LCRG 26 : Posesif

1.5K 101 1
                                    

Happy reading!!

"Ehem ... tumben, nih, Putri Introver mau keluar kandang," ejek Robby. Dia mengedipkan sebelah matanya pada Milly yang mengikuti dirinya dan Clay ke kantin hari ini.

"Nggak usah kedip-kedip, gue colok tahu rasa lo!" balas gadis itu penuh penekanan dengan tatapan garangnya.

"Udah, ah. Ribut mulu. Mau pada pesen apa? Gue yang pesenin," ucap Clay mencoba mencairkan suasana.

Milly memalingkan wajahnya dari Robby. "Gue aja yang pesen, enek liat muka Robby mulu."

"Heh! Emangnya lo tahu caranya pesen makanan, ke kantin juga baru kali ini."

Milly tidak terima dirinya direndahkan seperti itu. "Lo pikir gue bego-bego banget apa?!"

"Okey. Gue sama Clay pesen bakso sama jus alpukat," pungkas Robby pada akhirnya.

Gadis itu langsung melenggang pergi untuk memesankan makanan mereka berdua.

Robby menepuk pundak Clay. "Bro, Bro, apa, sih yang lo suka dari cewek aneh kayak Milly?"

Clay hanya mengedikkan bahunya tak acuh. "Nggak tahu, gue suka sama dia udah lama banget."

"Dih, kalo kayak gitu cepetan sikat, dong, keburu diambil orang," peringat Robby membuat Clay tampak berpikir.

"Lo pikir baju, disikat segala."

Robby menoyor kepala Clay. "Jadiin pacar, pe'a!"

"Belum nemu waktu yang pas, Rob."

Saat ini perhatian mereka berdua teralih pada Milly yang datang dengan senampan minuman bersama seorang cowok bermanik cokelat terang dan berambut ikal yang membawa senampan makanan.

Robby mendekatkan diri pada Clay dan berbisik, "Noh, kan, meleng dikit aja udah diembat orang."

"Nih, pesenannya." Milly segera memberikan makanan itu pada masing-masing pemesan. "Makasih, ya, Yo. Udah dibantuin bawa makanannya."

Cowok bernama Mario itu hanya mengangguk. "Apa, sih, yang nggak buat bantu Milly, si mantan atlet karate."

Milly malah melayangkan tinjunya pada lengan Mario sebagai balasannya. "Oh, iya, Yo. Kenalin ini Robby, ini Clay," ucap Gadis itu seraya menunjuk Robby dan Clay secara bergantian.

Mario mengajukan tangannya. "Mario, XII IPS 3."

Tangan lelaki itu disambut hangat oleh Robby, berbeda dengan Clay yang menyambutnya dengan tatapan sinis.

"Boleh gue gabung?"

"Boleh, dong. Lebih rame lebih seru," tukas Robby membuat Clay melayangkan tatapan tidak suka padanya.

Posisi duduk mereka saat ini, Clay duduk bersebelahan dengan Robby, sedangkan Milly berada di hadapan Robby, dan Mario ada di depan Clay yang sudah siap menerkam cowok itu.

Mereka semua mulai memakan makanan mereka, kecuali Clay yang masih saja menatap sebal karena kehadiran Mario di sana.

"Clay, lo sakit gigi?"

Lelaki itu tergugup. "Ng-nggak."

"Kenapa nggak di makan?" tanya Milly sekali lagi.

Clay langsung menetralkan diri dan melahap baksonya dengan lahap. "Nih, dimakan."

Mario dan Milly terkikik dibuatnya, sedangkan Robby malah tertawa terbahak-bahak. Cowok itu memukul punggung Clay hingga membuatnya tersedak.

"Uhuk! Uhuk!" Dengan sigap, Clay langsung mengambil minumannya dan meminumnya hingga tandas.

"Selow, Clay," celetuk Robby.

"Sialan lo, Rob!" sembur Clay seraya mendorong Robby hingga membuat cowok itu hampir saja terjengkang.

"Temen-temen lo pada gesrek semua, Mil," ungkap Mario. Dia menyenggol bahu Milly dan hanya ditanggapi dengan senyum paksa oleh gadis itu.

∆ Milly Oswald ∆

"Bu, pesen jus alpukat sama baksonya tiga porsi," pesan Milly pada salah satu penjual di kantinnya.

"Tambah satu, Bu," sergah seseorang yang tiba-tiba sudah ada di samping gadis itu.

"Mario?"

Lelaki itu mengangguk. "Masih inget gue ternyata," ungkap Mario bangga.

"Nggak mungkin gue lupa sama cowok yang pertama kali ketemu udah ngajakin naik pohon aja," jawab Milly apa adanya.

Mario tertawa renyah. "Sendirian lagi, nih?"

"Nggak ... kan, ada lo."

"Jiah, dasar cewek."

"Bercanda. Ada temen-temen gue, noh." Milly menunjuk meja ketiga di seberang sana yang menampilkan Robby dan Clay.

"Owh, kirain sendiri lagi."

"Lo tuh sendiri mulu. Nggak ada cewek?" tanya Milly entah dari mana hinggapnya pertanyaan itu ke otaknya hingga keluar dari bibir tipisnya.

"Gue itu jomlo akut," jawab Mario dengan bangga. "Tipe-tipe cowok setia."

"Bohong! Tampang-tampang playboy cap belalang gini, bilangnya setia."

"Nggak percaya, ya udah. Mau nyoba?" tawar Mario.

Milly kebingungan menanggapi guyonan dari lelaki itu.

"Hahaha ... bercanda kali, Mil. Santai aja."

"Neng, ini pesenannya," ucap ibu kantin.

"Iya, Bu."

∆ Milly Oswald ∆

Clay menatap Milly tajam sekembali mereka dari kantin. Cengkeraman lelaki itu sama sekali tidak lepas dari pergelangan Milly membuat gadis itu geram.

"Lo kenapa, sih, Clay?" tanya Milly seraya menyentakkan tangan lelaki itu.

"Nggak usah deket-deket sama cowok tadi."

"Kenapa? Apa urusannya sama lo? Salah banget kalo gue nyoba sosialisasi," kesal Milly pada sikap Clay yang tiba-tiba berubah posesif padanya.

"Dia ... dia tuh cowok nggak baik."

"Tahu apa lo tentang Mario? Baru juga ketemu tadi, dia anaknya asik, kok."

"Pokoknya nggak boleh."

Milly terdiam. Dia memejamkan mata sejenak dan menghela napas panjang. "Gue tahu lo peduli, tapi nggak kayak gini juga. Bikin gue muak tahu nggak."

Milly segera mendudukkan diri di bangkunya meninggalkan Clay yang masih mematung di tempatnya. "Sorry," cicit cowok itu.

Gadis itu menatap wajah Clay yang menyiratkan rasa bersalah di sana. "Lupain aja."

Robby hanya memperhatikan kedua remaja yang tengah bercekcok itu dengan malas. "Emang susah kalo ngurusin orang yang sama-sama nggak pekanya."

∆ Milly Oswald ∆

Ngelantur kemana-mana

Okey

Lupakan

Bye 😑

*Buat update part selanjutnya mungkin akan memerlukan lebih banyak waktu dari biasanya

#sorry

See you next part 👉

Salam sayank

Nadya_Nurma 😘

Lost Control (Rebel Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang