LCRG 15 : Jatuhnya Sang Harapan

1.7K 140 19
                                    

Happy reading!!

Hari-hari yang cukup menegangkan bagi para siswa itu terlewati dengan baik. Penilaian Akhir Semester (PAS) genap telah usai. Waktu yang ditunggu-tunggu pun datang, pembagian rapor.

"Mama!" teriak Milly dari ambang pintu utama.

"Sebentar, sayang. Alis mama masih berantakan ini," jawab Diandra tidak kalah lantang.

Karena sudah tidak sabar lagi, Milly berjalan menuju kamar sang mama sambil menghentak-hentakkan kaki kesal. Gadis itu menyandar pada gawang pintu kamar sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Ayolah, Ma. Udah jam setelah delapan ini, keburu telat," gerutu Milly.

Diandra sama sekali tidak merespon, wanita itu masih berkutat dengan pensil alisnya di depan cermin meja rias.

"Mama!"

"Sebentar lagi. Dua menit."

Milly melihat jam tangannya. "Okey ... dua menit, nggak lebih."

"Iya, iya ... jangan ganggu dulu, bisa bahaya kalau gede sebelah."

Gadis berseragam abu putih itu mengusap wajahnya frustrasi. Dia sangat geram kepada Diandra yang selalu repot dengan alis jika hendak keluar.

"Udah dua menit, Ma," ucap Milly mengingatkan.

"Aish! Kamu itu buru-buru banget. Inget, Mil, jamnya orang Indonesia itu pasti molor. Kalau diundangan jam delapan, mama pastiin deh acara baru mulai jam sembilan." Diandra berkata dengan serius sambil menatap Milly.

Gadis itu menghela napas kasar. "Terserah, Mama. Milly mau nunggu di mobil aja. Bye!"

Dengan bibirnya yang terus menggerutu tidak jelas, Milly berjalan menuju mobil hitam yang terparkir di depan rumah. Dia membanting pintu penumpang dengan kasar membuat sopirnya menengok ke belakang.

"Ada apa, Non?" tanya Pak Adi, sopir keluarga Anderson.

"Nggak pa-pa, Pak," jawab Milly singkat. Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan lagi-lagi menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Tapi kok kesel gitu?"

"Argh! Itu, Pak. Si mama ngeselin banget, masa mau ke sekolah saya aja mesti repot dulu sama alis." Milly memberi jeda. "Emangnya sebegitu pentingnya apa?"

Pak Adi terkikik mendengar penuturan nonanya barusan. "Sabar aja, mungkin nyonya pengen keliatan perfect di antara semua orang tua temen-temen Nona Milly."

"Iya kali, Pak. Rempong parah."

Tidak butuh waktu lama, Diandra yang sudah siap segera masuk ke mobil dan mendudukkan diri di samping Milly. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari sang mama sambil mengunci bibirnya.

"Jangan marah, dong. Kamu nggak suka kalau mama cantik, Mil?" tanya Diandra menggoda putrinya.

Milly menggeser tubuhnya menghadap sang mama. "Ya bukannya gitu, Ma."

"Takut kesaing, ya, cantiknya? Hahaha ...," ucap wanita itu seraya tertawa bangga.

Pak Adi yang mendengar percakapan antara nyonya dan nonanya itu hanya terkikik pelan.

"Oh, iya, Ma. Nanti tolong ambilin punya Clay sekalian, ya, ibu panti lagi sakit katanya."

"Iya, gampang itu mah."

∆ Milly Oswald ∆

"Ya ampun, itu pada ngapain, sih, lama banget?" tanya Milly entah pada siapa, lebih condong menggumam sendiri.

Lost Control (Rebel Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang