"Kau adalah apa yang selalu ku tulis dan aku adalah apa yang tak pernah kau baca"
- Galang
***
Hari harinya kembali seperti semula, dimana dia bersikap cuek dan bodo amat. Setelah kejadian seminggu lalu. Dia juga berusaha keras menghindari galang. Dia tak ingin lelaki itu kembali terseret kedalam hidup kelam nya. Cukup dirinya sendiri.
Ah biarkan saja memang apa penting nya hidup ini baginya yang tak akan lama lagi pergi.
Tenang? Tentu. Sekarang dia sendiri di dalam perpustakaan yang begitu tenang dengan earphone di telinganya. Membuat nya semakin damai saja.
Buku tebal di depan nya tak dia sentuh lagi kini hanya memejamkan matanya. Mengingat semua memori pahit itu lagi. Pahit? Dia telan itu semua dalam rasa sakit yang menumbuhkan nya. Sejak awal dia lahir pun tak ada yang menginginkan nya jadi untuk alasan apa dia bertahan? Kasih sayang? Harapan?.
Hancur
Semua itu hanya anggan belaka yang nyatanya tak akan pernah satupun dari semua itu ia raih.
Dirinya lelah memikul beban sendirian dalam gelapnya hampa.Cukup!! Kali ini dia tak akan pernah peduli lagi tentang dunia nya yang sudah hancur. Dia tak akan pernah memoles kan lagi salep pada luka luka nya. Biarkan saja semua itu membekas untuk dia ingat. Bahwa dunia ini tak pernah baik padanya.
Puk
Tepukan pelan di bahunya yang ia sadari tetap dia acuhkan. Menurut nya orang itu menggangu kedamaian nya.
"Kayaknya lo lagi banyak pikiran" sahut nya pria itu yang kini duduk di sebelah lauren.
Lauren tak bergeming. Matanya masih tertutup dengan earphone yang masih terpasang di telinganya.
"Lo kenapa?"
"Pergi!!" Pria itu terkejut saat mendengar nada bicara lauren yang dingin. Namun dia langsung mengendalikan lagi ekspresi nya itu.
"Lo bisa cerita ke gue kalo lo ada masalah"
"Lo budeg? Gue bilang pergi ya pergi!!" emosi lauren kini membludak dan langsung menatap tajam pada pria di samping nya yang masih kalem itu.
"Lo kenapa?" ulang nya lagi dengan nada kalem.
"Humfft"
Hembusan gusar itu terdengar di telinga langit. Lelaki itu masih tetap menatap nya kalem. Biar lah entar juga tu cewe pasti nyerah batinnya.
"Cerita itu bisa ngurangin beban la, lo bisa jadiin gue tempat cerita lo kalo lo mau"
"Gue minta lo pergi" ucap nya datar,tak dingin dan tak ada nada emosi.
"Gue bakal tetep di sini"
"Lo mau apa sih?" ucap nya parau.
"Gue mau lo bebas dari dunia gelap lo"
Deg
"Bagaimana dia tau dunia gue?" batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny, Why me?
Roman pour AdolescentsSeorang gadis remaja yang ingin lepas dari jeratan masalalu ya, dimana hal itu seperti rantai yang membelenggu hingga ia harus pergi sejauh mungkin agar bisa lari dari semua itu. Sebuah pertemuan tanpa diduga membuatnya harus mengenal pria berwajah...