Happy reading!!
"Silakan, Non."
"Makasih, Pak Adi," jawab Milly seraya masuk ke kursi penumpang diikuti oleh Dila.
Pak Adi segera memosisikan diri dan siap untuk berkendara, tapi sebelumnya laki-laki dengan kumis tipis itu menengok ke belakang. "Mau ke mana dulu atau langsung pulang, Non?"
Milly tersenyum manis. "Ke tempat Ervan aja dulu, Pak."
"Siap. Berangkat!"
Dila agak gugup sekarang. Dia duduk cukup gusar karena tidak nyaman. "Mil," panggilnya.
Milly menengok pada gadis itu. "Iya?"
"Si-siapa Ervan? Katanya kita mau ke rumah kamu buat diskusi," tanya Dila.
Milly menggembungkan pipinya sejenak tampak memikirkan sesuatu. "Tenang aja, Dil. Ervan itu temenku, dia mau ikut sekalian kalau aku ada diskusi gitu sama yang lain. Anaknya asik, kok."
Gadis dengan rambut sebahu itu hanya mengangguk-angguk seraya tersenyum. "Owh, iya."
Tidak butuh waktu lama, mobil berwarna hitam itu sudah sampai di depan rumah minimalis dengan taman dan kolam kecil di halamannya.
Milly memajukan dirinya ke depan. "Pak Adi pulang aja dulu, nanti gampang pulangnya saya suruh Ervan buat nganter."
"Siap, Non."
"Ayo, Dil!" ajak Milly.
"Iya."
Saat sampai di depan pintu, Milly langsung memencet bel dan sesekali mengetuk. "Kok sepi, sih. Padahal udah janjian loh."
"Mungkin dia lagi pergi," ucap Dila mengutarakan kemungkinan.
Milly mengangguk-angguk. "Mungkin. Kita tunggu bentar lagi, ya."
Dilla tersenyum menanggapi. "Iya, aku juga nggak buru-buru banget. Udah minta izin juga sama ayah."
"Dil, kalau sharingnya jadi di tempat Ervan kamu nggak pa-pa, kan?"
Dila tertawa renyah. "Nggak pa-pa, dong. Yang penting sama kamu, Mil. Aku mau lanjutin yang tadi loh."
"Iya-iya."
Milly kembali memencet bel.
"Iya, sebentar!" teriak seorang wanita dalam rumah.
Pintu kayu berpelitur itu terbuka menampakkan seorang wanita yang kira-kira berusia 40 tahunan. "Eh, ada Nak Milly."
Milly mencium punggung tangan wanita itu diikuti oleh Dila.
Wanita itu melihat Dila tidak kalah ramah. "Ini siapa? Ya ampun, imut sekali."
"Makasih, Tante. Saya Dila."
"Ini Dila, Tan, temen Milly. Ervannya ada?" tanya Milly seraya mengintip ke dalam rumah.
"Udah hubungin dia belum? Anaknya keluar, katanya mau fotocopy," ucap Laila.
"Eh, padahal udah saya telepon tadi," jelas Milly dengan wajah donggol.
"Udah-udah ... cuma ke percetakan depan, kok. Bentar lagi juga pulang." Laila menjeda. "Mari masuk dulu."
Kedua remaja itu duduk di kursi ruang tamu.
"Sebentar, ya. Tadi tante buat roti jahe, kalian bisa icip-icip selagi nunggu Ervan pulang." Laila segera mengambil beberapa buah roti jahe dari dapur yang ia letakkan di atas piring berukuran sedang.
"Ayo cobain, ini tante sendiri yang buat."
"Makasih, Tan."
Baru satu gigitan Milly memakannya, wajahnya begitu semringah. "Ini enak banget, Tan. Ya, kan, Dil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...