Boboiboy dkk adalah milik monsta saya hanya meminjam karakter nya saja.dan cerita ini asli punya saya
AU,Family,Angst(maybe?),Humor,Hurt,Drama,Friendship,Elementals Siblings
Rate : T
13+===
Seharusnya jangan memendam luka. Karena justru bisa tumbuh menjadi dendam dan melahirkan lagi luka.
===
"Selamat ulang tahun, Hali."
Keadaan seketika berubah tegang. Tatapan Halilintar pun tertuju pada Taufan yang masih terlihat tenang. Taufan tau maksud tatapan Halilintar, tapi ia tidak peduli. Wajahnya masih setia menunjukkan senyum cerianya, seolah-olah yakin bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
Langkah Nindya mendekat ke arah Halilintar, mencoba untuk menghilangkan jarak di antara mereka. Sementara Halilintar hanya diam, tidak menjauh apalagi mendekat. Semakin dekat hingga akhirnya Nindya bisa memeluk Halilintar.
Halilintar memjamkan matanya. Mengepal kuat tangannya. Mencoba meredam emosi yang mulai menyeruak. Setidaknya hari ini saja, jangan membuat keributan. Halilintar mengehela nafas. Ia mulai merilekskan tubuhnya. Tangannya mulai bergerak, bukan. Bukan untuk membalas pelukannya. Tapi melepaskan pelukannya, membuat Nindya mundur beberapa langkah.
"Anda gak paham maksud untuk gak ganggu kehidupan kami lagi? lalu saya harus pakai bahasa apa lagi?" Tatapan datar. Ucapan bernada dingin dan datar. Sikap Halilintar yang mereka berenam takuti pun muncul. Kalau disuruh memilih pun mereka pasti lebih memilih dimarahi Halilintar secara langsung daripada seperti itu. Apalagi sampai tidak digubris.
Sementara teman-temannya. Kecuali Fang. Menatap perihatin. Mereka tidak tau apa-apa. Apa yang membuat Halilintar begitu marah pada mamanya? Bahkan enggan menyebutnya "Mama". Pertanyaan yang secara tidak sengaja muncul dalam benak masing-masing.
Fang tidak kaget. Ia sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Yang Fang heran, kenapa mereka berenam tidak bisa mengerti Halilintar? Ataukah salah Halilintar yang tidak mau memberitahukan alasannya? sehingga membuat mereka tetap bersikeras untuk memperbaiki semuanya. Jadi, salah siapa di sini?
Walaupun Fang sendiri tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Dan dia lebih tidak mau berada di situasi merepotkan seperti ini. Tapi siapa lagi yang akan menenangkan Halilintar kalau bukan dirinya?
"Kak, kakak inget gak?" Taufan mulai angkat suara. "Dulu, kakak sendiri yang bilang kakak pengen banget ngerayain ulang tahun bareng Ma-"
"Ha—"
"Iya ... Taufan tau dulu sama sekarang beda." Taufan cepat-cepat memotong ucapan Halilintar. "Tapi, ada satu hal yang gak bakal berubah ..." Taufan menggantung kalimatnya.
"Fakta bahwa dia yang udah ngelahirin kita."
"ck—"
"Taufan juga tau kalo bisa milih, kakak gak mau dilahirkan." Taufan terus memotong. Tidak memberikan Halilintar kesempatan untuk berbicara. Sengaja. Karena hari ini Taufan tidak mau kalah. Taufan ingin menyelesaikan semuanya.
"Jadi, kita udah putusin, kalo hari ini mama bakal tinggal sama kita, kalo gak setuju, kita yang tinggal sama mama."
Sebenarnya bisa saja Halilintar membiarkan mereka tinggal bersama Nindya. Tidak masalah dirinya sendirian. Hanya saja ia takut. Takut hal seperti dulu terulang. Takut mereka terluka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [Boboiboy]
Teen Fiction[REVISI] "Segitu bencinya lo sama dia kak?" -Taufan "Lo gak lupa kan fan, siapa yang buang kita?" -Halilintar "Lo juga gak lupa kan kak, siapa yang lahirin kita?" -Taufan "Kalo bisa minta, gue gak mau di lahirin." -Halilintar Diabaikan, dilupakan, l...