"Yanh terbaik adalah yang tak pernah terlihat"
- Galang
***
Lauren terus berjalan dengan tenang melewati setiap kelas sambil menengteng tas nya dengan satu tangan, meski pun begitu tapi penampilan nya selalu rapih, tak lupa rambut yang selalu di ikat kuda, serta sekarang perban putih sedikit merah di terpasang di kepalanya.
Brukk
Belum dia menuju kelasnya yang tinggal beberapa meter lagi, seseorang menabrak dirinya.
"Eeh maap gue gak seng..."
"Gia"
Lauren pun sama terkejutnya dengan gadis itu itu namun dia hanya menampilkan wajah datar lalu melewati 'mantan sahabatnya' yang terdiam kaku di tempat.
Arum masih tak bergeming, dia membeku di tempat saat dia bertemu dengan orang yang dulu selalu memberikan nya semua mimpi yang gadis itu punya tapi karena keegoisan dirinya, dia menghancurkan gadis itu. kecil kemungkinan bahwa gadis itu masih menggangap nya sahabat.
"Arumm ngapain bengong disini ayo" ucap seorang pria.
"E engak ka aku tadi cuma pusing aja"
"Kamu sakit? Mau ke uks?"
"Gak usah udah mendingan ko, ayo"
"Yaudah kalo gitu" ucap pria itu yang langsung menggengam tangan arum dan beranjak pergi.
Lauren terus melangkah dan tanpa pikir panjang lagi masuk ke dalam kelasnya.
Netra nya tak memperhatikan dengan seksama ada yang berbeda di kelas nya. Kaki nya melangkah ke arah bangku, Namun dua meter dari sana, kaki nya berhenti tat kala seseorang itu duduk di bangku nya dan berbincang dengan bella sahabatnya.
"Eh la lo telat lagi?" tanya Anggi yang duduk paling depan saat melihat lauren baru memasuki kelas, mendengar itu sukses membuat dua orang yang berbincang itu berbalik menatap nya.
"La kepala lo kenapa? Ko di perban? Lah itu darah nya mau nembus ren?" sewot anggi teman sekelas yang paling heboh itu.
Rizi menatap lauren hangat meski hatinya sakit melihat ekspresi datar dari lauren, dia mengedar pandang saat mendengar pertanyaan dari salah satu siswi dan benar kepala lauren di perban dengan ada darah yang menmbus perban itu.
"Lala" sahut bella dengan perasaan kalut, sekarang dia tahu alasan kenapa selama ini, sahabatnya itu benci akan pria setelah mendengar detail cerita dari sepupunya.
Lauren tak menjawab ucapan mereka yang menyapa ataupun bertanya padanya, mood nya kini rusak total, bahkan untuk bicara satu kata pun dia enggan.
Rizi langsung pindah ke tempat duduknya di sebrang bangku gadis itu yang bersebelahan dengan nya, tanpa mengalihkan pandangan nya pada lauren.
Lauren melangkah maju ke bangku nya, tak mendudukan bokong nya dia membanting kasar tas nya, yang melihat itu hanya menatap lauren bingung pasalnya gadis itu tak pernah sedingin ini sebelum nya, bahkan lauren selalu hangat pada siapapun dan ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny, Why me?
Roman pour AdolescentsSeorang gadis remaja yang ingin lepas dari jeratan masalalu ya, dimana hal itu seperti rantai yang membelenggu hingga ia harus pergi sejauh mungkin agar bisa lari dari semua itu. Sebuah pertemuan tanpa diduga membuatnya harus mengenal pria berwajah...