Happy reading!!
Seorang wanita yang berusia empat puluh tahunan itu meraung-raung seperti orang kesetanan. Sang suami yang mencoba menenangkannya pun sampai kewalahan.
"Sabar, Ma. Itu belum tentu Gavin," ucap sang suami mencoba meredam suasana yang panas.
Vina, istrinya memukul Gio tidak terima. "Papa nggak bisa ngerasain! Anakku hilang berhari-hari, lalu polisi bodoh itu seenaknya memberi dugaan kalau jasad yang ditemukan di sungai itu adalah Gavin!" teriak Vina membabi-buta.
Gio mengusap wajahnya frustrasi. "Aku pun nggak nyangka ini terjadi. Ingat, Ma, Gavin juga anakku."
"Papa nggak punya perasaan! Setelah mendengar kabar itu tetap saja tenang, tidak ada usaha sedikitpun."
"Aku sudah mengerahkan upaya semaksimal mungkin. Mama tenang dulu, ini baru dugaan, belum tentu dia Gavin. Ingat ini rumah sakit."
"Pa," lirih Vina yang mulai lemas dan akhirnya pingsan dalam dekapan sang suami.
Orang tua Gavin kalap saat menerima pemberitahuan dari polisi bahwa telah ditemukan mayat di sungai belakang kota. Kondisi jasad sangat mengerikan, tubuh itu sudah mulai membusuk, ditemukan beberapa luka tusuk di perut, dan juga yang paling mengerikan adalah mayat tersebut tanpa kepala. Dugaan polisi bermuara pada kasus hilangnya Gavin, putra dari Gio dan Vina
Proses identifikasi cukup pelik karena jasad yang sudah mulai membusuk dan tidak ada petunjuk lebih lanjut. Bahkan, ketika ditemukan, tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh terapung itu.
"Ma," panggil Gio dengan begitu lembut.
Sedikit demi sedikit kelopak mata Vina mulai terbuka menampilkan netranya yang teramat sayu. Suara wanita itu begitu tipis sampai tidak bisa didengar oleh Gio.
Sebagai suami yang perhatian, Gio langsung mengambilkan segelas air untuk sang istri. "Minum dulu, Ma."
Vina sudah mulai bisa menguasai dirinya. Dia menutup mata sejenak dan menatap lekat pada manik suaminya. "Hasilnya sudah keluar?"
Gio menunduk tidak berani menatap mata istrinya. Vina mengguncangkan pundak Gio. Laki-laki itu tetap bungkam.
"Pa," panggil Vina.
Gio mulai meneteskan air mata dalam diam.
"Papa! Jadi benar? Benar itu Gavin, Gavin putraku?!"
Laki-laki itu hanya mengangguk. Tangis keduanya pecah. Vina kembali lepas kendali dan berteriak memanggil nama Gavin berkali-kali berharap putra kesayangannya itu akan kembali ke hadapannya dalam sekejap. Berbeda dengan Gio yang hanya bisa menitihkan air mata dalam diam seraya berusaha menenangkan istrinya.
∆ Milly Oswald ∆
Tok ... tok ... tok
"Boleh mama masuk?" tanya Vina dari luar kamar putra kesayanganya.
"Masuk aja, Ma. Pintunya nggak Gavin kunci, kok," tutur Gavin dari dalam.
Cklek
"Lagi apa, nih, anak kesayangan mama?" goda Vina.
Remaja dengan hidung mancung itu sedikit tidak nyaman dan akhirnya menatap sang mama tajam. "Ih, Mama. Gavin udah bilang jangan panggil pake sayang-sayang gitu."
Sang mama mengusap puncak kepala Gavin. "Iya ... iya yang merajuk. Tapi bagaimanapun juga, Gavin tetap anak kesayangan mama." Vina mengecup pipi putranya sekilas. "Lagi apa, nih?"
"Nugas. Pak Hendra lagi sakit, karena tadi nggak bisa ngajar dapet tugas online, deh," jelas Gavin apa adanya.
"Oh. Vin," panggil sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...