Boboiboy dkk adalah milik monsta saya hanya meminjam karakter nya saja.dan cerita ini asli punya saya
AU,Family,Angst(maybe?),Humor,Hurt,Drama,Friendship,Elementals Siblings
Rate : T
13+===
Manusia itu tidak berubah. Mereka hanya sedang menunjukkan sifat aslinya.
===
"MAMA YANG BUAT PAPA MENINGGAL!" bentak Halilintar.
"Nahkan meledak," gumam Ice.
Keadaan mendadak hening, Taufan yang berada di depan Halilintar bisa mendengar jelas deru nafasnya yang begitu cepat. Dadanya naik turun. Mencoba untuk tetap menahan diri.
Dalam hati pun Halilintar merutuki dirinya sendiri yang keceplosan mengatakan hal itu.
"Ada yang meledak tapi bukan bom," gumam Ice seraya menyeruput minumannya. Dibawa santuy aja, jangan serius-serius banget. Tapi kalo mau serius sampai kepelaminan sih gapapa.
Taufan mulai emosi, kenapa bisa kakaknya itu mengatakan hal yang tidak-tidak?
"KAK!" Nada bicaranya meninggi, Halilintar yang sudah tidak tahan mundur beberapa langkah dan membalikan badannya. Membelakangi mereka semua.
Ice yang sejak tadi hanya menonton mulai menyadari sesuatu. Ia tidak kaget dengan ucapan Halilintar tadi, tapi untuk yang satu ini benar-benar di luar dugaannya.
Taufan terdiam. Walaupun dari belakang, Taufan tau. Kakaknya itu, sedang menangis. Taufan mulai merasakan sesuatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Menghunjam hatinya yang memang sudah tidak karuan.
Sakit. Apakah kata-katanya tadi terlalu tajam? Apakah bentakkannya menyakiti Halilintar? Karena secara tidak sengaja ikut menyakiti dirinya sendiri.
Taufan tidak ingat kapan terakhir kali Halilintar menangis. Atau mungkin dirinya saja yang tidak pernah melihatnya. Bahkan dulu Taufan tidak melihat air matanya ketika sang papa meninggal. Taufan pikir itu hanyalah bagian dari cara Halilintar untuk membuat mereka tidak menangis. Bahkan sejak saat itu, Taufan kira kakaknya sudah benar-benar menjadi kuat.
"Kak ..." panggil Taufan.
Jelas sekali bahunya bergetar. Taufan ingin mendekat, tapi ia takut malah membuat Halilintar semakin menghindar. Lalu Taufan harus apa sekarang?!
Thorn yang sejak tadi menatap punggung Halilintar tersentak. Ia teringat sesuatu. Janji yang tidak sengaja ia buat.
"Thorn sayang kak Hali?"
"sayang banget ... Thorn mau jadi kayak kak Hali, kuat, gak pernah nangis." Thorn menjawab dengan mantap. Seorang pria tua di hadapannya terlihat tersenyum, lalu mengelus kepalanya.
"Nangis itu bukan berarti cengeng, setelah semua kejadian itu, kakak kamu gak pernah nangis kan? Tapi atok lebih suka lihat dia nangis." Saat itu tok Aba masih ada, walaupun sudah mulai sakit-sakitan. Thorn selalu menghabiskan waktunya di kamar bersama sang kakek, kadang bercerita, tidur, atau hanya sekadar memperhatikan saja.
"loh? Kenapa?" Thorn bertanya penasaran.
"Dia lebih suka memendam emosinya, yang justru malah menyakitinya." Thorn terlihat antusias mendengarkan penjelasan kakeknya.
"Atok lebih suka melihat dia meluapkan semuanya, kekesalannya, marahnya, sedihnya, biar dia gak terluka, karena dia gak perlu menahan semua itu untuk saat ini, dia masih terlalu kecil."
![](https://img.wattpad.com/cover/196791575-288-k340882.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN [Boboiboy]
Teen Fiction[REVISI] "Segitu bencinya lo sama dia kak?" -Taufan "Lo gak lupa kan fan, siapa yang buang kita?" -Halilintar "Lo juga gak lupa kan kak, siapa yang lahirin kita?" -Taufan "Kalo bisa minta, gue gak mau di lahirin." -Halilintar Diabaikan, dilupakan, l...