Pertanda?

17 0 0
                                    

"Sebuah kata itu hebat, bisa jadi penyelamat dan bisa menjadi alasan sekarat"

Tengah malam sadri membawa pria itu kerumah nya, ia seperti maling di rumah nya sendiri karena mengendap endap, bukan karena apa tapi sadri takut akan satu hal saja. Sementara pria yang di belakang nya malah terlihat santai, seolah dia yang tuan rumah di sana.

Beruntung lampu rumah nya selalu di matikan itu artinya, penghuni rumah udah pada mati oh salah maksud nya udah pada tidur.

Dengan sikap siaga 45 sadri membawa orang itu masuk ke kamar nya, belum juga sadri menyuruh orang itu buat duduk eh si pria malah langsung rebahan di kasurnya tanpa membuka alas kaki pula. Ingin rasa nya menjadi psikopat dadakan pikir sadri dengan menatap kesal ke arah pria tak tau diri..

"Sebenernya siapa yang punya kamar sih!" sinis sadri, pria itu duduk di sofa, sambil membuka alas kaki dan menaruh di tempat biasa.

"Tamu adalah raja"

"Tuan rumah adalah dewa"

"Banyak bacot lo"

"Untung sabar kalo kagak gue udah bikin pala lo pecah"

"Ngak takut"

Sadri hanya menghela napas pasrah, dia membawa koper milik pria itu ke arah lemarinya. Beruntung lemari dia itu lemari sultan jadi masih muat untuk semua barang barang si pria.

"Lo mau mandi?" tanya sadri,

"Yaiyalah mandi emang nya lo udah bau, tengil, buluk lagi"

"Pergi lo dari rumah gue!"

"Cih. Baperan lo"

"Nyenyenye" sadri mendengus kelas dengan delikan mata pada pria itu.

Hening. Tak ada lagi percakapan pasti diantara mereka hingga detik berikutnya pria itu membuka suara.

"Gia, dia di kamar mana sad?"

Sadri melirik pria yang seperti dewa di kasurnya itu, dengan malas menjawab.

"Noh di kamar sebelah"

"Oh"

"Cuma oh?!"

"Ya terus gue harus bilang apa?"

"Ya maksud gue.."

"Bacot ah gue mau mandi" tanpa meminta izin pria itu nyelonong masuk ke kamar mandi dan tanpa wajah bersalah mengambil handuk sadri begitu saja, membuat sang empu melongo tak percaya dengan pria yang baru saja masuk ke kamar mandi itu.

Humppt.

Menghembuskan nafas kasar, sadri menatap langit langit kamarnya dengan pikiran berkecamuk, dia merasa sedikit beruntung?
Hari harinya selalu monoton tapi dengan tiba tiba semuanya berubah sedikit berwarna. Ada rasa syukur yang malu untuk ia ungkapkan.

Drrrt

Drrrt

Getaran ponsel di sakunya mengalihkan pokus pria itu, dengan cepat sadri membuka benda pipih miliknya. Membaca room chat dari kelasnya.

Destiny, Why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang