Hari tanpanya

16 0 0
                                    

"Kenapa dari banyak nya warna di dunia ini. Hanya hitam yang menghampiriku?"

- Lyra

***

Setelah berdebat panjang dengan sahabatnya dan tak menemukan apa yang ingin dia tau. Sam pergi begitu saja dari markas nya.

Kesal? Tentu saja. Semua orang pasti kesal melihat keadaan yang tak ia mengerti terjadi di depan nya. Apa boleh buat semua sahabatnya itu egois jika ia tak mengalah. Sudah lah dirinya lelah. Dia hanya butuh istirahat sebentar. Menutup mata di ranjang yang kini menjadi rebahan dirinya.

Seolah sadar dengan apa yang di berikan lauren padanya tadi pagi dia langsung membuka matanya dan membawa kotak itu ke dalam kamar sang adik.

Ceklek.

"Eh bang? Ada apa?" ucap arum yang tengah sibuk memperbaiki poto poto dirinya yang bersama dengan lauren.

Sam melangkah menuju adik nya setelah menutup pintu kamar. Dia duduk di tepi ranjang sang adik dengan raut wajah yang tak bisa di artikan oleh arum.

"Bang?"

"Hm"

"Ada apa?" bukan nya menjawab pertanyaan adik nya sam tanpa basa basi lagi dia langsung memberikan kotak yang di berikan lauren pada nya pagi tadi pada adik nya itu.

"E eh apa ini bang?"

"Dari lauren" ucap nya datar.

Bahagia? Sangat bahagia itulah yang di rasakan arum sekarang. Bayang kan betapa rindu nya gadis itu pada sang sahabat dan kini setelah sekian lama dia mendapat sebuah kotak cantik dari sahabatnya itu.

Tanpa basa basi dan dengan perasaan gembira gadis itu membuka kotak nya tak sabaran, melihat isi dari kotak itu ia tak bisa menahan cairan bening yang kini tumpah membasahi poto dimana dirinya yang memegang medali kompetensi dance dan lauren di samping nya dengan tersenyum gembira.

Dia masih ingat poto beberapa taun lalu itu, dimana lauren merelakan mimpi nya pada arum. Namun dengan bodoh nya dia malah menghancurkan sahabatnya sendiri demi keegoisan nya.

Melihat sang adik yang menangis sam sebagai seorang kakak langsung mendekap arum hangat, seolah tau jika adik nya itu kini sangat rapuh.

"Jangan nangis" ucap sam lembut tak datar seperti tadi.

Melepas pelukan sang kakak. Arum tersenyum kecil sembari memegengi poto itu lalu dia simpan tepat di atas nakas tempat tidur nya. Lalu perhatian nya beralih pada sebuah kertas yang di lipat dua. Merasa penasaran dia langsung membuka dan membaca kalimat demi kalimat yang ada di dalam kertas itu.

Tangis nya pecah dan semakin deras saat dia membaca kalimat kalimat itu. Sesak? Tentu saja. Melihat adik nya kian menangis deras sam langsung mendekap nya lagi memberi kenyamanan pada arum yang kini terisak dan memukul mukul dadanya sesak.

Ingin tau apa yang ada dalam kalimat itu sam, langsung menyambar kertas yang tadi terjatuh di lantai dan mulai membaca kalimat demi kalimat nya. Dia tak bisa bohong pertahananya pun ikut runtuh saat membaca kalimat itu. Bahkan kini cairan bening sudah mengiasi wajah nya. Mengingat sebuah persahabatan yang begitu tulus dari kedua nya sebelum salah satu nya di butakan oleh keegoisan.

Destiny, Why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang