Rumors #5

8.7K 389 3
                                    

Jika lari menjadi sebuah solusi, aku selalu ingin berlari dan menghilang, aku tidak suka di ingat orang, dan aku tidak suka mengingat seseorang.

Sarah Amelia

***

Sarah POV.

Aku benci dengan keadaan seperti ini, Pria itu muncul dan membuatku tidak nyaman, sialnya kenapa dia harus menjadi Dosenku, aku akan lebih sering menemuinya sekarang. Aku tidak lagi Mood untuk kuliah, aku mengambil tas ku dan langsung ke luar menuju parkiran.

Sebelum sampai di parkiran aku bertemu dengan Pria itu lagi, sial kenapa harus bertemu sekarang, jujur saja aku tidak suka dengan keadaan ini, ini membuatku tidak nyaman.

"Kau mau kemana ?"

"Pulang Pak."

"Langsung istirahat oke." Ucapnya lembut.

"Apakah ada yang menjemputmu ?" Tanyanya lagi.

"Saya membawa mobil sendiri Pak."

"Mau saya antar." Aku langsung melihat dirinya dan melotot, apakah dia gila.

"Tidak perlu, kalau begitu saya pulang dulu Pak." Aku langsung meninggalkannya, dan pergi ke parkiran.

Aku berteriak di dalam mobil, sangat membuat kesal. Aku langsung mengambil minumanku dan meminumnya. Ini masih terlalu pagi bahkan aku tahu ini tidak bagus untuk asam lambung ku, tapi aku tidak perduli.

Aku mengemudikan mobil ku menuju salah satu gedung tua yang sering kali aku datangi jika aku ingin merasakan kesendirian. Aku keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung tua itu, aku duduk di tepi bangunan tanpa dinding sambil meminum minuman keras ku.

Menatap sekitar dengan tenang, cuaca hari ini lumayan cerah, disini sangat tenang jauh dari keramaian, jauh dari hiruk pikuk Kota dan keramaian. Aku berdiri dan pergi ke arah tempat duduk yang sudah aku siapkan karena aku sering kesini, aku langsung duduk dan memejamkan mataku sejenak, tapi bukannya sebentar, tanpa terasa malah sudah hampir senja.

Aku melihat jam sudah pukul 5 lewat, aku segera turun dan pergi menuju rumahku.

Sialnya ketika di jalan aku malah tertangkap polisi dan ketahuan mengemudi di bawah pengaruh alkohol, terlebih lagi SIM ku masih di tahan dan aku sudah menggunakan mobil.

Aku di bawa ke kantor polisi dan di tanya-tanya, aku mencari-cari Hp ku tapi tidak ketemu, kemana dia, aku harus segera menelepon Papa. Aku bahkan tidak menghapal nomor Papa ku.

"Apakah kau seorang mahasiswi ?" Tanya salah satu polisi.

"Iya, Pak."

"Apakah ada yang bisa mewakili mu ? Orang tua, atau pengacara." Aku diam saja karena aku tidak tahu harus menelepon siapa.

"Tidak Pak."

"Kalau begitu kami akan melanjutkan prosedur." Sang Polisi lalu melanjutkan pertanyaan dan pemeriksaan terhadap diriku.

"Bayu ." Seru suara yang terdengar Familiar untukku.

"Hai, Kevin. Tunggu ya."

Aku menoleh kebelakang dan ya tentu saja itu adalah pria itu, Dosen ku.

"Sarah, sedang apa kamu disini ?"

"Kau mengenalnya ?" Ucap Polisi yang bernama Bayu ini.

"Dia Murid ku di Kampus. Ada apa dengannya ?"

"Tunggu dulu, wajah ini, wanita ini, dia yang di Clubs kan ?" Ucap sang Polisi lagi.

"Iya, tapi sekarang dia murid ku."

"Oh My God, kebetulan macam apa ini."

"Sudah, sekarang lebih baik kamu jelaskan apa yang terjadi dengan Sarah."

"Jadi kau mengajak perempuan yang di Clubs ke Rumahmu, dan kau menjadi seperti orang gila karena mencari-carinya, tapi dia malah menjadi murid mu di Kampus, bukankah itu gila." Si Polisi ini masih saja bicara dengan semua pikiran yang ada di otaknya.

"Jangan banyak bicara Bayu, orang lain sedang melihatmu ." Ucap Kevin dengan pelan, lalu dia duduk di sampingku.

"Ada apa denganmu , kenapa kamu disini ?" Tanya Kevin.

"Dia mabuk sambil mengemudi, bahkan SIM nya sedang di tangguhkan, dan dia masih saja membawa mobil."

"Kamu tidak pulang dan istirahat, kamu malah minum dan mengemudi Sarah, apakah kamu Gila ?" Aku malas membalas semua omong kosong ini.

"Boleh saya meminjam HP bapak ?" Ucapku pada Kevin.

"Tentu saja." Aku lalu menelepon HP ku dan ternyata tertinggal di rumah, karena Bi Inah menjawab telepon ku.

"Halo, Bi ! Telepon Papa bilang aku ada masalah di kantor polisi." Bi Inah, seperti sudah mengerti karena ini bukan sekali dua kali aku berurusan dengan polisi, dia langsung mengatakan iya dan tidak lama seseorang datang ke kantor, dia adalah pengacara pribadi Papa ku yang sering mengurusi masalah ku, jujur saja aku sangat tidak suka dengan dirinya, tapi dia begitu menguasai keluarga kami, karena semua rahasia perusahaan dan juga keburukan keluarga kami dialah yang mengurusnya.

"Selamat siang, saya Hendri Winaja, saya pengacara dari Nona Sarah Amelia, bisa kita bicara sebentar Pak Polisi ?" Ucap Hendri, lalu Hendri menatap ku dan menganggukkan kepalanya, menyuruhku untuk pulang, lalu aku dengan percaya diri langsung berdiri dan pergi dari kantor polisi.

"Tunggu Sarah ?" Ucap Kevin.

"Ada apa lagi sih ?" Balas ku kesal.

"Kau masih ingin mengemudi sendiri, kau gila ." Lalu dia menarik tanganku dan memaksaku masuk ke dalam mobilnya. Sebelum aku bertindak dia langsung memasangkan Seat Belt dan menghidupkan mobilnya.

"Apa-apaan kamu ?" Teriak ku, dia sangat membuatku kesal, apakah dia begitu tertariknya denganku sampai-sampai mengurusi urusanku terus menerus.

"Sebenarnya siapa kamu ?" Ucapnya. Aku hanya tertawa.

"Pertanyaan seperti apa itu, dasar Bodoh." Seru ku pelan, aku tidak perduli mau dia dengar atau tidak.

"Kenapa kau pergi begitu saja bahkan tanpa proses, seharusnya kau bisa saja di penjara atau kena denda ? Dan bukankah itu Hendri Winaja, pengacara yang sangat terkenal mengurusi orang-orang hebat , dia pengacara kamu ?" Ternyata dia juga mengenal pengacara brengsek itu.

"Jangan banyak bertanya tentang ku, aku tidak berminat untuk memberitahu mu. Sekarang turunkan aku disini, aku akan naik Taxi dan pulang." Balas ku.

"Tidak, aku ingin bicara denganmu, kau bisa berteriak jika kau tidak suka tapi aku ingin bicara denganmu ." Aku langsung melotot padanya, dan dia tidak perduli, dia malah langsung mempercepat laju mobil nya, dan aku tahu ini arah menuju Apartemen nya. Sebenarnya apa yang dia inginkan dari ku. Aku sangat membenci Pria seperti ini. Dia terlalu ikut campur dengan urusanku, menyebalkan sekali.

TBC.

RUMORS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang