bab 12

94 6 0
                                    

"del maafin gue ya, tadi melody ngajak makan bareng sorry banget gue ga belikan lo makanan" kata zalfan untuk kesekian kalinya yang tak di jawab oleh adel.

"Lo mau apa? Gue teraktir deh jangan marah ya, gue ga suka lo diemin gue kaya gini" katanya lagi

"Gamau apa apa" jawab adel

"Yaudah maafin gue ya," kata zalfan sambil mengatupkan lengannya menjadi satu.

Adel memakan rotinya "gue ga marah ko santai aja kali"

"Seriusan ga marah?" Tanya zalfan

Adel menganguk "lagian ngapain harus marah, lo kan cuman ngutamain prioritas utama lo aja sedangkan gue, lah emang gue siapa?"

Zalfan mendekat ke arah adel "jangan gitu lah del, lain kali kalau gue lebih dulu ada janji sama lo gue gaakan ingkar lagi kalaupun melody yang minta gue gaakan turutin karena gue udah janji duluan sama lo"

Adel menatap zalfan yang lebih tinggi darinya apalagi sekarang posisi adel yang duduk membuat zalfan makin makin terlihat tinggi "eh apaan si lo gausah gitu juga kali"

Zalfan mengusap wajahnya kasar "ya makanya lo jangan gitu, jangan ngerasa ga di pentingin sama gue cuman gara gara hal kaya gituan"

Adel mengerutkan dahinya "terus gue harus ngerasa kalau gue juga di prioritasin sama lo?" Adel menghembuskan nafas pelan "stop seakan akan gue prioritas lo karena gue ga suka"

Zalfan menatap heran kepada adel "tapi kenapa?"

Adel bangkit dari duduknya "prioritas lo satu, cuman melody. Dan jangan pernah anggap gue lebih dari seorang teman. Inget kan lo yang bilang kalau kita temen? Berlaku sewajarnya jangan berlebihan. Satu lagi jangan pernah ngerasa bersalah kalau lo lebih mengutamakan melody dari pada gue karena itu ngebuat gue bingung. Gue gaakan marah lo mau sama siapa aja karena gue pun ga perduli. Sorry." Adel melenggeng melewati zalfan tetapi di tahan oleh zalfan

"Okey gue gaakan gitu lagi tapi gue cuman minta maaf sama lo kok gue gatau kalau itu ngebuat lo ga nyaman" tegas zalfan membuat adel membalikan badannya menghadap zalfan

"Berlaku sewajarnya gue gamau kalau nanti gue jadi lupa diri fan. Perlakuan lo yang barusan seakan akan gue ini penting di hidup lo. Setiap hari lo chating gue lo kasih perhatian tapi di sisi lain gue tau lo punya pacar. Gue cuman takut lupa diri"

Zalfan terdiam tak lagi membalas perkataan adel. Sebenarnya adel tak berniat bicara begitu dengan zalfan tapi adel cuman tak ingin dirinya terbawa perasan dengan pria di hadapannya ini. Adel tahu betul perlakuan zalfan selama ini bukan semata mata ingin berteman. Jika berteman saja buat apa memberi kabar tiap hari. Jujur saja adel tak keberatan sama sekali jika zalfan berlaku seperti itu kepadanya, tapi adel hanya takut jika adel terbawa perasaan zalfan pasti tak akan bisa bertanggung jawab toh dirinya sudah punya pacar.

Dari pada membuat dirinya semakin jatuh lebih baik ia sudahi. Sebelum air itu semakin penuh lebih baik ia matikan kerannya. Zalfan masih saja menatap adel yang terdiam.

"Gue mau lo berhenti hubungin gue" satu kalimat yang keluar dari mulut adel membuat zalfan menatapnya tak percaya.

"Kenapa del? Memang kesalahan gue sebegitu fatalnya?" Tanya zalfan yang masih tak percaya

"Lo gaada salah apa apa, tapi gue ga bisa kalau makin lama kita makin dekat. Gue udah bilang kan gue takut kalau perlakuan lo ngebuat gue lupa diri. Jadi gue mohon lo ngerti"

"Kalau gue ga bisa ngerti gimana?" Tanya zalfan yang sepertinya bercanda

Adel mendengus "gue serius, kita akhirin aja ya sekarang."

Zalfan menatap adel membuat adel menunduk "kalau itu yang lo mau gue bisa apa? Mungkin lo risih dan gue harus ngerti"

Adel terdiam tak mau menjawab. Sejujurnya ia pun senang ketika mendapat teman seperti zalfan, tapi ia tak mau jika lama lama ia bisa saja nyaman dengan perlakuan zalfan yang semakin hari semakin membuat dirinya tak bisa mengontrol hatinya sendiri. Ia takut perasaannya bisa menguasai pikiran nya. Sebelum itu terjadi mungkin ini pilihan terbaik yaitu mencegahnya.

Zalfan memegang bahu adel "serius lo mau gue jauhin?" Tanya zalfan karena melihat sedikit keraguan dari adel

Adel terkesiap dan menganggukan kepalanya beberapa kali "gue serius ko. Lo bisa wujudin kan?"

Zalfan masih menatap adel dan akhirnya menghembuskan nafasnya pelan kemudian mengangguk " oke, kita udahin ini"

Seharusnya adel lega mendengar ini tetapi kenapa adel malah merasa sedikit tak rela. Ada apa dengan dirinya yang plin-plan seperti ini.

Belum sempat adel berbicara tetapi zalfan langsung melenggang dari hadapan adel tak lupa menepuk bahu adel pelan sebelum beranjak dari tempatnya berdiri.

Adel menatap punggung tegap yang mulai menjauhinya. Adel menatap nanar sosok zalfan yang pergi menghilang di pintu kelasnya membuat adel menunduk "ini yang terbaik" gumam adel.

Gadis itupun menghela nafasnya pelan lalu beranjak dari tempat itu menuju kelasnya.

Sepulang sekolah benar saja ketika ia berpapasan dengan zalfan, dan zalfan benar benar menjauhinya. Tidak ada sapaan zalfan lagi seperti biasanya, tak ada yang mengajaknya ribut lagi, tak ada yang menjailinya lagi, bahkan tak ada yang mengechatnya untuk sekedar mengucapkan hati hati ketika pulang sekolah.

Ini sudah jadi keputusannya jadi untuk apa ia menyesalinya. Ini kemauannya bukan? Tapi mengapa rasanya aneh. Ia seperti tak siap jika harus berpisah. Ah tapi yasudahlah mau di apakan juga tetap mereka tak akan bisa berteman.

Adel melangkahkan kakinya melalui zalfan yang sedang mengobrol, bahkan zalfan seperti tak melihatnya dan asik mengobrol dengan temannya di luar kelas.

Tquuu for readinggg😍😘
Jgn lupa tinggalkan jejak 😁

DestroyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang