LCRG 33 : Ancaman

957 69 17
                                    

Happy reading!!

“Mau juga. Aaaa.” Clay membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima suapan dari Milly.

“Makan sendiri,” ucap Milly sambil terus menikmati siomay miliknya.

Clay mengerucutkan bibirnya kesal. “Lhah, kok gitu?”

“Clay,” panggil Milly menatap cowok itu lekat.

Mereka berdua tengah berada di kantin sekolah, tepatnya berada di meja paling pojok kantin. Robby sedang izin tidak masuk, katanya kakak perempuannya akan menikah. Jadi hanya ada Milly dan Clay di sana.

“Kenapa?” tanya Clay membalas tatapan gadis itu.

Milly mengalihkan pandangangan pada es jeruknya dan meminumnya hingga tandas. “Kak Nasya meninggal,” ungkapnya dengan begitu santai.

Clay terhenyak beberapa saat. Dia menetralkan ekspresinya. Ternyata itu alasan gadisnya tidak masuk dua hari kemarin. “Kok bisa? Sakit atau kecelakaan?”

“Dibunuh,” tukas gadis itu dengan ekspresi datar.

“Apa?!” pekik Clay terkejut. “Nggak lucu, Mil.”

Milly menatap Clay dengan tatapan serius. “Aku nggak bercanda.”

“Gimana bisa?” tanya cowok itu tidak terima dengan penuturan Milly yang hanya setengah-setengah.

Milly memandang ke depan. Tidak  baik kalau Clay tahu kebenarannya, bisa-bisa cowok itu akan terlibat dengan permainan berdarah yang Mario mainkan. Gadis itu menggeleng.

Clay langsung mencengkeram kedua bahu Milly, memutarnya beberapa kali untuk mengamati gadis itu secara detail.

Milly menyentakkan tangan Clay karena merasa reaksi cowok itu sangat berlebih. Sudah jelas dia baik-baik saja. “Apa-apaan, sih?”

“Kamu nggak pa-pa, kan?”

“Nggak.”

“Pindah aja ke panti, Mil. Aku khawatir kalo ada apa-apa sama kamu.”

Milly tersenyum miris. Gue malah takut kalo lo yang kenapa-napa, Clay, ungkapnya dalam hati.

∆ Milly Oswald ∆

Milly menarik Mario hingga ke belakang sekolah. Mario menyandar pada dinding seraya tersenyum manis pada gadis itu.

“Apa maksud lo, huh?” tanya Milly seraya menatap tajam cowok di depannya itu.

Mario memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Kepalanya miring ke kanan untuk melihat Milly dari sudut lain. “Tetep cantik,” gumamnya.

“Yo!” teriak Milly tidak terima.

“Apa? Maksud yang mana?” tanya cowok itu dengan tampang polosnya.

Milly menghela napas jengah. Dia mengusap wajahnya frustrasi, memang sepertinya dia tidak bisa bermain halus dengan cowok itu. “Maksud lo sama semua ini? Apa yang mau lo buktiin?”

Mario membalas dengan serius, tatapannya tajam. Dia menegakkan diri. Tidak ada sirat keraguan di sana.“Gue suka sama lo,” tukasnya.

“B*jingan!” maki gadis itu.

Milly hendak melayangkan tinjunya, tapi dengan begitu mudah dihentikan oleh Mario. Cowok itu menahan tangan Milly walaupun sudah beberapa kali disentakkan. Mario membalikkan keadaan. Dia  menghempaskan tubuh Milly hingga punggungnya menghantam tembok.

“Gimana hadiah dari gue? Lo suka, kan?” tanya Mario dengan lembutnya. Dia cukup tampan dengan seulas senyum tulus yang terukir di bibirnya saat ini.

Lost Control (Rebel Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang