Happy Reading!!
Clay berdiri di depan pintu yang bertuliskan 'Melati 23'. Dia menghela napas panjang dan memberanikan diri untuk mengetuk.
Tok ... Tok ... Tok
"Permisi."
Hanya butuh beberapa detik pintu berwarna putih itu terbuka menampilkan Diandra yang hanya terbalut daster biru tua.
"Eh, Clay."
"Iya, Tan." Clay mencium punggung tangan Diandra.
"Mari masuk."
Laki-laki jangkung itu mengekor di belakang Diandra dan mendudukkan diri di salah satu sofa ruangan. Diandra membereskan kulit buah dari atas meja dan menyuguhkan beberapa potong roti pada Clay.
"Maaf berantakan."
"Hehehe ... nggak pa-pa, Tan." Netra lelaki itu terfokus pada ranjang pasien yang kosong.
Seperti sudah sangat paham dengan apa yang diperhatikan Clay, Diandra berkata, "Milly lagi ke toilet."
"Eh?" Clay mengalihkan pandangan pada Diandra.
"Panggil saya mama aja, ya, Clay. Biar akrab, siapa tau bisa jadi kenyataan," ucap Diandra setengah menggoda.
Clay menganggap guyonan mama Milly yang terlalu berlebih hanya bisa menampilkan senyum kikuk. "Tante bisa aja." Laki-laki itu berusaha tertawa walaupun sangat garing.
"Serius ini, tuh. Pokoknya panggil mama!"
"Iya, Tan ... eh, Mama."
"Kamu lucu banget, sih, ganteng lagi," ucap Diandra jujur dan hanya mendapat senyuman dari lawan bicaranya. "Rumahmu di mana, Clay?"
"Saya tinggal di panti."
Diandra tersenyum seraya mengangguk. "Sekolah dapet beasiswa, ya?"
"Iya, Ma."
"Kamu suka sama Milly?"
Pertanyaan Diandra barusan membuat mata Clay membelalak. "Eh?"
Wanita itu terkikik. "Udah, lupain. Ngomong-ngomong, apa tuh di dalam plastik?" tanya Diandra blak-blakan.
Clay memperhatikan kantong plastik yang tanpa sadar masih dibawanya sejak tadi. "Salad buah buat Milly, Ma," ucap Clay seraya menyerahkannya pada Diandra.
"Oh, buat Milly aja, nih? Nggak bawa apa-apa buat calon mertua?"
"Udah, Ma! Jangan godain Clay terus," ucap Milly yang sudah berdiri di depan pintu toilet dengan tiang infusnya.
"Cie, ada yang jealous!" goda Diandra hingga mendapat pelototan tajam dari Milly. "Nih, ada salad buat buat kamu, Mil. Mama aja nggak dikasih, loh."
"Bukannya begi—" Ucapan Clay dipotong oleh Milly.
Gadis itu berjalan menuju sofa di samping Diandra. "Jangan dengerin yang diomongin Mama, Clay. Ngebet banget mau nikahin gue ini."
"Iyalah ... apalagi si cowok kayak Clay, udah langsung mama restuin pokoknnya."
Diandra duduk di antara Clay dan Milly. Dia yang merasa posisinya mengganggu kedua remaja itu langsung berdiri. "Udah, ah. Males jadi obat nyamuk, Mama mau ke kantin rumah sakit." Wanita itu menjeda. "Clay, PDKT yang bener!"
"Mama!" teriak Milly tidak terima. "Udah sana cepetan keluar."
Saat hendak menyentuh gagang pintu, Diandra lebih dulu berbalik. "Cieee, yang pengen berduaan!" Sebelum mendapat semburan lagi dari Milly, wanita itu langsung keluar dan menutup pintu rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...