24

333 20 0
                                    

Lana baru menyelesaikan morning routine nya, yaitu berjemur di balkon unit apartmen.

Ia memandangi pemandangan di balkonnya sambil sesekali menyesap air lemon yang sudah ia racik dengan madu dan air hangat.

Jangan tanya kemana Nessy, gadis kaum rebahan itu masih di atas bantalnya yang banyak pulaunya.

Jam menunjukan pukul delapan pagi, sebentar lagi Lana harus bersiap ke kantor. Ia sudah menyiapkan sarapan untuknya dan untuk Nessy.

Pagi ini ia akan ke kantor lebih awal demi bertemu dengan Jay, ia memang akan bertemu dengan Jay hari ini. Jadwal pemotretannya adalah sehabis jam makan siang, namun Lana tidak bisa menunggu selama itu.

Sejak bangun tidur ia sudah merasa tidak nyaman dan gelisah. Dadanya sesekali ngilu setiap mengingat kejadian semalam.

Terlebih lagi ia belum menjelaskan apapun tentang kejadian semalam pada Jay, ia merasa tidak enak hati karna ia tidak pulang dengan pria itu.

Padahal sejak awal Jay lah yang memintanya untuk menemani ke acara itu. Lana mengusap keningnya, semua ini karna pria itu.

Kenapa juga ia harus bertemu dengannya disana? Apa tidak ada hari lain ketika ia sendirian? Kenapa harus ketika ia bersama Jay?

Ia menghela napas kasar, sebaiknya ia mencari pengalihan agar ia bisa berhenti memikirkan tentang semalam. Lana mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di atas meja makan.

Ia mencari nama Gissel dan meneleponnya.
"Halo mah, lagi apa?"
"Abis minum lemon"
"Iya sehat, mama sehat?"

"Lana baik-baik aja kok mah"
"Lana kangen mah"
"Iya, maaf ya ma belum bisa jenguk mama"
"Iya mah"

"Nessy masih tidur, biasalah"
"Ada mah, sebentar lagi Lana siap-siap mau berangkat"
"Iya ma, mama masih kerja kaya biasa?"

"Jangan capek-capek ma, Lana kan udah kerja sekarang, udah bisa bantuin mama"
"Iya deh"
"Okay mah, bye, love you"
Lana mematikan sambungannya. Ia meletakan ponselnya di atas meja lalu bergegas mandi.
***

Lana mendekati Jay yang sedang sibuk dengan kameranya di dalam studio.
"H-hai Jay" Jay membalikkan tubuhnya.
"Oh hai Lana, kamu udah datang? Cepet banget?"

"Iya a-aku mau bicara sama kamu" Jay mengerutkan keningnya.
"Bicara apa?"

"Soal semalam a-aku minta maaf ya, aku gak tahu akhirnya jadi begitu, harusnya kan aku nemenin kamu dan pulang bareng kamu"

"Ah itu, gak apa Lan, aku yang sorry karna gak tahu kamu udah punya pacar, dunia sempit banget ya, padahal aku udah lama kenal sama Noah, ternyata kalian pacaran"

"Sorry loh Lan, aku gak tahu kamu sama Noah, kalo aku tahu pasti gak berani ajak kamu semalam" Lana tidak tahu harus menjawab apa, lidahnya mendadak terasa kelu.

Ia tidak menyangka ucapan Noah semalam dianggap serius oleh Jay. Ingin sekali ia menjelaskan pada Jay hubungan Lana dan Noah sebenarnya.

Tapi Lana yakin Jay pasti lebih mempercayai Noah daripada dirinya.

"Jangan gak enakkan gitu Lan, aku yang salah karna gak tahu hubungan kalian, seharusnya aku yang gak enak"
Lana hanya membalas dengan senyuman yang hambar.

"Gimana kalau kita sarapan sambil temenin aku ngopi?"
"Dimana?"
"Di starbucks sebelah aja, gimana?"
"Ehm boleh"

Jay dan Lana berjalan beriringan. Tanpa mereka sadari Thalita yang sedang berdiri dan berbicara dengan temannya memperhatikan mereka.

Lana dan Jay duduk di sudut ruangan sambil menikmati makanan dan minuman pesanan masing-masing.

"Jadi semalam Noah ngomong apa aja sama kamu Lan? Dia marah gak kamu pergi sama aku?" Lana yang kembali diingatkan tentang Noah mengubah ekspresi wajahnya.

Hallo SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang