Happy reading!!
Tok ... tok ... tok ....
"Permisi!"
Milly mengucek matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke manik hitamnya. Dia menggeliat lalu memutar tubuhnya untuk melihat jam kecil di samping tempat tidur.
"Siapa, sih, pagi-pagi gini dateng?" gerutunya, "gangguin aja."
Gadis itu beranjak. Sebelum membukakan pintu, Milly mengikat rambutnya asal. Dengan ekspresi yang sudah dibuat seramah mungkin, dia menemui orang yang sudah mengetuk pintu kosnya.
"Iya, ada apa?"
"Dengan Mbak Milly?" tanya lelaki itu memastikan.
"Iya, saya sendiri. Ada apa, Pak?"
Lelaki dengan seragam kurir salah satu jasa antar barang itu menyerahkan sebuah kotak pada Milly. "Ada paket buat Mbak."
Milly menerimanya, ada sedikit rasa curiga. Seingatnya dia tidak membeli apa pun. "Pagi-pagi begini, Pak?" tanya gadis itu memastikan.
Kurir itu mengangguk. "Iya, Mbak. Kiriman khusus. Tolong tanda tangan di sini!"
Gadis itu hanya menurut.
"Kalau gitu saya permisi."
"Iya, Pak. Terima kasih." Milly kembali masuk dan mengunci pintu kosnya.
Kotak yang cukup besar berwarna ungu itu diperhatikan oleh Milly dengan saksama. "Siapa yang ngirim, sih?"
Dia yang penasaran dengan isi di dalamnya langsung mengangkat penutup kotak. "Sneakers?" gumamnya.
Hanya dengan melihat sekilas pada benda itu, Milly sudah tahu kalau harganya cukup mahal. Mungkin 10 hingga 12 juta. Siapa yang memberikan benda mahal seperti itu untuknya? Clay? Tidak mungkin lelaki itu.
Pandangan mata Milly menangkap sesuatu di sudut kotak, sebuah kertas kecil yang dilipat rapi. Dia meraihnya, membaca isinya, dan berharap akan tertera nama penulisnya. Sebuah surat. Tidak ada nama pengirimnya, tapi dari isi surat itu saja Milly sudah tahu siapa penulisnya.
"Ini pasti dari cowok menyebalkan itu."
Milly membaca ulang suratnya.
[Surat Tanpa Nama ada di Mulmed]
"Melenyapkan Kak Nasya?" gumamnya. Ingatannya kembali pada Mario yang berani memukul Clay tempo hari. Ini bukan lelucon.
Mata gadis itu membelalak. Dia melempar kotak berisi sneakers mahal itu ke sembarang arah dan langsung berlari keluar. Dengan gusar Milly mengetuk pintu kamar Nasya. "Kak Nasya!" panggilnya.
"Kak ... ini Milly."
Seseorang tiba-tiba saja menepuk pundak Milly. "Kenapa, Mil?"
"Eh, Kak Farah!" Milly semakin tidak tenang. "Semalem Kak Farah nggak tidur di sini sama Kak Nasya?"
Farah, teman sekamar Nasya itu menggeleng. "Nggak, Mil. Semalem gue nginep di rumah Edo."
"Ish!" desis Milly. "Bahaya!"
Farah ikut kebingungan. "Bahaya kenapa?"
Milly kembali mengetuk pintu itu dan tidak menghiraukan ucapan Farah. Tidak ada jawaban. Milly meraih gagang pintu, tidak terkunci. Segera dibukanya kamar itu.
Pemandangan yang menyesakkan terpampang nyata di sana. Tubuh berlumur darah milik Nasya terbujur kaku di atas ranjang. Dengan mulut dilakban, tangan dan kaki terikat, juga garpu dan jari-jari payung yang masih menancap di beberapa tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...