Happy reading!!
Milly merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia mengangkat tinggi-tinggi sebuah kertas foto berukuran 6×9 yang memperlihatkan seorang gadis SMA berbalut seragam abu putihnya.
"Jadi ini yang namanya Faradila Ayu. Tunggu gue, okey."
Tok ... Tok ... Tok
"Milly, ini mama, sayang. Buka pintunya, dong, mama bawa makanan buat kamu." Diandra memberi jeda berharap sang putri merespon ucapannya. "Jangan ngunci diri kayak gini, nanti kalau kamu sakit gimana? Ayolah, Milly."
Milly menghela napas panjang. "Milly nggak laper, Ma!" teriaknya dari dalam kamar.
"Udahlah, sayang. Mama sama papa nggak kecewa sama kamu, kami tetep bangga kok walaupun kamu peringkat terbawah sekalipun," ucap Diandra dengan begitu tulus.
Gadis di atas ranjang itu sama sekali tidak terbujuk. "Milly nggak pa-pa, Ma. Belum laper aja."
"Kalau gitu buka pintunya, biar mama masuk."
"Nggak mau."
"Tuh, kan, marah sama mama," tukas Diandra yakin.
"Ih, Mama. Milly nggak marah. Mager aja ini, tuh," jawab gadis itu sekenanya.
"Apa itu mager?"
"Mama sama-sama kudetnya sama papa! Mager itu males gerak. Milly mau tidur aja. Good night, Mom."
"Milly! Milly!" panggil Diandra, tapi sama sekali tidak mendapatkan respon dari putrinya.
Milly menarik selimut tebalnya hingga sebatas leher dan menggunakan bantal sebagai penutup telinga.
"Gimana, Ma?" tanya Felix menghampiri sang istri.
Diandra hanya menggeleng.
Felix segera memeluk wanita itu dan mencium puncak kepalanya singkat. "Nggak pa-pa, sayang. Besok juga Milly bakal ikut sarapan sama kita."
Diandra lagi-lagi menggeleng. "Pa, aku gagal, ya, jadi ibu yang baik buat Milly? Maka dari itu Tuhan nggak ngasih anak buat aku."
Felix menatap istrinya lekat. "Hus, jangan ngomong gitu. Kamu itu istri dan ibu yang baik, yang sempurna buat aku sama Milly. Jangan terlalu dipikirkan, pasti besok Milly udah balik kayak biasanya."
"Terus ini gimana?" tanya Diandra seraya mengajukan nampan berisi nasi goreng dan segelas susu. "Aku udah makan juga."
"Buat aku aja," ucap Felix dengan kerlingan matanya. "Tapi suapin," pungkasnya.
∆ Milly Oswald ∆
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa bersorak gembira dan membereskan barang-barangnya untuk segera kembali ke rumah atau sekadar bermain dengan teman. Begitu pula dengan Milly yang cepat-cepat memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Lo ada rencana buat nanti malem?" tanya Clay di sela-sela kesibukan gadis itu.
"Ada."
"Penting banget?"
"Iya," jawab Milly cuek.
"Acara apa?"
Milly mengurungkan niat untuk menenteng tasnya dan memandang Clay tajam. "Gue mau tidur."
"Heh?" Clay menatap gadis itu keheranan.
Milly melanjutkan kegiatannya untuk membereskan buku atau membuang benda-benda tidak berguna dari dalam lokernya. "Iya. Ada apa, sih?"
"Nggak, gue cuma mau ngajak keluar," jawab Clay sekenanya. "Kayaknya buru-buru banget."
"Huuh, gue lagi buru-buru." Milly menenteng tasnya dan hendak melenggang pergi. "Gue duluan Clay."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...