"Woy! Lo goblok banget! Tuan besar nggak nyuruh kita buat bikin dia luka. Kalo sampek tuan besar tau, bisa mati kita!" Oceh salah satu lelaki berpakaian hitam. Rekannya yang lain ikut menggusak rambut frustrasi. "Gue nggak maksud mau nyakitin. Tapi mau gimana lagi?"
"Kita cuma perlu ngambil rambutnya aja! Kenapa lo bikin jadi makin ribet begini?" Keduanya mendekat pada pemuda yang telungkup di tanah. Dan mengambil apa yang mereka butuhkan. "Lalu sekarang bagaimana? Dia pingsan?" Sambung rekan yang tidak terima dengan perlakuan temannya, itu semua bisa di bilang sembrono.
"Lo keras banget mukul nya? Tolol!" Tanyanya lagi.
Keduanya sama - sama berfikir untuk langkah selanjutnya. Mereka bisa mati jika tuan besar tau bahwa mereka telah membuat anak tengik ini sampai pingsan.
"Kita anterin dia kerumahnya." Celetuk salah satunya. Dia meraih tubuh Vano yang telungkup ke gendongannya.
"Lo gila?"
"Nggak ada cara lain. Kalo dia dibiarin disini, gue yakin para antek tuan besar yang lain bakal tau dan ngelaporin kita. Astaga anak ini berat banget, cepat buka pintu mobilnya!" Seseorang yang tadi memukul Vano mencoba menggendong anak itu walau tergopoh.
Mereka memasukan Vano ke dalam mobil dengan susah payah lalu memacunya. "Gimana kalo dia sadar pas di perjalanan?" Tanya salah seorangnya yang duduk di samping Vano pada rekannya yang serius menyetir.
"Tutup aja matanya dan jangan lupa tali tangannya juga!"
Lelaki yang duduk di samping Vano mengangguk. Dia mengambil keperluannya di jok paling belakang dan mulai melaksanakan apa yang rekannya minta.
"Apa rumah nya masih jauh?" Lelaki itu khawatir bagaimana jika Vano sadar dan perjalanan masih panjang?
"Mungkin 15 menit lagi."
"Ayolah sedikit lebih cepet lagi! Gue khawatir dia sadar."
Kedua orang tak dikenal itu sama-sama panik. Takut bila Vano sadar. Maka dengan keberanian penuh sang rekan yang mengemudikan menginjak gas dalam-dalam. Agar segera sampai.
Hingga akhirnya mereka sampai. Belum benar-benar sampai, mereka menepi sekitar sepuluh meter dari area Mansion Viktor.
"Astaga, gimana kita bisa lupa? Bocah tengik ini anak pengusaha besar Viktor Athar."
"Terus?"
"Itu bukan rumah! Itu mansion dengan penjagaan yang tidak main - main!" Sang rekan sopir menunjuk mansion dengan gerbang menjulang tinggi yang berjarak beberapa meter dari tempat pemberhentian mobil mereka.
"Kita turunin dia di depan gerbang aja."
"Di sana pasti ada banyak penjaga."
"Kita turunin aja dia di sini!"
"Dia bisa mati jika kalo sampai pagi di pinggir jalan! Gini aja, kita turunin dia di depan gerbang lalu se- segera mungkin kita kabur."
Rekannya mengangguk, "oke."
Dengan kekuatan kilat mereka menurunkan Vano dari mobil di depan gerbang.
Bruk
Penjaga mansion terkesiap dari duduknya, "hey!!" Serunya ketika melihat mobil kembali melaju meninggalkan gundukan hitam di tengah temaram malam. Sang penjaga mendekat, membalik seseorang yang terlungkup di depan gerbang. 'tuan muda.'
"Yang ada di sana tolong! Tuan muda butuh bantuan! Kemarilah!"
Tanpa menunggu, seluruh penjaga yang tersebar di beberapa titik halaman mansion datang berkerumun.
Ada yang menggendong Vano lalu di belakangnya di ikuti penjaga lain yang membawa ransel Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth ✓
Ficção Adolescente[Follow dulu baru baca] TAMAT Hiraeth memiliki arti yang sangat indah, yaitu kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia, dan rasa ingin pulang ke rumah. Ini semacam kerinduan akan seseorang, tempat, dan waktu, yang tidak bisa diputar kembali...