Bab 19. Praduga

2.8K 324 33
                                    

"ADEK KOK KAMARNYA KAYAK KAPAL PECAH GINI?" Rajen bersedekap dada, berdiri di pintu kamar Vano. Matanya melotot, menyapu setiap sudut kamar Vano yang berantakan.

Kaleng soda yang tergeletak di lantai bersama plastik-plastik jajanan ringan. Layar game yang belum di matikan. Kasur dengan selimut menjuntai kebawah dan bantalnya melayang jauh sampai di dekat pintu kamar mandi.

Vano hanya cengengesan dan menggaruk tengkuk, gugup. "Anu __"

"Udah cepet di beresin! Abang curiga kamu tadi main perang - perangan sama Leo kayak anak kecil ya?"

Rajen menggoda Vano dengan menyolek dagu Vano.

"Nggak ada! Nggak usah ngada-ngada deh! Lagian aku sama Leo itu udah gede Bang. Mana ada mainan begituan!" Bibir Vano mengerucut, sangat lucu.

"Kalaupun mau main perang - perangan juga nggak papa sih, yang penting bom nya cuma mainan."

"ABANG!"

Rajen berlari menjauhi kamar sang  kelinci yang sebentar lagi akan mengamuk. 

Tadi sepulang sekolah Vano dan Leo memutuskan untuk bermain game di mansion Viktor. Vano menggoda dan mengejek Leo karena selalu kalah dengannya. Leo sebal, jadilah mereka saling menjahili hingga membuat kamar Vano jauh dari kata rapih.

Bibir Vano mengerucut sepanjang membersihkan kamar. "Sidih cipit biriskin!" Cicit Vano sambil menirukan gaya Rajen tadi.

"Akhirnya beres juga." Vano merebahkan tubuhnya di kasur menatap langit-langit kamar. Baru ingin memejamkan mata tapi __

"VANO TURUN! AYO MAKAN!" Seru Rajen dari lantai bawah.

Vano langsung duduk dan melempar guling yang baru ingin dia peluk. Rasanya ingin membeli bom sungguhan saja. 

Rajen menatap heran Vano yang duduk diam di meja makan. Tumben biasanya anak itu kan terus mengoceh.

"Baru bangun tidur?"

"Biri bingin tidir." Cibir Vano.

"Adek ini kenapa?"

"Bang, aku baru aja selesai bersihin kamar. Bangun tidur dari mana??? Baru juga mau rebahan udah di sorakin dari bawah."

"Beneran nggak bangun tidur? Berarti kamu aja yang bersihin kamarnya lelet. Yaudah besok Abang beliin bom beneran deh."

"Buat apa?"

"Buat bom kamar kamu itu!"

Vano memijat pelipis. Tidak ada gunanya jika dia menjawab Abang nya satu ini.

"Terserah Abang deh. Aku mau makan, laper."

Rajen hanya menatap Vano sekilas, matanya mengerjap dua kali bingung lalu makan.

Ting

Tong

Mereka tetap sibuk makan. Kan ada pelayan penjaga pintu yang akan membukanya. Jadi mereka tidak perlu repot-repot untuk beranjak.

"Bang ada tamu. Samperin gih!"

Rajen menaruh sumpit nya ke mangkuk menimbulkan bunyi dentingan kecil. Matanya menatap anak polos di depannya, dengan bibir mencebik Rajen akhirnya pergi ke ruang tamu.

Vano melirik punggung Rajen yang mengarah ke ruang tamu kemudian  tergelak sendiri.

Sedangkan di ruang tamu. Mata Rajen membulat penuh binar senyum kotak nya benar- benar lebar. 

"Aaaaaaa kakak udah pulang. Vano sini! Papa kamu udah pulang nih!"

Teriak Rajen dari ruang tamu.  Vano yang sedang menelan makanannya mendadak tersedak. Dia segera mengambil minum untuk memperlancar makanan yang tersangkut di tenggorokan nya dan berlari ke ruang tamu.

Hiraeth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang