Happy reading!!
"Mama," lirih Milly yang baru saja membuka mata.
Diandra dengan sigap mengusap pipi putrinya lembut. "Iya, sayang?"
"Sshtt!" Gadis itu merasakan nyeri di kepalanya saat hendak mendudukkan diri.
"Hati-hati, sayang."
Milly hanya tersenyum dan mengangguk.
"Pengen sesuatu?"
Milly mengangguk. "Pulang."
"Heh ... jangan dulu. Kamu harus banyak-banyak istirahat sambil nunggu hasil CT scan-nya keluar."
Melihat sang mama yang begitu khawatir, Milly mengembuskan napas kasar. "Ma, liat, deh. Milly nggak pa-pa, nggak gegar otak juga."
"Mama nggak mau ngambil risiko buat kemungkinan-kemungkinan terburuknya." Diandra memberi jeda sejenak. "Kamu juga nggak usah khawatir tentang Karmi, dia sudah diurus sama pihak berwajib. Mama akan pastiin kalau dia mendapat hukuman yang berat."
Milly tersenyum sekilas lalu menampilkan wajah sendunya. "Mama cabut aja tuntutannya. Kasihan sama Bi Karmi, pasti dia nggak bermaksud buat nyakitin Milly, kok."
Mendengar penuturan dari sang putri Diandra langsung menggeleng kuat. "Kalau dia nggak bermaksud apa-apa, kamu nggak akan ada di sini." Wanita itu langsung mendekap Milly sekuat tenaga.
"Milly nggak pa-pa, Ma," ucap Milly seraya membalas pelukan mamanya.
"Cuma ada kamu sama papa. Mama nggak akan biarin hal buruk terjadi sama kalian."
Milly mendorong halus Diandra untuk mundur. "Milly mau pulang aja, Ma. Udah mendingan, kok, udah nggak sakit."
Dengan sengaja Diandra menyentuh perban luka Milly hingga membuat gadis itu memekik.
"Aw, sakit, Ma!"
"Tuh, kan. Katanya udah sembuh."
"Kalau digituin terus sama Mama, bisa-bisa gegar otak beneran. Milly mau sekolah," rengeknya membuat Diandra terkikik.
"Halah, alasanmu lho. Terus kalau kamu masuk, nanti mau pingsan di sekolah biar digendong cowokmu gitu?" ejek Diandra.
Milly mengerucutkan bibirnya. "Nggak gitu, Ma."
"Ya udahlah. Mama mau ke sekolahmu, mau minta izin buat kamu nggak masuk beberapa hari. Oh, iya, papa lagi ada rapat dadakan, bentar lagi juga datang. Nggak pa-pa, kan, sendirian?" ucap Diandra panjang lebar.
Milly kembali mendorong Diandra halus. "Iya-iya, sana. Terserah Mama aja."
Diandra mengecup pipi Milly sekilas. "Jaga diri, ya, sayang."
"Iya, Mama."
∆ Milly Oswald ∆
Clay duduk dengan gusar. Berkali-kali dia menengok ke belakang, tapi sosok yang ia tunggu-tunggu tidak kunjung ada di sana. Pagi tadi dia mengira kalau Milly akan terlambat hari ini, tapi sampai istirahat pertama pun, gadis itu tidak datang juga.
"Sis, tau nggak Milly ke mana?" tanya Clay kepada Sisca, sekretaris kelas.
Sisca mengalihkan pandangannya dari kotak makannya. "Cie yang khawatir. Anak baru aja langsung kepincut sama Milly."
Clay mengusap wajahnya frustrasi. "Gue tanya beneran, Sis!"
"Waduh-waduh, jangan marah, dong. Nggak tau gue juga Milly ke mana, nggak ada suratnya," jawab Sisca apa adanya lalu kembali menyendok nasi gorengnya dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...