Adel menalikan sepatu nya yang terlepas tak sengaja saat ia akan menaiki tangga. Ia melirik sepasang sepatu di sampingnya yang ikut berhenti ketika adel berhenti.
Adel mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pria yang berdiri di sampingnya. Pandangannya berubah datar ketika mengetahui zalfan ada di sampingnya. Adel celingukan ke kanan, kiri, dan belakang untuk memastikan tak ada orang yang melihat kini zalfan berada di depannya tersenyum menatap kearahnya.
"Kenapa sih was was banget" Tanya zalfan kepada adel yang masi saja menengok ke kanan dan ke kiri
Adel mendorong zalfan agar selangkah berada di depannya "sana jangan deket deket nanti orang nyangka aneh aneh"
Zalfan menahan dirinya agar tetap di tempatnya tak terganggu oleh dorongan adel yang terus memaksa dirinya untuk naik "Siapa yang bakal mikir aneh aneh, kita kan temen satu angkatan. Ga masalah ke kelas bareng"
Adel mendengus tak suka "Pliss lah gue gamau dapet masalah"
Zalfan mengangkat alisnya bingung "Masalah apaan?"
"Gue gamau di gosipin anak anak ips, lo kaya gatau omongan mereka aja. Kan sebelumnya gue ga pernah barengan sama lo. Sekalinya bareng mereka pasti gosipin yang ngga ngga"
"Harus banget mikirin omongan orang"
Adel menghentakan kakinya kesal " Serah lo dah serah "Adel melangkahkan kakinya untuk segera menaiki tangga dan menghindar dari zalfan.
Tetapi terlambat karena zalfan telah lebih dulu memegang tangannya, adel langsung buru buru menghempaskan lengan zalfan yang bertengger manis di siku nya "apa apaan si lo"
"Lo bersikap kaya gini malah bikin anak anak lain curiga, bisa ga biasa aja? Lagian kita temen ko wajar wajar aja" Zalfan bersidekap dada di depan adel yang di balas adel dengan kernyitan tak suka.
"Berhenti seakan akan lo mengenal gue" Ucap adel datar
Zalfan membalasnya dengan terkekeh "faktanya gue kenal sama lo. Ga inget kita sering chatingan tiap hari?"
Adel menghembuskan nafasnya pelan "lo salah mengartikan itu, gue respon lo karena gue menghargai lo yang ingin berteman. "
Zalfan mengangkat sebelah alisnya "Memang dengan mengajak lo interaksi di sekolah itu salah ya?"
Adel mengangguk cepat "salah! Karena gue gamau di lihat dekat sama lo. Gue gamau dekat sama orang yang di kenal banyak orang. Gue cuman pengen sekolah tenang, hidup sebagai siswi biasa"
Zalfan tersenyum "sorry kalau kehadiran gue ngebuat lo ga nyaman, tapi gue bakal terus deketin lo del"
"eh apa lo bilang?" Sedetik itupun adel langsung merubah raut wajahnya
"Ga waras ya lo" Setelah mengucapkan itu adel berlari menjauhi zalfan, ia berlari menuju kelasnya tak mau lagi menatap ke arah zalfan berada.
Setelah dirasa cukup untuk dirinya menghindar dari zalfan, gadis itupun menghentikan larinya dan menepuk dadanya agar pasokan oksigen masuk karena habis berlari tadi. Ia memelankan langkah kakinya, ia bisa berjalan santai menuju kelasnya karena di koridor masih sepi.
Gadis itu menundukan kepalanya, sebetulnya ia sedikit menyesali ucapannya tadi kepada zalfan. Bagaimanapun zalfan mungkin hanya ingin berteman dengan dirinya. Sebenarnya adel pun tak masalah jika ia harus berteman dengan zalfan. Tapi satu sisi cepat atau lambat mungkin rasa pertemanan ini bakalan berubah, seiring berjalannya waktu tidak ada yang tahu kan. Apalagi zalfan memperlakukan dirinya sangat baik walaupun adel terus terusan ketus padanya.
Adel tak berniat sedikitpun untuk bersikap judes pada zalfan. Tapi adel hanya melindungi diri saja. Melindungi dari rasa suka yang bahkan bisa datang kapan saja. Ia takut jika rasa itu muncul tiba tiba, karena zalfan bukanlah pria yang bisa di miliki. Ia telah memiliki kekasih. Lagipula adel tak mau terlalu dekat dengan zalfan yang notabennya termasuk siswa yang tidak sedikit orang mengenalnya.
Tapi dari itu semua yang adel takut adalah, rasa suka yang tiba tiba muncul dan zalfan yang tak bisa bertanggung jawab atas rasa sukanya karena pria itu telah memiliki kekasih. Adel pun tak mau mempunyai masalah dengan melody hanya karena zalfan.
Ah sudahlah memikirkan itu membuat kepala adel sedikit pening. Ia pun membalikan langkahnya menuju kantin untuk meredam sedikit rasa peningnya dengan semangkuk siomay.
Gadis itu menduduki bangku yang terdapat di kantin dan mulai melahap siomaynya. Ponsel yang berada di dalam hodie yang ia pakai bergetar tanda ada pesan masuk. Iapun membukanya dan ternyata Rafka yang mengirimnya pesan sepagi ini.
Rafka putra : del?
Adeliaaquenanta : iya raf?
Rafka putra : sudah sarapan belum?
Adel tersenyum tipis dengan perhatian yang rafka berikan
Adeliaaquenanta : ini lagi di kantin.
Rafka : lain kali sarapan di rumah ya. Selamat makan.
Rafka : nanti pulang sekolah bisa antar aku ke toko kue? Ade aku ulang tahun
Rasanya adel tak kuat ingin menjerit sekarang juga. Rafka mengajaknya bertemu, ya walaupun dengan alasan mengantar dirinya ke toko kue tak ada alasan untuk adel tolak.
Adeliaaquenanta : oh iya bisa bisa. Janjian dimana raf?
Rafka : aku jemput di Sekolah
***
"Tugasnya di kumpulkan minggu depan saja, ibu ada urusan jadi tidak bisa mengajar " Satu kalimat itu mampu membuat anak kelas ipa 2 mengulum senyumnya.
Setelah bu ema selaku guru biologi nya keluar dari kelas mereka pun langsung ribut untuk mensyukuri ketidak hadirannya bu ema karena tak bisa mengajar.
Sekelas pun bersorak sorak membuat kelas begitu ramai. Yang sedang mabar melanjutkan mabarnya, yang sedang gibah melanjutkan gibahnya, yang memilih untuk tidur mulai melempar tas mereka ke pojokan dan di jadikannya bantalan untuk tertidur.
Tak terkecuali adel yang memilih untuk tertidur di lipatan tangannya dari pada mengikuti silva untuk ke kantin. Karena kalian tahu sendiri perut adel baru saja di isi siomay sebelum masuk kelas, jadi dirinya memilih untuk tidur saja ketimbang ke kantin.
Hingga suara yang sangat ia kenali masuk memenuhi telinganya dengan jelas. Sepertinya pria itu berbicara tepat di sampingnya karena adelpun bisa merasakan secara dekat posisi pria itu yang memunggunginya.
"Kelas lo free juga fan?" Terdengar suara dino bertanya kepada lawan bicaranya.
"Iyanih gabut gue di kelas, makanya gue kesini" Jawab dari sang lawan bicaranya yang membuat adel terus menelungkupkan kepalanya karena malas harus bertatap muka dengan orang itu.
Yap kalian pasti bisa menebak sendiri siapa pria itu, dia zalfan orang yang beberapa hari ini terus terbayang di kepala maupun benak adel.
Gadis itu merasakan ada yang menyentuh rambutnya pelan. "Tidur dia?" itu suara zalfan dan sepertinya tepukan di kepalanya pun berasal dari lengan zalfan.
Tidak ada jawaban dari dino mungkin dino hanya mengangguk karena tak bisa adel lihat. Akhirnya adel bisa merasakan bahwa zalfan tak ada lagi di sisinya tapi adel tahu betul bahwa zalfan masih berada di kelasnya. Makanya itu ia tak berani mendongakan kepalanya.
Tq fr reading😚😚💯
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroyer
Teen FictionMenjadi 'orang ketiga' bukan lah hal yang diinginkan oleh semua wanita. Tidak pernah terfikirkan olehnya bahwa ia bisa menjadi perusak di hubungan orang lain. Menjadi simpanan seorang pentolan sekolah bukanlah keinginannya. Karena perasaan keduanya...