"Jika ego menguasai rasa maka ekspetasi pun akan tampak seperti realita".
***
Pria itu memasuki kamar nya yang tampak elegan dengan cat berwarna putih di balur coklat tua.
Tubuhnya ambruk di kasur empuk miliknya, mata nya terpejam seolah olah sedang menenang kan pikiran nya yang kacau. Helaan napas yang begitu gusar terdengar dari mulutnya. Diambilnya poto yang di dalam nakas lalu di pandang nya lekat.
"Andai lo tau yang sebenar nya gi, apa mungkin lo bisa maapin gue dan gue harap gue ngak terlambat gi"
Racau pria itu lalu mata nya terpejam sempurna sambil memeluk poto seorang gadis, mungkin dirinya kini sudah terseret ke alam mimpi.
****"Hai apa kabar? Lo baik?"
tanya seorang pria berseragam putih biru yang kini duduk di kursi taman sebelah seorang gadis yang tengah menunduk."Hmm baik" ucap si gadis yang langsung mendongkakan kepalanya melihat siapa yang bertanya lalu menunduk lagi.
"Gue tau lo pasti sedih gara gara si brengsek itu kan, gue juga tau lo suka banget sama dia, tapi demi apapun gue ngak percaya lo ngelakuin yang di omongin mereka" ucap si pria namun si gadis itu tetap menunduk.
"Gue yakin lo kuat lo harus bangkit dan lo harus buktiin ke mereka kalo lo itu ngak salah" ucap si pria yang berhasil mengalihkan pandangan si gadis itu.
"Gimana caranya, gue ngak punya siapa siapa sekarang" ucap si gadis itu sembari menatap manik berwarna biru gelap milik pria itu.
"Ngak, lo masih punya allah ,lo juga masih punya temen ko , gue temen lo mulai sekarang dan lo harus bangkit tunjukin kalo laki laki di dunia itu bukan dia aja" ucap si pria itu sembari menatap lekat si gadis.
"Janji" ucap keduanya. Lalu mereka pun tersenyum.
_____
Terlihat seorang gadis yang sedang menyusuri koridor sekolah namun kini ia tak menundukan kepala lagi seperti biasa nya. Bisik bisik mulai terdengar di gendang telinganya.
"Eh liat tuh si murahan nunjukin mukanya lagi tu, kebal banget ya tu muka"
"Iwhh ngak punya malu banget ya"
"Idih dia rasa dia itu mahal tapi nyatanya kan murahan."
"Barang murah akan tetep murah, hahaaha"
Kurang lebihnya itulah yang di dengar si gadis namun dia hanya mengacuhkan nya saja tak peduli lagi dengan celotehn ngak guna itu.
Terlihat sekelompok pria yang waktu itu menyebutnya sebagai gadis murahan dan menyebarkan isu buruk tentangnya sedang ada di sisi koridor jalan si gadis, namun kali ini si gadis tampak acuh tak peduli lagi dengan salah satu pria yang dari dulu namanya ia langit kan.
Langkah kakinya terus berjalan melewati sekelompok pria itu mulutnya pun tertutup rapat tidak ada lagi senyuman dan sapaan riang yang keluar saat bertemu pria itu bahkan menoleh aja pun ia enggan, meski hatinya sakit harus membohongi perasaan nya. Namun kali ini ego nya yang memimpin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny, Why me?
Teen FictionSeorang gadis remaja yang ingin lepas dari jeratan masalalu ya, dimana hal itu seperti rantai yang membelenggu hingga ia harus pergi sejauh mungkin agar bisa lari dari semua itu. Sebuah pertemuan tanpa diduga membuatnya harus mengenal pria berwajah...