Keluarga?

117 11 104
                                    

"Katanya keluarga adalah sebuah rumah dari semua rasa lelah yang berada di dunia, namun kenapa justru sumber lelah itu adalah keluarga?"

- Lala

***


"ASALAMUALAIKUMM"

Gadis itu mengucapkan salam dengan lantang saat memasuki rumah, kaki nya terus berjalan sambil terus mengucapkan kalimat yang sama berulang kali, namun tak ada sedikitpun sahutan dari 'mereka'

Hingga kakinya berhenti di ruang keluarga gadis itu menghampiri dua orang paruh baya yang sedang duduk di sofa. Mungkin dari pertama ia mengucapkan salam dengan lantang kedua orang paruh baya itu mengacuhkannya seolah ia tak pernah ada.

"Bun, Yah, orang cantikk datang nih sambut napa, diem diem bae" ucap lauren tak lupa senyuman manis yang selalu terlukis di wajah nya.

"Mas liat tuh anakmu yang KATAnya cantik udah datang" ucap nadine dengan nada sinis
- Ibu Tiri Lauren -

"Anakku?Aku tidak pernah merasa punya anak perempuan, Dia hanya benalu yang menumpang di rumahku"

Aldi - Ayah biologis dari gadis itu tak acuh hanya berpokus pada siaran TV yang ada di depannya.

Sakit.

Rasanya ada ribuan belati transparan yang menghujam seperti jarum jarum kecil pada dada gadis itu, Tidak ada seorang anak yang baik baik saja ketika tau bahwa dirinya tak pernah di inginkan sedetikpun, terutama oleh seseorang yang seharusnya menjadi pahlawan pertama bagi dirinya. Namun bodohnya lauren malah menampilkan senyum dengan gigi berseri seolah tuli dengan apa yang barusan ia dengar.

Tak ingin menyerah pada takdir yang mungkin sudah tertulis dengan goresan menyedihkan, gadis itu mencoba cara lain agar ia bisa terlihat oleh sang ayah.

"Ayah mau teh ngak? Lala bikinin yah? Gulanya 2 sedokan?Bunda, Bunda udah makan belum? Mau lala bikinin makanan ngak?"

Tak ada sahutan, Sang ayah hanya pokus menonton berita yang sedang panas akhir akhir ini di depan layar Televisi, mengabaikan suara yang sedari tadi menawarinya teh.

"Lauren"

"Iya bun? Kenapa?"

"Kamu bisa bantu saya?"

"Bisa bisa, bunda butuh bantuan apa? Lala akan selalu sigap" ucap gadis itu dengan sangat antusias seperti seorang pasukan pada komandannya.

"Tolong menyingkir di hadapan saya dan suami saya, kamu seperti kotoran yang membuat saya muak"

Deg.

"H-hah?, Oh I-iya lala lupa ada tugas sekolah bun, lala ke kamar dulu ya, nanti kalo mau makan malam panggil aja lala, lala bakal siapin makanan enak buat kalian" Gadis itu mengalihkan percakapan yang membuat ruang dadanya kembali sesak.

"Siapa yang sudi makan dari anak sialan itu"

Langkah kaki lauren terhenti ketika mendengar kalimat demikian dari suara ayahnya, sesak itu semakin menjadi, hingga mulutnya hanya bungkam seperti si bisu yang hanya bisa menjelaskan semuanya lewat tetesan air yang keluar dari mata cantik itu.

Destiny, Why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang