Amarah

16 0 0
                                    

"Hidup adalah pilihan, setiap pilihan punya konsekuensi, hanya orang bodoh yang lari dari apa yang ia pilih"

- Reza

***

"GIA" teriak seorang gadis yang tengah terbaring lemas di ranjang uks sekolah nya.

"Arum kamu kenapa??"panik seorang Pria yang sedari tadi duduk di samping pacar nya itu.

"Ka Diptaaa"sahut gadis itu yang langsung memeluk cowo itu, sang cowo membalas pelukan nya dengan hangat sembari membelai lembut rambut pacarnya itu.

Hikks

Hikss

"Kamu kenapa arum?"
Tanya nya saat mendengar suara isak tangis dari balik dekapan nya itu.

"A aku cu cuma mimpi buruk aja ka"

"Yaudah kalo gitu kamu tenangin diri kamu dulu jangan pikirin mimpi buruk kamu, sekarang kamu lagi sakit gak baik buat kesehatan kamu"

Hiks.

"I iya"

***

Lauren terjaga dari tidurnya, sepertinya kini dia telah mengalami mimpi buruk liat aja sekarang tubuhnya banjir keringat.

Dia memukul mukul dadanya sesak dan langsung beralih memukul mukul kepalanya berharap mengurangi rasa sakit nya. Detik berikutnya gadis itu langsung membuka nakas dengan kasar, diambil nya obat yang selalu membantunya, kali ini dia mengambil empat pil obat sekaligus dan langsung menelan nya bulat.

Tatapan nya kosong, perlahan napas nya kembali teratur dia kembali merebahkan dirinya di atas kasur nya itu lalu menatap langit langit dengan tatapn kosong.

Hatinya sesak pikiran nya kacau dengan bayang bayang yang selalu menghantui nya, bahkan keluarga nya sendiri tidak tau kalo lauren dari dulu megidap depresi akut.

Mngkin sudah tak bisa di sembuhkan lagi hanya dengan obat penenang itu lauren bisa bertahan hidup. Bahkan jika mentalnya lemah mungkin dari dulu gadis itu sudah mengakhiri hidup nya namun dia tak selemah itu untuk menyerah.

Dia tetap bertahan sampai hari ini walau sudah mengalami hal hal pahit di perjalanan nya, dari kecil dia tak pernah di perlakukan baik bahkan aldi selalu menampar lauren kecil dulu tanpa ampun ketika tak sengaja memecahkan gelas.

Gadis itu tak pernah merasa bagaimana bahagianya saat ultah nya di rayakan, dia tak pernah merasa sebuah pelukan hangat dari seorang ayah atau pun ibu, dia tak pernah di beri uang jajan dia hanya melihat bagaimana teman teman nya di sekolah selalu sarapan sementara dia hanya menatap mereka dengan menahan rasa lapar.

Tak pernah sekalipun tau bagai mana rasanya tangan hangat orang tua membelai rambut nya, dia berusaha tetap berdiri walau lagi lagi kedua kaki nya di patahkan oleh harapan dia tak putus asa menyalakan lilin kecil di setiap jalannya di setiap rasa sakit nya walau lilin itu selalu di padam kan oleh mereka di tengah jalannya.

Saat menginjak remaja dia tumbuh dengan sosok yang begitu tertutup tak tersentuh namun di usia itu juga dia bisa meraih segala prestasi dan membiayai sekolahnya, dia selalu tak berekspresi namun saat ada satu gadis yang menjulurkan tangan nya meraih dirinya dari gelap yang menyelimuti ketika dia menerima juluran tangan itu setiap hari nya dia bisa bangkit.

Destiny, Why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang