Dejavu Masalalu

29 1 0
                                    

"Rasa sakit itu tercipta dari diri sendiri, Bukan dunia menghakimi tapi itu adalah sebuah konsekuensi"

- Langit.

***

Apapun dan bagaimana pun dirinya sekarang sudah jauh dari kata baik dari hari ke hari setelah kepergian gadisnya itu.

Dia bukan lagi dirinya, bahkan kini ia hanya memadang dunia di seitar nya tak jauh dari kata gelap.

Hampa.

Satu kata yang mewakili setiap rasanya kini, tak ada senyum guyon yang terpajang lagi sekarang terganti dengan wajah datar dan masam.

Sudah berapa kali dia mencari cari gadis itu tapi tetap saja hasil nya kosong tak ada. Dia hilang bagai di telan bumi.

Menatap kosong gelang hitam yang melingkar manis di pergelangan tangan nya, benda terakhir yang di berikan gadis itu sebelum hilang entah kemana. Bahkan dia tak memperhatikan kesehatan nya sekarang.

Dia benar benar merasa bodoh sekarang, jika tau hari itu gadis itu akan pergi mungkin dia tak akan melepas kan gadisnya waktu itu. Bodoh. Bodoh. Bodoh. Dia terus berucap merutuki dirinya sendiri.

"Aarrghh"

Brukk

Brukk

Lagi dan lagi dia melampiaskan marah nya pada diri sendiri, dia terus memukul tembok kamar nya dan darah segar kini sudah mengalir di tangan nya. Beruntung sang nenek sekarang tak ada di rumah jadi dia bebas meninju tembok rumah kapan saja tanpa harus mendapat omelan. /bentar lagi rumah nya roboh deh.

"Lo di mna sih!!!" racau nya dengan bentakan dan terus mengacak acak rambut nya. Jika di biarkan mungkin sekitar satu bulan lagi pria itu akan masuk RSJ saking frustasi nya.

Ceklek.

Mendengar suara pintu di buka reflek pandanganya langsung tertuju pada seseorang yang kini memandang dirinya dengan tatapan yang sudah galang hapal betul artinya membuat nya semakin jengah.

Emosi nya sedang tak stabil di tambah kedatangan pria itu membuat nya ingin menghancurkan apa saja sekarang juga.

"Ngapain lo ke sini hah!!" bentak galang pada pria yang masih berdiri ambang pintu itu.

"Bang ayo pulang"

"Gue bukan kakak lo, Enyahlah lo dari hadapan gue!!".

"Bang lo harus denger penjelasan gue"

"Gue bilang gue bukan kakak lo bangsat!!"

"Tap...."

"Pergi atau mati!!"

Pria itu menatap galang sendu lalu berlalu pergi dari rumah nenek nya dengan perasaan yang sama seperti sebelum nya.

Bruk

"Arrggghh bangsattt!!"

Marah.

Satu kata yang mengambarkan nya sekarang, bara api dalam dirinya kian memburu. Meski begitu dia tak akan tega menyakiti siapapun seperti sekarang, dia marah pada pria itu dia tau kata kata nya tadi memang menyakiti pria itu tapi dia tak bisa meminta maap, yang dia bisa hanya melampiaskan marah nya dengan menyakiti diri sendiri.

"Aduhh sakitt" gaduh bocah cowo kecil berumuran empat tahun itu saat diri nya tak sengaja tersandung batu membuat darah segar mengalir dari lutut nya.

Destiny, Why me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang