Semuanya menjadi semakin jelas. Keputusan Aldeo tidak salah lagi dengan mengusir Vano dari rumah. Bahasa halusnya benar - benar membiarkan Vano atau malah menganjurkan nya untuk tetap di panti asuhan.
Karena menurut Aldeo, Vano pantas disana.
Ini terjadi setelah satu hari yang lalu Rosa siuman. Kemudian dia memberi kesaksiannya.
Tentu saja Rosa, dia akan membuat sekenarionya sendiri. Tidak menurut fakta yang jelas terpampang saat - saat kejadian itu. Rosa terpaksa mengatakan kebohongan, karena orang yang menusuknya mengancam akan mencelakai Leo dan Rego bila dia berkata jujur. Rosa paham orang itu bukanlah orang sembarangan, maka Rosa tak berani macam-macam.
Semuanya semu bermodalkan tekat dengan tangan gemetar dan keringat dingin. Dia menceritakan semuanya, semua bualan yang sangat logis untuk pendengarnya.
Dia mengakui, bahwa dia tidak juga tidak akan pernah mengakhiri hidupnya sendiri.
Saat itu di sana juga ada Leo dan Rego. Saat Rosa berujar, Rego hanya menatap datar karena dia tau kebenarannya, dia sudah tidak terkejut. Berbeda dengan Leo yang membatu di tempat.
"Vano menusuk Mama dengan pisau setelah dia tau kalo Mama mengetahui bahwa _ bahwa Vano anak kandung Ayah dengan wanita lain. Ta_tapi Mama mohon jangan ajukan kasus ini ke pihak kepolisian. Mama justru berterimakasih karena Vano, karena anak itu Mama jadi tau penghianatan Ayah yang tersimpan rapat selama ini."
Rosa menetralkan napasnya sejenak, masih segar di ingatannya tentang ancaman lelaki yang menikamnya. "katakan dia yang melakukannya! Atau semua anakmu akan mati!"
Mungkin ini lah yang terbaik untuk Rosa. Seperti yang dia ucapkan. Rosa justru berterimakasih pada Vano. Karena anak itu dia tau, Aldeo bahkan bermain dengan wanita lain saat dia mengandung Leo. Kelewat keterlaluan memang.
"Jangan laporin Vano. Mama nggak akan nuntut sama sekali atas tindakannya."
Setidaknya Rosa lega sekarang. Vano akan baik-baik saja untuk saat ini. Semua mengalir begitu saja hari itu. Juga tentang keputusan Aldeo yang menelfon Vano agar tidak kembali ke mansionnya.
Leo amat sangatlah tercengang. Bagaimana mungkin? Sahabat nya selama ini adalah saudara satu Ayah? Tes DNA itu asli, Leo sendiri yang memeriksa suratnya, dia datang ke rumah sakit tempat dimana tes di keluarkan.
Ketika keterkejutan sedikit teredam. Hari ini tepat ketika semua keluarga Aldeo sedang di ruangan Rose. Tiba - tiba datanglah seorang pengacara yang ingin bertemu Rosa.
"Sepertinya ini moment yang baik. Semua orang ada di sini." Tutur Rosa dengan suara bergetar.
Rosa menatap Aldeo yang duduk di sofa dengan tatapan penuh luka. "Aku ingin kita bercerai, sudah ku putuskan. Maaf aku tidak bisa bersama mu lagi ......setelah apa yang kau lakukan."
Ya, Rosa memutuskan untuk berpisah. Dia juga berencana membuat Rego dan Leo untuk tinggal bersamanya. Dia tidak akan membiarkan Aldeo hidup tenang dengan kedua anak nya.
"Uruslah anak mu yang kau buang bertahun-tahun itu dengan baik. Dia tidak salah apapun dan sampaikan padanya, aku sama sekali tidak membencinya."
Iya, Rosa memanglah tidak membenci Vano. Karena Rosa paham, bukan Vano yang bersalah. Tapi suaminya sendirilah, Aldeo yang salah. Rosa membenci Aldeo.
Hanya kata itu saja yang mampu Rosa katakan sebelum akhirnya menangis pilu tak terkontrol.
Rego keluar ruang rawat dan Leo memeluk Rosa erat sembari menenangkan, "Leo akan ikut mama. Leo nggak akan pernah mau sama orang jahat itu. Ayah udah buat Mama menangis."Leo jelas bisa membedakan siapa yang salah dan siapa yang benar disini. Lalu kepada siapakah dia harus berpihak, dia jelas tau.
Rosa juga sangat terluka melebihi Leo 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth ✓
Novela Juvenil[Follow dulu baru baca] TAMAT Hiraeth memiliki arti yang sangat indah, yaitu kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia, dan rasa ingin pulang ke rumah. Ini semacam kerinduan akan seseorang, tempat, dan waktu, yang tidak bisa diputar kembali...