Warning!!
Part ini mengandung adegan kekerasan, harap bijak dalam membacaHappy reading!!
"Ini mau ke mana?" tanya Gavin terus melajukan motornya mengikuti petunjuk Milly.
"Lurus aja, bentar lagi sampe, kok," jawab Milly sambil mengeratkan pegangannya pada perut Gavin. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada punggung Gavin seraya menghirup dalam-dalam aroma tubuh lelaki itu.
"Terpencil banget tempatnya," heran Gavin.
Milly menegakkan tubuhnya. "Belok kiri, terus ada rumah cat krem. Berhenti di situ."
Gavin hanya mengangguk-angguk tanpa menaruh curiga sama sekali. Dia tetap fokus mengendarai motornya dengan hati-hati. "Kok kayak agak nggak terawat gitu, ya."
Milly turun dari boncengan motor. Matanya menatap rumah bercat krem itu dengan senyum sekilas lalu berbalik menghadap Gavin yang masih tetap di atas motornya. "Ini rumah lama gue."
Gavin turun dan merangkul pundak Milly. "Mau ngajak gue ketemu orang tua lo?" tanya laki-laki itu menggoda.
"Nggak. Orang tua kandung gue udah nggak ada," jawab Milly apa adanya. Dia melepaskan rangkulan tangan Gavin dan menggenggam tangan lelaki itu. Milly berjalan duluan dan diikuti oleh Gavin.
Manik Gavin melihat ke sana ke mari, memperhatikan apa pun yang bisa ditangkap oleh indra penglihatannya. Dia terus mengikuti Milly hingga sampai di depan pintu rumah minimalis itu.
"Sorry ... gue jarang ke sini, jadi nggak terawat banget," ucap Milly sambi memutar kunci pintu.
"Nggak pa-pa." Gavin tidak memperhatikan Milly, tapi matanya masih tetap mengedarkan pandangan ke setiap sisi.
Sekarang batin Gavin bertanya-tanya, Memangnya apa yang ingin dilakukan Milly di tempat terpencil ini sama gue? Jangan-jangan dia pengen ngelakuin hal itu.
Pintu kayu itu terbuka, mereka berdua masuk bersamaan. Di dalam rumah tampak begitu gelap, padahal di luar sana terang benderang di bawah cahaya matahari.
Saat dua remaja itu masuk ke dalam kegelapan, tanpa izin dari siapapun, Gavin menutup pintu rumah dengan kasar. "Bukannya lebih enak kalau gelap-gelapan, Mil," ucap Gavin dengan nada nakal.
Milly keheranan, "Apa maksud lo?"
Tangan Gavin meraba, hingga bisa mencengkeram kedua pundak gadis itu dan memenjarakannya pada dinding oleh lengan kuatnya. Dia berbisik, "Bukannya ini tujuan lo ngajak gue ke tempat semacam ini?"
"Apa maksud lo?" tanya Milly yang masih belum paham dengan perkataan Gavin.
Gavin menjilat leher jenjang Milly. "Jangan pura-pura bodoh, sayang." Kemudian lelaki itu melancarkan aksinya dengan mencumbu Milly habis-habisan.
Milly menolak, dia mengerahkan semua tenaganya untuk mendorong Gavin dan akhirnya lelaki itu mundur beberapa langkah. "Jangan macam-macam dulu, Vin!"
Milly mengeluarkan kunci dari saku seragamnya dan masih dalam kegelapan gadis itu meraba-raba untuk memasukkannya ke lubang pintu.
Gavin mulai mendekat kembali pada Milly dan mendekapnya dari belakang. "Ternyata lo udah nggak sabar banget, ya, sampe kunci-kunci pintu segala."
"Gavin lepasin! Gue mau nyalain lampu dulu!" bentak Milly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...