° Teman °
Happy reading!!
Waktu berlalu dengan cepat, seperti roda-roda kendaraan di jalan tol. Milly duduk di tepi ranjang seraya menyisir rambutnya yang mulai panjang. Sesekali dia menguap karena kantuk menyerang.
“Milly,” panggil seseorang dari ambang pintu.
“Hey, Rick. Kenapa?”
“Ada yang pengen ketemu kamu.”
“Siapa?”
“Tahu sendirilah.”
“Tua bangka itu. Kebiasaan ngeselin,” jawab Milly ogah-ogahan. “Biarin dia ke sini.”
“Okey.” Lelaki jangkung itu pergi dan tidak lama setelahnya dia kembali bersama Harry yang mengekor di belakangnya.
Harry berdiri menyandar dinding. Memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan menampilkan senyum lebar hingga memperparah kerutan di wajahnya. “Berapa lama aku tidak mengunjungimu?”
Milly memutar bola matanya malas. “Dua bulan.”
Dasar nggak berguna! Bahkan setelah aku memberitahunya tentang rahasia besar waktu itu, tua bangka ini masih mengusik hidupku, geram Milly dalam hati.
“Cukup lama. Bagaimana keadaanmu?”
“Seperti yang terlihat. Nggak baik, tapi nggak buruk juga.”
“Teman?” tanya Harry.
Milly tampak berpikir. “Teman?” cicitnya. “Mungkin aku punya satu.”
∆ Milly Oswald ∆
Laki-laki berambut hitam itu memperhatikan seorang penyendiri yang duduk di sudut ruangan sejak tadi. Dia melangkah mendekat hingga di hadapan gadis itu.
“Nggak ikut acara?”
Milly mendongak. “Nggak mau.”
Lelaki itu mendudukkan diri di samping Milly. “Udah lama di sini?”
“Beberapa tahun.”
Dia mengulurkan tangan. “Willy.”
Milly menyambutnya. “Milly Oswald.”
“Waw! Nama kita mirip. Mungkin kita jodoh,” gurau Willy.
Gadis itu tidak merespon. Wajahnya datar. “Berapa usiamu?”
“29.”
“Terlalu tua buatku,” jawab Milly tidak peduli.
“Hey! Wajahku ini baby face tahu!” sanggahnya tidak terima.
Milly menggeser duduknya, memperhatikan setiap inci tampang lelaki itu. Lalu dia menghela napas panjang. Nggak buruk, kulit kecokelatan, lumayan manis.
Milly tersenyum tipis. “Yeah. Mungkin sedikit.” Gadis itu kembali menyandarkan diri pada dinding. “Kamu pembunuh sebelumnya?”
Willy terdiam beberapa detik. “Angkatan darat.”
Milly mulai tertarik. “Terus ngapain di sini? Mengunjungi seseorang?”
Dia menggeleng. “Terlalu tertekan. Kamu tahu, perbatasan, konflik besar?”
Milly mengangguk-angguk. “Aku juga mau di angkatan. Itu nggak terlalu buruk. Bisa membunuh sesukamu tanpa rasa bersalah.”
“Apa?”
“Lupain aja.”
“Terus kenapa gadis cantik kayak kamu ada di sini?” tanya Willy penasaran.
“Memenggal kepala seseorang,” jawab Milly tanpa ragu-ragu. “Harusnya aku dipenjara.”
“Membela diri?”
“Bukan. Cuma senang-senang.” Milly menyadari tatapan aneh pada manik Willy, lalu dia terkikik. “Kenapa? Takut?”
“Eh, enak aja. Seorang tentara nggak kenal takut.” Pandangan mata lelaki itu berangsur hangat. “Kalau aku terlalu tua buat jadi jodohmu, gimana kalau kita temenan?”
“Nggak buruk juga.”
∆ Milly Oswald ∆
Yuhuuu!!!
Ekstra part tanpa rencana 😂
Huhuhu ... Berhubung hari ini tuh Mami ultah, jadi mau update walaupun dikit + gaje 😚😚
Berbagi kebahagiaan gitu 😁
Bubay
Happy day, 24 Juni 2020
Salam sayank
Nadya_Nurma 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...