Arti sebuah rumah?

46 4 0
                                    

"Dari semua penghargaan yang ku dapatkan, aku hanya bangga jika benar benar memiliki sesuatu yang bernama keluarga"

- Lala

***

Seorang gadis berseragam putih biru duduk di kursi kelasnya, kebetulan saat itu waktu istirahat jadi tidak banyak siswa siswi yang ada di kelas,dia mengeluarkan kotak bekal nya yang sengaja ia siapkan untuk menghemat uang jajan nya,hari itu dia sangat bahagia hingga senyum Manis terus melukis wajah cantiknya,tak lama datang beberapa anak laki laki berseragam sama dengan nya memasuki kelas itu lalu mereka duduk di bangku sebrang samping gadis itu.

" Hai" sapa gadis itu pada seorang laki laki yang duduk di tengah tengah teman nya.

"Ohh dia cewe murahan itu" ucap salah satu laki laki di sana.

"Yaiyalah DIA cewe ngak punya etika itu"

Ucap laki laki yang duduk dengan laki laki yang di sapa oleh gadis itu sambil melirik ke arah gadis itu.

"Cihh jadi cewe ko murahan "
Ucap dari mereka.

"Masih punya muka dia ada di sini" sambil menunjuk kearah si gadis .

"Udalah gays KASIAN dia" ucap laki laki yang di sapa oleh si gadis itu.

"Ya tetep aja barang murah akan tetep murah gays,haahhahahaha"
Ucap mereka serempak.

Gadis itu menunduk menahan cairan bening yang hampir tumpah dia tidak mengerti apa yang terjadi hingga seseorang yang ia kagumi mengucapkan hal demikian.

Gadis itu semakin menunduk hingga kegelapan secara perlahan merengut nya, di sini lah dia sekarang.

Gelap tanpa cahaya.


****

"AAARGGHHH"

Lauren terbangun dengan keringat yang bercucuran dari pelipisnya, nafasnya terdengar sangat berat sama seperti detak jantungnya berdebar dengan ritme yang cepat. Bibir berwarna pink itu pucat pasi lengkap dengan raut wajah ketakutan dan rambut yang acak acakan.

Dia langsung membuka nakas lalu mengambil obat penenang, detik berikutnya gadis itu menelan tiga obat penenang sekaligus.

"Ah sial, sial ,sial gue benci!!!"

Rutuk lauren pada dirinya sendiri tak lupa dengan memukul mukul kepala nya.

Hiks hikss hikss

Lauren tak bisa menahan lagi cairan bening yang kini tumpah.

"Kenapa? kenapa harus gue?!" gumamnya di tengah isak kecil nya.

Selang beberapa menit sudah tak terdengar lagi suara isakan dari gadis itu, kini ia berjalan menuju arah balkon kamar nya.

Dibukanya pintu balkon lalu duduk di sana, lauren memejemkan mata nya merasakan hembusan dingin nya angin malam, sejenak itu menenangkan pikiran kacau nya.

"Sampai kapan gue gini, gue lelah, sekali aja gue minta mereka semua anggap gue ada bahkan keluarga gue aja ngak pernah anggap gue, gue cape"

Destiny, Why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang