua jam lagi, ia memilih untuk mempersiapkan pakaian yang akan Nessy kenakan nanti malam. Tak lupa ia juga menyiapkan pakaian untuk dirinya.
Sudah kebiasaan Lana melakukan hal remeh seperti ini.

Ya remeh menurut Nessy. Lana sendiri merasa ini hal yang kecil namun sangat penting. Siapa sangka kalau nanti ia akan menghadapi hal-hal tidak diinginkan seperti ketiduran dan bangun terlambat?

Biasanya hal seperti itu akan tambah semakin runyam jika harus ditambah mencari pakaian yang akan digunakan. Apalagi kalau sampai baju itu terselip atau malah ketinggalan? Pasti akan mudah jika kita mempersiapkannya lebih awal untuk menghindari masalah kecil yang tidak diinginkan.

Lana dengan telaten mempersiapkan semuanya. Sekarang barang-barang tersebut sudah tersusun rapih di sofa. Mereka tinggal menggunakannya saja setelah mandi.

Lana memandangi hasil kerja singkatnya dengan tatapan puas. Tinggal satu lagi pekerjaannya, mendandani anak gadisnya yang malas ber-make up.

Nanti malam Nessy harus tampil sempurna di acara ulang tahun kliennya. Apalagi kliennya ini merupakan model terkenal di negeri asing.

Nessy tidak boleh setengah-setengah. Mana tahu kalau klien Nessy merasa puas, Lana akan dibantu untuk menjadi model di negeri orang, dia tidak pernah membayangkan bisa go international.

Ya mana tahu ia akan beruntung seperti pertama kali mengawali karirnya. Dan kalaupun tidak beruntung, setidaknya Lana mempunyai relasi sesama model di luar Indonesia.

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang