Ketika waktu membuktikan kalau usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Dan itulah yang sedang aku perjuangkan sekarang.
Kevin Daly
***
Kevin POV.
Aku membawanya paksa ke Apartemen ku, dia menolak tapi aku memaksa, aku bahkan menarik tangannya, hingga dia berhenti melawan dan diam saja, lalu mengikuti dengan suka rela.
Aku mendudukinya di Sofa, dan aku segera mengambil obat untuk nya.
"Minumlah obat ini, ini bisa menurunkan panas mu, badan mu masih panas, jika kau masih saja menolak aku akan menyeret mu ke Rumah sakit."
"Sebenarnya apa yang kamu mau dari ku ?" Tanyanya serius.
"Aku tidak menginginkan apapun."
"Hah, bohong, kalau kau tidak menginginkan apapun kenapa kau begitu gigih mendekatiku, kau ingin tubuhku, aku bisa memberikannya sekarang jika itu adalah keinginanmu, tapi setelah itu jauhi aku, aku sangat tidak suka denganmu." Ucapnya, sebenarnya apa yang salah denganku, apakah karena aku terlalu tua untuknya, tapi seharusnya dari awal dia sudah menolakku.
"Apakah aku terlihat seperti itu di matamu, aku Guru mu, aku termasuk wali mu jika kau tidak memiliki siapapun di sisimu."
"Persetan dengan guru, wali ataupun apapun lah itu, aku tidak membutuhkan siapapun, terlebih lagi dirimu, berhenti menjadi sok perduli."
Aku menarik nafasku dan mengambil air putih, aku duduk di sampingnya dan memberikan obat ini, memaksanya untuk minum obat. Aku tidak perduli dia mau marah atau berontak sekalipun, dia harus minum obat.
"Minumlah." Aku mengambil tangannya dan memberikannya obat nya.
"Atau mau aku yang memaksa obat ini masuk ke mulutmu." Ancam ku, dia tampak kesal lalu segera mengambil obat itu dan menelannya.
"Apakah kau puas ?" Ucapnya kesal.
"Mudah kan, tinggal telan saja, kenapa susah sekali dari tadi."
"Jangan banyak omong." Balasnya.
"Memangnya Kau sakit apa, kau demam ?" Tanyaku.
"Bukan urusanmu." Jawabnya ketus, lalu tiba-tiba dia meringis kesakitan sambil memegang perutnya.
"Ada apa ? Sakit ?" Tanyaku panik.
Mukanya begitu pucat dan keringat keluar dari dahinya.
"Kita ke Rumah Sakit sekarang." Ajakku.
"Tidak, aku tidak mau."
"Lalu aku harus bagaimana, aku tidak mengerti, kau bisa saja tambah parah."
"Aku hanya butuh tidur." Ucapnya lirih, dia sangat menahan kesakitan ini.
"Oke kalau begitu tidur lah disini, nanti aku akan mengantarmu pulang." Dia mengangguk, dia begitu polos dan penurut jika sudah seperti ini, jujur ini membuatku senang, bukan karena dia sakit tapi karena dia menurut.
Aku menggendongnya dan membaringkannya di Ranjang Ku, dia masih meringis kesakitan, jujur saja aku tidak pernah mengurus orang sakit dan itu sangat membuatku khawatir.
"Kau yakin tidak apa-apa, kau sangat parah Sarah."
"Tutup mulutmu aku baik-baik saja, aku hanya butuh istirahat."
"Baiklah kalau begitu kau tidur lah, aku tidak akan mengganggumu, aku akan keluar ." Dia mengangguk dan aku pergi.
Aku menelepon Salah satu kenalan ku yang berprofesi sebagai dokter.
"Halo, Lisa ? Aku memiliki murid, murid ku saat ini sedang sakit, mukanya pucat, tangannya dingin sekali, tapi dahinya sangat panas, dia juga mengeluarkan keringat dingin, dan dia selalu saja memegang perutnya. Kau tahu dia sakit apa ?"
"Kau gila ya, bawa dia ke rumah sakit , memangnya aku peramal bisa tahu tanpa melihat kondisinya ?"
"Tidak, dia menolak begitu keras, aku tidak bisa memaksanya."
"Itu Bisa jadi peradangan ataupun Asam Lambung yang tinggi, kau bisa berikan dia obat pereda sakit , kita lihat kalau dia masih sakit setelah meminumnya dan istirahat mau tidak mau kau harus memaksanya ke Rumah sakit, kita harus memeriksanya."
"Oke, baiklah . Kau bisa mengirimkan nama obatnya, aku akan membelinya."
"Oke baiklah."
"Terima kasih Lisa ."
"Oke, Kevin."
Setelah Lisa memberikan resep obatnya, aku langsung ke apotek membelinya, aku juga memasak bubur untuk Sarah nanti minum obat.
Aku masuk ke dalam kamar, dia sudah tertidur, tidurnya sangat tenang dia seperti bayi yang begitu murni. Aku mengelus rambutnya, keringatnya sudah mulai hilang, panasanya juga sudah mulai turun, aku rasa dia benar, dia hanya butuh istirahat.
Aku melihat jam sudah pukul 8 malam, dia lumayan lama tertidur.
Aku menatapinya terus dan terus, bagaimana bisa anak berusia 19 tahun memiliki sikap yang begitu tidak bisa di tebak, keras dan begitu bebas, apa yang sebenarnya terjadi padanya, aku sungguh penasaran tentangnya, dia begitu tertutup dan begitu banyak misteri.
Naluri ku berjalan begitu saja, aku mencium keningnya yang kini sudah kembali normal panasnya, aku mencium hidungnya lalu bibirnya, ketika aku mengangkat kepalaku dan melihatnya, dia sudah terbangun.
Tanpa suara hanya terdengar deru nafas yang begitu lembut, leherku di tariknya, dan dia langsung mencium bibirku. Bukan hanya sekedar ciuman ringan, dia bermain di mulutku, lidahnya begitu lihai, aku terbuai ya tentu saja, aku begitu mendambanya. Terlupakan dia adalah muridku, yang pasti aku begitu menginginkannya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMORS [END]
RomansSebuah pertemuan singkat antara Kevin dan Sarah, membawa mereka ke hubungan satu malam yang indah. Sarah yang memiliki masa kelam membuatnya hidup dengan kacau, tidak pernah perduli dengan sekitar dan selalu mabuk-mabukan. Namanya di Kampus sudah sa...